Epilog

258 10 6
                                    

Dua tahun kemudian
.
.
.
Seorang gadis tengah duduk di meja bawah pohon pinus dengan telinga yang di sumbat earphone dan buku di genggamnya.

Gadis itu kini bernostalgia karena buku di genggamannya. Buku novel yang bercerita kehidupan SMA membuatnya ingat akan masa SMAnya.

Gadis itu kemudian mendesah, "Huft..., novelnya ngingetin lo lagi dan lagi." Helaan napasnya berderu dengan kasar.

Gadis itu kembali masuk dalam bacaannya hingga tak sadar ada beberapa orang menghampirinya.

"Oi Yona," Seru salah satu dari orang-orang itu.

Gadis itu seperti merasakan seseorang telah mengusiknya membaca novel.

"Apa sih Dik?" Ternyata itu Dika teman SMAnya yang kini satu universitas dengannya.

"Ya elah, lembut dikit kek kalau jawab." Kekehnya kemudian duduk di depan gadis itu.

"Lo ganggu waktu luang gue, apaan sih ? buru deh." Gadis itu kembali menggerutu karena tak bisa melanjutkan bacaanya.

"Sabar dong, kepo banget sih lo,"

"Cepet, gue ada kelas bentar lagi, lo bisa gak, gak usah bercanda."

"Ya elah Yon, sabar dong, gue mau nga...," Tiba-tiba alarm ponsel gadis itu memotong ucapan Dika.

"Tuh kan alarm gue bunyi, lo sih Dik lama, bye gue mau ke kelas." Gadis itu pergi tanpa peduli dengan Dika yang masih melongo di buatnya.

Terlihat wajah gusar Dika karena harus menyampaikan sesuatu yang penting untuk gadis itu.

Dika tahu bahwa gadis itu mungkin ada kelas selama empat jam dan Dika tak bisa menunggu lebih lama untuk memberitahunya.

Dika berniat untuk menghubungi lewat pesan chat tapi pasti tidak akan di balas karena gadis itu tengah ada kelas.

"Yonaa, lo bikin ribet aja, sama aja kayak dua tahun lalu." Desahnya pelan.
.
.
.
Yona, gadis itu sedang fokus memperhatikan dosen yang sedang berceloteh memberi materi dan tugas.

Tapi tiba-tiba fokusnya terganggu saat dia meraba kalung di lehernya.

"Liontinnya kok gak ada?" Batinnya gusar dan terus mengingat kemana saja dia pergi.

Kini gadis itu tengah kelabakan mencari di tasnya maupun di bawah kursi atau mejanya.

Sampai dosen berhasil menegurnya dan membuatnya diam. "Yona, tolong perhatikan saya di depan!" Akhirnya gadis itu hanya bisa mendesah dan tak berani bicara lagi.

"Semoga masih di meja tadi." Doanya dalam hati.
.
.
.
Suasana ramai memenuhi kantin dan beragam bau makanan tersebar menggoda. Gadis itu tak berniat tuk mampir ke sana. Pikirannya hanya tertuju pada satu hal. Liontinnya yang hilang entah kemana.

Gadis itu berlari terburu-buru ke area taman dimana kursi di dekat meja pohon pinus itu berada.

Nafasnya terengah-engah hingga detak jantungnya tak karuan. Dia mendaratkan bokongnya di kursi kayu itu dan mengatur nafasnya.

"Huh....liontinnya mana sih....? Arghh...., jangan sampai hilang please god." Keluhnya dalam hati saat tengah mencari liontin berharganya.

Tak ada seorang pun yang lewat di depan gadis itu tuk membantunya. Dia mengacak rambutnya frustasi hingga menimbulkan teriakan hebat.

"Yona? Lo kenapa?" Tiba-tiba ada seorang lelaki bertubuh jangkung menghapiri gadis yang tengah meringkukan kepalanya di atas meja dengan keadaan rambut yang kacau.

Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang