#21

12.1K 457 8
                                    

     Aku masih menatap Evan, meminta pendapatnya segera. Dari tadi apa-apa mulu.

     "Ya.. gu-gue.."

     "Ha! Jangan bilang lo setuju, kesempatan buat balikan ya?!!"

     "Nggak deh.. gue mau cari pacar yang bisa jadi calon istri, dan gue nggak mau punya istri yang kayak nenek lampir yang berkedok angel!"

Aku tertawa mendengar ungkapan Evan.

    "Nah cakep betul banget tuh!"

    "Nah lo, mau nggak?"

Aku menggelengkan kepala.

     "Gue cuman nganggep dia sebagai kakak.."

     "Yaudah, pulang yuk! Udah malem banget nih.. Nanti bokap nyokap marah lagi!" Ajak Evan.

     "Ok.. gue juga ngantuk!"

***

     Setelah kelulusan, Semua sibuk mengikuti ujian masuk PTN. Accept aku dan Evan. Evan ngotot banget ikut aku ke singapore. Ya.. meskipun kita mendaftar di universitas berbeda. Dan tahun ajarannya dimulai bulan january akhir. Genap 18 tahun deh.

Untuk mengisi liburan yang panjang, selain mengurusi permohonan visa pelajar, mama dan papa mengajak kami liburan ke pantai senggigi. Awalnya aku seneng, tapi setelah tau liburannya dengan keluarga Hendry, aku malas.

      Rencananya, kami seminggu liburan disana. Kami berangkat senin pagi, dan tiba pada sore harinya. Kami sudah booking sebuah vila ditepi pantai.

Sore hari seperti ini, paling enak jalan-jalan ditepi pantai. Kukalunglan kamera canon ku yang baru. Dan aku siap membidik hamparan pasir putih bercampur hitam yang dipadu birunya laut.

Sangat indah ciptaan Tuhan ini. Aku tak bosan memandanginya. Ditengah aku berdiri menatap laut, seseorang menepuk pundakku. Akupun menoleh.

    "Kak Nico!"

Bagus deh kalau masih nyamperin. Aku kira dia nggak enak gitu gara-gara aku tolak kemari. Kayak Ayu sama Evan, mereka udah kayak stranger. Ayu pun sama sekali nggak ngomong sama siapapun. Biasanya sok akrab.

     "Kok bengong gitu sih?" Tegur Kak Nico.

     "Oh.. nggak, nggak papa!"

Sekarang kenapa akunya yang nggak enak.

     "Jalan-jalan yuk!"

     "Hah? oh... ok!"

Kami menyusuri pantai sampai matahari terbenam. Dan Kak Nico sama sekali nggak ngebahas yang kemarin itu. Dia emang menyikapinya dengan dewasa. Hey.. apa kabar Yudhit ya? Udah nggak ketemu sama sekali sejak perpisahan itu.

     "Kenapa bengong aja sih?"

     "Nggak.. nggak kenapa-napa kok!"

     "Beneran? duduk yuk!"

Kak Nico menggajakku duduk di sebuah batang pohon. Saat itu suasana sudah mulai temaran karena matahari sudah kembali keperaduannya.

     "Eh iya, kakak udah selesai kuliahnya?"

     "Belum! Tinggal dua semester lagi, kakak cuti dua bulan.."

     "Oh... Kapan balik kesana?"

     "Habis liburan ini, dua bulan ini.. berasa nggak ada artinya!"

     "Kenapa?"

     "Ya... karena kamu nggak berasa dengan kehadiranku!"

My Boy ! My Brother !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang