Isolate (B) : Garis Rindu

567 165 50
                                    

Isolate (B) : Garis Rindu

RIAN baru saja ingin buka suara untuk mengajak Riana pulang dengannya ketika melihat teman sebangkunya itu berjalan bersisian dengan Defasya.

Tumben, pikir Rian dalam hati. Yang Rian tahu, selama bersekolah di SMA ini, Riana jarang mau berjalan berdua seperti itu. Gadis dengan mata biru itu lebih suka berjalan sendiri, menjauh dari keramaian, dan sebisa mungkin menghindar dari pembicaraan.

"Bang, hari ini gue pulang bareng lo, ya?" ujar Fasya ketika sudah berdiri di dekat Rian. "Bareng Kak Riana juga, kok. Sesekali, pulang bareng orang-orang populer sekolah."

Rian menoleh pada Riana. "Iya, kalau Riananya mau."

"Kak Riana mau, kok! Iya, kan, Kak?"

"Enggak, makasih."

"Yah, yah, yah. Terus Kakak pulang bareng siapa dong? Bang Alvin, ya?" tebak Fasya belum paham dengan sifat Riana yang selalu dan selalu menolak tawaran pulang bersama.

"Gue jalan," kata Riana singkat dan membuat Fasya cemberut.

"Ntar Kak Riana keringetan, dekil, kepanasan, digodain om-om gojek yang lewat di sekitar jalan. Iih, jangan deh, Kaak ... mending temenin Fasya numpang sama Bang Rian," bujuk Fasya dengan mata memelas.

"Kalau emang dasarnya cantik, mau dikeliatan kayak gimanapun, yah, tetep cantik," celetuk Rian yang bersandar pada pintu mobil.

"Duh, Bang Rian. Jangan ngegombal dulu, bantuin gue bujuk Kak Riana," berang Fasya menatap sinis kakak kelasnya itu.

"RIANAAAA!!!"

Ketiga orang yang tadi sedang ada di pelataran parkir ditambah dengan seluruh siswa SMA Cakrawala saat itu juga menoleh ke arah mobil yang sudah sepatutnya jadi pusat perhatian. Dalam mobil itu, menyembul kepala salah seorang cowok yang Riana lihat saat di kantin tadi.

"RI, RIANAA!!! ALVIN NGAJAKIN PULANG BARENG, NIH! MAU NGGAK?!" teriak cowok itu heboh.

Semua orang tahu, Riana yang dimaksud adalah cewek berambut pirang dengan mata biru. Jadi, semuanya mengalihkan pandangan pada Riana. Menatap cewek itu seolah jawaban dari Riana adalah petunjuk kebenaran.

"JANGAAAN DITOLAK DEH, RI! INI MAS COGAN LOH YANG NGAJAKIN PULANG BARENG!" sebuah suara menyahut lagi dari belakang. Dan tersembul sebuah kepala lagi.

"Yang mau ngedeketin Kak Riana siapa, yang heboh siapa." Fasya memutar bola mata. "Dasar Jomblo."

"Mereka 'kan jomblonya populer, Sya. Lo? Udah jomblo, populernya cuma karena sekretaris OSIS. Parahan elo, kali," sahut Rian membela teman-temannya.

Riana melihat, mobil yang masih memperlihatkan dua orang cowok yang tadi berteriak-teriak memanggil namanya, sedang bergerak ke arahnya.

"Riana," panggil seseorang di dalam mobil lagi. Kali ini bukan cowok tadi. "Alvin mau ngomong."

"Pulang bareng gue, yuk? Jalanan lagi macet. Ada masa yang demo di tempat biasa lo jalan. Kalau naik angkot, nggak ada angkot yang mau muter jalan demi ngehindarin macet. Yah, intinya, kalau lo nggak bareng gue, lo bakalan nyampe rumah malam."

Isolatonist GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang