"HOPE YOU LIKE MY STORIES AND CAN APPRECIATE THEM. PLEASE VOTE OR COMMENT 'CAUSE IF YOU FUCKIN' DO IT, SHIT!
IT CAN BE MY VITAMIN AND GIVE SPIRITS TO MAKE A NICE FUCKIN' STORIES!"
Thanks!***
"Dasar jelek! Aku tidak yakin apa kau bersih atau tidak. Tapi aku akan menyuruh ibu untuk menyiram-mu sampai bersih. Kau tahu? Kau terlihat seperti gelandangan, Tanner." Seorang bocah sedang memojokan sepupunya yang baru saja datang dari negara lain. Dia cukup terkejut, faktanya bahwa dia memiliki seorang bibi dan juga sepupu yang amat jelek. Dia orang yang paling anti dengan kaum kelas bawah, bahkan dia tidak akan segan-segan meludahi mereka. Oh lihatlah, hidup dari keluarga yang super kaya membuat bocah tengik ini tidak tahu bagaimana sulitnya mencari uang.
"Luke, apa yang kau katakan barusan?" seorang wanita berumur tiga-puluhan keluar dari dalam. Dia bertolak pinggang dihadapan dua manusia yang masih berumur tujuh-tahunan.
"Aku ingin ibu menyiram anak jelek ini, agar dia bersih dan tidak meninggalkan kuman disetiap langkah kakinya berjalan," menunjuk Tanner yang kian menyusut tidak percaya.
"Oh, sayang. Aku tidak ingin mengotori tangan-ku sendiri untuk membersihkan bocah jelek ini. Lebih baik kau masuk dan kita minum segelas cokelat hangat. Biarkan dia membersihkan dirinya sendiri. Kalau perlu dikumbangan lumpur babi milik Gary." Bocah yang dipanggil jelek itu mengepalkan tangannya dengan kuat. Sungguh, jika bukan karena keterpaksaan. Mungkin dia dan ibunya tidak akan pernah mau menginjakkan kakinya dirumah yang penuh dengan tatapan menusuk.
"Taeyeon-ah ... ada apa sayang?" Ibunya datang dan memeluknya dengan hangat, menatap matanya dengan raut penuh kekhawatiran. Dia tidak ingin membuat ibunya merasa cemas terhadap dirinya. Jadi dia hanya memasang wajah senyum, sebagai simbol bahwa dia menyukai tinggal dirumah ini.
"Tidak ada apa-apa, bu. Maukah kau memandikan-ku seperti saat kita berada dirumah? Aku sangat kotor sekarang," dia memamerkan cengiran khas yang menggemaskan dan ibunya tertawa, itu adalah sebuah kebahagiaan untuk dirinya.
***
"Aku akan menyekolahkan Tanner ditempat yang sama dengan Luke." Seorang pria tua memecahkan keheningan dimeja makan. Dia memiliki usualan yang menurutnya adalah hal yang terbaik untuk keluarganya.
"What? Seriusan. Aku tidak ingin satu sekolah dengan dia, Kek. Pasti teman-teman-ku akan mengejek-ku nanti, jika tahu bahwa aku punya sepupu yang sangat jelek." Luke, bocah itu langsung memprotes dengan kuat. Lihat, bahkan anak itu tidak punya sopan santun kepada kakeknya sendiri. Ibunya menendang kaki anak itu dari bawah, sungguh anaknya sangat tolol, seharusnya dia bisa mengambil hati kakeknya. Agar seluruh harta warisan bisa jatuh ketangannya. Ibunya langsung berkata,
"Silahkan, ayah. Kau bisa menyekolahkan Tanner disekolah yang sama dengan Luke. Mungkin mereka bisa menjaga satu-sama lain. Itu gagasan yang sangat bagus. Bukan-kah begitu, Arlene?" Marcia berucap kepada Arlene, adik iparnya yang hidupnya sudah sangat sengsara. Adik iparnya hanya menyunggingkan seulas senyum, bahwa dia juga menyukai hal itu.
"Kami hanya menurut saja. Kupikir Taeyeon juga menyukai hal itu. Iyakan, sayang?" Arlene mengusap rambut putranya, dia berusaha meyakinkan anaknya sendiri agar mau disekolahkan.
"Aku sudah mendaftarkannya, jadi besok kalian bisa berangkat bersama untuk kesekolah. Luke, kau harus menjadi saudara yang akur. Aku tidak ingin mendengar hal-hal jelek tentang-mu lagi. "
Sepuluh tahun telah berlalu dengan Luke yang masih dengan sifat mengesalkannya. Mereka tumbuh dengan pesat, dan beberapa tahun lalu Arlene, ibu dari Taeyeon menghembuskan nafas terakhirnya. Dia sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi sekarang.
"Hei, gelandangan! Bisa kau membersihkan kotoran ini dari sepatu-ku?" Luke tengah berada di kantin sekolah, dia selalu mengejek Taeyeon dihadapan teman-temannya.
