8

1.2K 62 66
                                    

"Hope you like my stories and can appreciate them! Please like or comment 'cause if you do it. It can be my vitamin and give me spirits to make a nice stories. Thankyou"

***


“Apa ini?!” kedua bocah sedang di introgasi oleh wanita berambut cokelat, dengan raut wajah yang penuh ke khawatiran. Ia tengah meneliti wajah keduanya dengan sangat hati-hati.

“Jacob beserta komplotannya menyerang kami,” Stephen berucap pelan. Mereka sedang dirumah Emily. Wanita yang masih memiliki rasa keperduliannya terhadap mereka.

“Lagi?!..” wanita itu menghela nafas jengkel, bosan dengan sesuatu yang kerap terjadi pada dua bocah jalanan yang sulit mendapatkan perhatian dari orangtuanya. Ia mengelus kepala dua bocah itu dengan sangat halus. Sambil memberikan mereka masing-masing segelas cokelat hangat dan beberapa camilan. Ia berucap menasehati keduanya.

“Tapi tadi ada seorang wanita kaya yang membantu kami.. ia sangat cantik dan lembut. Dia menganggap kami seperti temannya.. aku suka.. dan lagi dia juga memberikan kartu nama kepada kami. Dia bilang, jika kalian butuh sesuatu atau sedang dalam kesulitan, kami bisa menghubunginya,” Chloe, anak gadis berwajah putih itu berbicara seakan itu adalah hal yang sangat istimewa yang harus di beri tahu kepada bibi Emily. Ia terus berucap seperti ‘ah.. aku ingin bertemu denganya sekali lagi’ dan terus meracau sepanjang hari.

“Bersikaplah yang baik untuk kaum sesama. Tuhan menyayangi kalian dengan mempertemukan kalian dengan wanita itu. Kalian harus berterimakasih… berkat beliau kalian tidak akan mati di tangan Jacob beserta komplotan sialan itu..” Emily berucap lembut sekali lagi, sebelum merebahkan dirinya di kasur lantai bersama dua bocah yang akan siap pergi tidur. Malam ini keduanya menginap di rumah Emily, untuk menemani Emily dari kehampaan hidup yang terkadang mencekam dirinya. Mereka hadir untuk memberikan warna kepada wanita yang sudah memasuki usia kepala lima, yang tidak pernah bisa memiliki seorang anak.

“Aku bahagia memiliki kalian sebagai anak asuh dan juga teman dalam hidup-ku… selamat malam..”

***

“Aku mencintaimu..”, Taeyeon membuka kancing kemeja Tiffany satu persatu, membiarkan payudara istrinya terbuka bebas untuknya.

“Ini miliku..”, Taeyeon menyentuh payudara Tiffany, menikmati ketika mendengar erangan tersiksa Tiffany, “Seluruh tubuhmu milikku”, Taeyeon mengecup ujung payudara Tiffany, mencecapnya dengan lidahnya. Lalu bibirnya berpindah menelusuri bagian samping payudara Tiffany, menikmatinya dengan bibirnya sehingga meninggalkan jejak-jejak  basah dan panas disana.

Tiffany melengkungkan punggungnya atas sensasi yang menyiksanya tanpa ampun. Dalam kondisi yang sudah tak berdaya akan gairah, merasakan suaminya mencumbunya, dan menyiksanya dengan godaan-godaannya yang sangat ahli, ada perasaan aneh yang menjalar ditubuhnya. Seperti gelenyat panas yang bergulung-gulung, terasa seperti arus listrik yang mengalir dari jemarinya, dan menjadi semakin panas ketika menyatu di pusat dirinya.
Dan jemari Taeyeon menyentuh ke sana, dengan begitu ahli, memainkan Tiffany sesuka hatinya. Tubuh Tiffany meronta tak tahan akan alunan sensasi permainan jemari Taeyeon, tapi lengan Taeyeon  yang kuat menahan tubuhnya.

Kemudian bibir Taeyeon mengikuti jemarinya. Tiffany terkesiap merasakan hembusan napas panas di pusat dirinya. Seketika dia menegakkan tubuhnya dan tertahan oleh ikatan dasi di pergelangan tangannya.

“Oh my God..!!” teriaknya, mencoba mengekspresikan dirinya yang tengah melambung diatas langit ketika Taeyeon sedang membawanya keliling syurga.

LOVE, TAEYEON [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang