"It turns out that although every day I love you, although every fight you sabotage me, my heart is never broken. With you hurt me, I can be happy."--Revandra Alvin, to her isolatonist girl.
"Lewat pergimu yang mengagumkan, kutemui hatiku yang terorok mengenaskan, kemudian kutarik sebuah kesimpulan. Ah, aku suka disakiti olehmu. Biar saja, asal kau tahu hatiku masih untukmu. Biar saja, meski sakitku, hancurku, laraku, dukaku, nestapaku karena mu, biar saja, kuanggap itu balasan dari cinta."
"Tersenyumlah, maka aku akan tunduk pada setiap langkahmu yang menjadi rintih lelahku. Berbahagialah, maka aku akan ikhlas pada setiap butir tawa yang ternyata hanya berhasil dibuat olehnya. Hanya dia, bukan aku."
"Jangan galau terus, pelajaran lo masih banyak yang ketinggalan. Malu sama seragam."--Faghas Prandima, to Revandra Alvin.
➰➰➰➰
🎶Takin it slow
Isn’t easy if as far as you go
Is only half as far as you and I both know
Yeah🎶🎶Coming out from above
A little something
And it’s only because
I don’t ever wanna see you in love
But I know🎶🎶That you’ve been
Coming off strong lately
And I can feel that
You been thingking that maybe
You got a, another shot at me
Thingking possibly
Somehow, but not now🎶Revan mengamati bulir hujan yang menetes dan menempel di jendela mobilnya. Ia mulai berpikir ulang, merangkai jutaan pikiran agar ia tidak semakin dibingungkan oleh apapun yang kini bersarang di sana.
Otaknya merespon kembali, mempertanyakan sebenarnya apa yang sedang ia rasakan. Apa yang sedang ia lakukan. Segila itukah dia hanya karena cinta masa SMA yang bahkan belum tentu jodohnya.
Singkatnya, Revan mulai menata ulang hatinya. Buat apa? Umurnya masih berbelas, untuk apa bicara cuap-cuap soal cinta? Buat apa, umurnya bahkan belum genap puluhan, untuk apa menggila dan merusak diri sendiri dengan kesedihan hanya karena perasaan cinta tidak berbalas? Buat apa, menjalankan perasaan kepada seseorang yang bahkan belum tentu menjadi teman hidupnya sampai tua kelak?
Dia masih remaja. Seragam sekolahnya bahkan belum berhasil disetrika sendiri. Celananya pada hari senin masih abu-abu. Harus memakai topi dan dasi atau mendapat pelototan tajam dari para guru. Hari-harinya masih bersahabat dengan buku dan pelajaran di papan tulis. Bocah ingusan seperti ini tahu apa soal cinta?
Revan mencengkram setir mobil.
Dibanding memusingkan segala sesuatu tentang cerita cinta si remaja SMA, berlarut dalam kegalauan akibat perasaannya tidak berbalas, lebih baik dia memusingkan soal pelajarannya, kan?
Revan tertawa keras, sayangnya suara tawa itu diredam oleh suara semilir hujan yang berdesakan dengan udara di luar mobil.
Dia ini mau jadi sok naïf atau apa?
Disandarkannya kepala di jok mobil. Revan berpikir keras. Sudah benarkah apa yang ia lakukan saat ini?
Suara Shawn Mendes—artis laki-laki yang ternyata menjadi idola favorit Defasya—kembali mengalun membawakan lagu Bring It Back. Radio mobil yang seperti mengerti keadaan Revan benar-benar membuat napasnya makin memberat,
KAMU SEDANG MEMBACA
Isolatonist Girl
Fiksi RemajaThe Alayers Series (3) : Ade Cahya Riana Katanya, jatuh cinta pada siapa saja diperbolehkan. Jadi, kalau Revandra Alvin jatuh cinta pada perempuan yang hampir membunuh seseorang, perempuan yang pernah membalaskan dendam, perempuan yang mengkhianati...