1

2.8K 156 13
                                    

"Hope you like my stories and can appreciate them! Please vote or comment cause if you do it, It can be my vitamin and give me spirit to make a nice stories..
Thankyou ^^"

***

"Bagaimana kendaraan yang baru saja kubeli, apa kau suka?"

"Tentu saja, aku sangat suka. Itu sangat mewah sayang"

"Apa yang kudapat darimu, untuk harga mobil itu?"

"Screaming Orgasme"

***

Pagi itu, suasana di rumah megah milik seorang konglomerat muda sudah riuh oleh dentingan piring pecah yang menghantam lantai.

"Ini tidak enak!" seru sang tuan rumah dengan nada tinggi, wajahnya mengerut marah.

Di sudut ruangan, seorang wanita muda berjongkok memunguti serpihan pecahan piring yang berserakan di lantai. Wajahnya pucat, matanya berkaca-kaca, namun ia berusaha menahan tangis.

"Apa kau ingin aku membuatkan yang lain?" suaranya lirih, hampir tak terdengar.

Bukannya mendapat jawaban, ia malah didorong hingga nyaris terhuyung ke belakang. "Dasar istri tidak becus!" bentak sang suami dengan nada penuh penghinaan sebelum melangkah pergi dengan raut muka muak.

Sesaat setelah pintu tertutup, suasana di dalam rumah yang megah itu seolah membeku. Hanya isak lirih sang nyonya yang terdengar, sementara beberapa pembantu rumah tangga yang menyaksikan kejadian itu segera mendekat untuk membantunya.

"Nyonya, mari kita ke kamar. Biarkan pecahan ini, nanti Dae Ji yang akan membereskannya," bujuk seorang wanita paruh baya, kepala pelayan di rumah itu.

Wanita muda itu mengangguk lemah. Dengan tubuh lunglai, ia membiarkan kepala pelayan itu membantunya berdiri dan menuntunnya ke kamar.

"Ajhuma..." gumamnya dengan suara parau saat mereka tiba di kamar yang besar namun terasa dingin dan hampa.

"Bicaranya nanti saja, Nyonya," potong sang kepala pelayan lembut, lalu membaringkan nyonya muda itu di atas ranjang dengan hati-hati.

Hening beberapa saat. Sang kepala pelayan duduk di sisi ranjang, menatap wajah pucat nyonya mudanya yang masih dibasahi air mata.

"Taeyeon..." ucapnya perlahan, memecah keheningan.

Wanita muda itu menatap kosong ke langit-langit, air mata kembali mengalir di pipinya. "Itu salahku sendiri. Makanya dia memarahiku," gumamnya dengan suara gemetar.

"Apakah Anda mencintainya?" tanya kepala pelayan itu dengan nada penuh keprihatinan.

Taeyeon tersenyum tipis, getir. "Aku istrinya, tentu aku mencintainya."

Kepala pelayan itu menghela napas panjang. "Tapi, Nyonya, dari hati yang terdalam... apakah Anda benar-benar merasa cinta itu masih ada?"

Wanita muda itu menoleh, menatap kepala pelayan dengan mata yang basah. "Ajhuma, kau tahu sendiri. Sebagai seorang istri, sudah seharusnya kita mencintai suami kita, apapun keadaannya. Itu kewajiban. Sama seperti kita mencintai orang tua. Suami adalah pemimpin kita. Berdosa aku jika melawan."

"Tapi, Nyonya..." Kepala pelayan itu menggenggam tangan wanita muda itu dengan erat. "Melihat Anda terus-menerus diperlakukan seperti ini... hati saya sakit, seperti melihat anak saya sendiri disakiti."

"Aku baik-baik saja, Ajhuma," jawabnya lemah sambil menghapus air matanya. "Hal seperti tadi, kupikir... itu hal biasa."

Sang kepala pelayan menunduk. Ia tahu, tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali berharap suatu hari, kehidupan nyonya mudanya akan berubah.

LOVE, TAEYEON [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang