part 2

508 25 22
                                    

Aku melangkahkan kakiku malas menuju parkiran sekolah untuk mengambil sepeda motorku begitu meninggalkan Jia. Semua terasa berat setelah kejadian beberapa menit yang lalu.

"Arghhh, pusing gue" kesalku dalam hati.
.
.
.
Aku memainkan ponselku dengan malas dan tidak berselera. Di rumah memang biasanya sepi karna kedua orangtuaku sedang bekerja mereka punya restoran kecil dipinggir jalan dan mungkin mereka akan pulang nanti sore.

Dering notifikasi dari aplikasi chat LINE berdering begitu aku asik menjelajahi sosial media dan tupanya itu pesan dari Jia.

Jia : Yona gue minta maaf ya soal kejadian tadi gue akan jelasin semuanya kok ke kakak gue.

tulis Jia pada pesan yang dikirimkan padaku.

Aku mulai berfikir dan yang membuatku tekejut adalah si dia rupanya kakak kandung Jia.

"Astaga, dia beneran kakaknya jia" aku berkata dengan tidak percaya.

Lalu aku buru buru mengambil ponselku dan membuka chatku dengan sahabatku Yuri.

Yona : Ri lo harus percaya okee...
Yona : lo tahu Jia temen sekelas gue ?
Yona : ternyata adiknya dia ri.

Yuri : Yang bener lo, Yon ?
Yuri : lo deketin lah si Jia, lo temenan yang akrab sama dia ntar lo kan bisa nanya nanya tentang si dia.

Yona : Ya, moga aja deh ri :)
.
.
.
Hari ini akan melelahkan karna ada jam olahraga. Aku berjalan malas menuju lapangan dan segera baris di belakang Yubi.

"Hai bi," sapaku padanya.

"Hai, Yon." Yubi membalasnya dengan senyum yang merekah di wajahnya.

Jam olahraga akhirnya selesai dan aku memutuskan untuk pergi ke kantin membeli air mineral dan beberapa makanan ringan.

"Hai Yon," sapa seseorang padaku.

"Ehh, gue kira siapa, Hai, Ji," dan seseorang itu adalah Jia.

"Emm, sorry ya, Yon buat yang kemarin, gue udah jelasin ke kakak gue kok," kata Jia dengan tidak enak.

"Hm, gak papa kok, lagian kan disana kemarin cuma ada gue dan pasti orang yang dicurigain gue lah." kataku seraya tersenyum.

Tiba tiba saja aku bertemu dengan cowok menyebalkan yang kemarin itu dan dia lagi-lagi menatapku tanpa merasa bersalah.

"Dika, bilangin ya sama temen lo itu ngerasa punya salah gak sih sama orang," sindirku sambil melirik cowok itu sinis.

"Maksud lo gue ?" tiba-tiba, dia berbicara dan menunjuk dirinya.

"Ya, kalo lo ngerasa, ya baguslah," Balasku dengan pedas.

"Kenapa lo besar-besarin masalah kecil kayak gitu ?" Tanya lelaki itu dengan bingung.

"Ehh, Yon, mending lo jangan cari masalah sama junhyung deh," kata dika mengahi. Ia tak mau teman sekelasnya ini mencari masalah hanya karena masalah sepele.

"Ohh, jadi nama lo itu JUNHYUNG," kataku dengan sengaja menekan namany.

"Yuk dik, pergi aja." kata Junhyung seraya mengajak pergi Dika.

Aku berdecih kesal. Menyebalkan melihat cowok itu dengan acuh tak acuh tidak mau meminta maaf masalah kemarin denganku.

"Namanya sok korea banget sih tuh anak," kataku dengan sebal.

"Emang blasteran kali, Yon," balas Yubi menimpali ucapanku itu dan aku hanya memutar bola mata malas.

Masa bodoh dia itu blasteran Korea-Indonesia atau apalah tetap saja dia itu menyebalkan. Hilang sudah rasanya ingin mengagumi ketampananannya.

"Bodo ah, dia blasteran tetep aja nyebelin," ujarku dengan malas.

"Ehh, Yon," Yubi menyenggol nyenggol bahuku.

"Apa sih, Bi ?" Tanyaku kepada Yubi dengan nada yang masih kesal akibat tadi, namun seseorang datang menghampiriku dan jantungku sudah seperti orang yang sedang lari maraton begitu seseorang itu mendekat.

"Ekhmn, lo cewek yang kemarin nolongin Jia kan ? em, sorry ya buat yang kemarin," kata seseorang yang sedang ada di depanku.

"Ehh iya kak, gak gak papa kok," kataku dengan dipenuhi rasa gugup.

Setelah itu dia tersenyum dan berlalu pergi.

"Cie." teriak Yubi dengan kerasnya.

Aku langsung masuk ke kelas daripada harus menahan malu daritadi dan aku akan mengatur detak jantungku yang sudah tidak karuan ini.
.
.
.
Aku berjalan dengan semangat ke arah kelas Yuri dan akan menuju parkiran sekolah.

"Ehh kenapa lo Yon semangat bener kayaknya ?" kata Yuri dengan sedikit kepo.

"Emm tadi tadi gue ngobrol sama dia yuri," kataku dengan semangat.

"Ehh cieeeeeee."Yuri berteriak dengan keras dan aku langsung membekap mulutnya.

Aku menuju parkiran dengan suasana hatiku yang sangat senang ini dan tiba-tiba aku bertemu dengan cowok menyebalakan yang katanya blasteran itu. Aku meliriknya dengan sebal dan kedatangannya membuat moodku berantakan.

"Yonaa ayo ahh cepetan udah bisa keluar nih sepedanya," kata Yuri menyuruhku supaya cepat mengambil sepedaku.

"Iya entar dulu napa." kataku sambil memanyunkan bibirku karna daritadi aku belum menemukannya dan sepedanya juga sudah tidak ada seprtinya dia sudah pulang.

"Kenapa sih, Yon?" tanya Yuri dengan heran.

"Dia udah pulang, Ri." kataku dengan malas dan segera melajukan kendaraanku.
.
.
.
Aku berhenti karna lampu sedang merah dan lagi lagi aku bertemu dengan cowok menyebalkan itu di sini.

"Lo lagi!" katanya dengan nada santainya itu.

Aku membuang muka dan melajukan sepedaku karna lampu sudah hijau.

"Dasar nyebelin bikin mood gue rusak aja." kesalku di sepanjang jalan.

Saat aku akan menuju ke daerah rumahku aku berpapasan dengan orang yang tidak asing buatku dia adalah kak Keivano seseorang yang aku sukai dalam diam selama ini.
.
.
.
.
Apakah akan ada sebuah kemajuan? Akankah cinta ini berbalas ?
Love is hard to meaned and love can make a people hurt.

Bersambung.....

Voment please...

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang