Esoknya aku bangun kesiangan.
Memang, biasanya juga aku bangun kesiangan. Tapi hari-hari biasa akan ada Kak Niki yang membangunkanku di saat-saat waktu mepet. Tapi sekarang, aku benar-benar kesiangan. Ini sudah lima belas menit dari waktu masuk. Tanpa membuang-buang waktu aku langsung mengganti pakaianku. Lalu membasuh muka dengan cepat. Tak lupa menggosok gigi, karena menjaga kesehatan gigi itu penting.
"Gawat, gawat, gawat, gawat, gawat, gawat!"
Aku berlari keluar rumah. Tadi di atas meja makan tidak ada apapun, maka dari itu aku sarapan dengan hanya minum susu kotak yang selalu ada di dalam kulkas. Tak sia-sia aku menimbun minuman favoritku di sana. Di saat terdesak, susu kotak menjadi penyelamatku di kala tidak ada makanan.
Aku berlari dengan kecepatan terbaikku. Sekitar lima menit kemudian aku sudah sampai di depan gerbang sekolah.
"Wew, tidak kusangka aku dapat berlari sekencang tadi. Tidak sia-sia aku minum banyak susu."
Inilah salah satu manfaat minum susu. Aku seperti mempunyai tenaga lebih serta stamina yang cukup baik. Pada kenyataannya itu juga diimbangi oleh olahraga yang sering kujalani.
"Hei! Sedang apa di sana? Gerbang sudah di tutup, tidak ada yang boleh masuk lagi!"
Saat kepalaku terjulur ke pintu gerbang, seorang security sekolah menegurku karena tindakanku yang mencurigakan. Dia lalu menghampiriku dari sisi lain gerbang.
"Hmm, sekolah di sini?"
"Err... iya."
Aku mengangguk.
"Pulang sana. Ini sudah lewat dari jam masuk."
"Pak, tolonglah bukakan pintunya. Lagipula aku hanya sedikit kesiangan. Cukup buka gerbangnya sedikit saja untukku lewat, oke."
"Tidak bisa. Terlambat tetap saja terlambat. Tidak ada alasan lain."
Karena security tersebut tidak bisa diajak berkompromi, aku terpaksa meninggalkan gerbang sekolah.
Tapi memangnya dengan diusir seperti itu aku akan langsung menyerah. Lihat baik-baik, aku pasti akan masuk ke dalam lingkungan sekolah tanpa harus lewat gerbang.
"Untungnya jalan lain masih terbuka untukku."
Aku mengambil jalan memutar ke belakang gedung sekolah. Di sana ada pohon rambutan milik warga sekitar yang tingginya melebihi tembok pembatas sekolah. Pohon rambutan itulah yang akan menjadi jalan masuk kedua menuju sekolah.
Biasanya anak-anak lain yang kesiangan akan lewat melalui pohon rambutan itu. Jalan kedua itu sudah menjadi rumor publik di kalangan murid-murid. Begitulah aku mengetahui jalan kedua untuk masuk.
"Heh, tidak kusangka saat ini malah sedang musim rambutan."
Aku yang saat ini sedang berada di atas dahan pohon rambutan, menyadari jika ini adalah musimnya ketika melihat banyak buah rambutan yang berwarna merah menggoda di sekitarku. Tapi aku segera menggelengkan kepalaku dan melanjutkan niatku yang sebenarnya.
"Aku hanya ingin masuk ke dalam, bukannya maling rambutan."
Saat aku sedang menggumamkan kalimat tersebut, suara seseorang berteriak dari arah bawah segera membuatku terkejut.
"Maling rambutan, ya?"
"Enak saja! Memangnya siapa yang mau maling rambutan?!"
Ketika aku sedang menyangkal tuduhan dari orang itu, entah bagaimana datangnya sebuah rambutan jatuh menimpa tepat masuk ke dalam mulutku yang sedang terbuka lebar. Orang tersebut yang menuduhku sontak saja langsung tak percaya saat melihat bukti yang ada di dalam mulutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Lover Romantic Comedy
Teen FictionTerkadang aku juga tidak mengerti tentang diriku sendiri. Apa yang kurasakan membuatku selalu berpikir ulang kembali. Apakah ini cinta? Ataukah hanya sebatas kasih sayang belaka? Entahlah, yang kutahu perasaan ini tumbuh sedikit demi sedikit, hari d...