"Kau bisa membersihkannya sendiri! Dasar anak manja!" Taeyeon pergi berlalu dari sekelompok anak-anak yang masih menyusu kepada ibunya. Dia sudah muak, andai di dunia ini tidak ada hukum. Mungkin sudah dari dulu dia mencekik seorang Luke sialan.
"Kau tidak tahu cara membalas budi?!" Luke kembali berteriak, dia menghampiri Taeyeon lalu menarik kerah seragam yang Taeyeon kenakan.
"Lepaskan, idiot!" dengan keras dia membanting tangan Luke.
"Aku peringatkan kau sekali lagi, jangan pernah menganggu hidupku! Jika kau masih menginginkan wajah idiot-mu terpampang, berhentilah mengganggu-ku!" dia balik memelototi Luke, dia benar-benar muak dengan wajah anak yang super duper sialan ini. Ingin rasanya dia menuang sebuah cairan asam ke wajah Luke, agar wajahnya yang idiot bisa lenyap.
***
"Hei Tanner? Apakah kamu baik-baik saja?" seorang gadis dengan rambut berwarna pirang datang menghampiri Taeyeon, dia gadis cantik dengan sebuah kawat yang melekat digiginya. Membawakan sebuah kotak berisi makanan, lalu membuka dan menaruhnya ditengah-tengah mereka.
"Yep. Aku baik-baik saja.." Taeyeon mengambil sebuah sandwich dari dalam kotak bekal yang sudah tersedia, mengunyah dengan pelan sambil memandang langit cerah.
"Apa Luke mengganggu-mu lagi?"
"Dia akan terus seperti itu, sampai aku keluar dari mansion kakek-ku sendiri. Aku juga sudah muak tinggal disana." Sekarang dia menyingkirkan sebuah bekal itu, lalu merebahkan dirinya dipangkuan seorang gadis berambut pirang. Mencoba untuk memejamkan matanya sebentar, berharap perasaan kesalnya bisa hilang.
"Aku turut prihatin dengan hidupmu, Tanner.."
"Kau tidak perlu mengasihani-ku, Jess. Apa kau sudah meminum obat-mu?"
"Aku sudah meminumnya. Lima belas menit yang lalu."
"Kuharap kau cepat sembuh, dan menjadi Jessica yang super kuat seperti dulu."
"Thanks, kau pacar yang sangat perhatian. Oh, kupikir kau sebaiknya jangan pergi dari mansion kakek-mu dulu. Apa kau tidak ingin memberikan sebuah pelajaran kepada kakak sepupu-mu dan juga bibi-mu?" Gadis berambut pirang bernama Jessica memberikan sebuah ide, yang mungkin paling brilian.
"Aku ingin sekali, tapi bagaimana caranya?"
***
Pagi yang cerah dan juga panas untuk Taeyeon dan juga Tiffany. Mereka sedang bergelut satu sama-lain, berusaha untuk memimpin sarapan pagi kali ini. Namun tetap saja, wanita itu akan kalah dengan macan lapar dari seorang Kim Taeyeon. Dengan nafas terengah-engah, Tiffany mencoba mendorong Taeyeon dan memimpin sarapan pagi yang super nikmat dan juga panas. Taeyeon menggerang, ketika Tiffany mencoba untuk memasukan dirinya kedalam miliknya. Ugh, itu tertanam dengan sempurna.
"Jangan berhenti, Tiff.." meremas aset milik isterinya dengan gemas, Taeyeon membantu Tiffany untuk segera datang pada puncak sarapan pagi mereka.
"Menyerahlah, biarkan aku yang memimpin." Taeyeon berusaha untuk menukar posisi, namun dengan cepat Tiffany membungkam mulut suaminya dengan ciuman manis, mungkin dia perlu sebuah solatip untuk menutup mulut suaminya yang cerewet.
"Shut-up, dad.. biarkan aku menyelesaikan ini. Jadilah anak penurut pagi ini.!" Taeyeon pasrah, isterinya sedang bertingkah agresif pagi ini. Jadi dia hanya perlu menikmati ini dengan puas.
***
"Dia sedang berada di New York, ma'am." seseorang sedang berbicara.
"Oh benarkah? Bisakah kita membuat sebuah pertemuan agar aku bisa bertemu dengannya?"
"Tentu, akan saya usahakan, ma'am. Ini perintah Anda, maka saya akan kerjakan"
"Okey, kau bisa pergi dari sini, Edward. Segera bawa aku pergi untuk bertemu dengannya."
"Kekasih-ku.."

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE, TAEYEON [SELESAI]
RomancePerjalanan rumah tangga yang cukup menyakitkan membuat Taeyeon menjadi seorang yang sangat emosional, dimulai dari perselingkuhan yang dilakukan oleh istrinya serta kehilangan seorang putri membuatnya menjadi sosok yang mudah marah.