"Ambar, kapan tantemu datang?"
"Aku baru saja mendapatkan e-mail darinya. Katanya aku disuruh menunggunya di salah satu restoran yang ada di lantai 1."
Ambar menunjukkan layar ponselnya di depan wajahku. Sekilas aku membaca isi dari pesan tersebut. Dan memang benar di sana tertulis jika dia disuruh untuk menunggu tantenya.
Akibat dari adanya pesan tersebut, aku jadi mempunyai waktu untuk pergi ke tempat Juliet. Dengan memanfaatkan alasan klise yang sama, aku mencoba membohongi Ambar.
"Ambar, kau pergilah ke sana terlebih dahulu. Aku akan menyusulmu nanti. Aku mau ke toilet."
Kubuat mukaku mengerut bermasalah. Kucoba membuatnya untuk percaya dengan akting jelekku. Jika orang lain yang melihat aktingku, aku yakin orang itu tidak akan percaya dengan kata-kataku. Tapi gadis ini, entah dia itu polos atau bodoh, dia hanya menatapku dengan mata tanpa kecurigaan sedikit pun. Gadis berambut coklat itu seakan mempercayai setiap kebohonganku. Dia mengangguk dan memberikan senyum pengertian.
"Mm, kalau begitu aku akan pergi duluan."
Ugh, aku merasa bersalah karena telah membohonginya. Tapi mau bagaimana lagi. Jika aku tidak melakukan hal ini, aku tidak akan bisa pergi ke tempat Juliet. Dan jika dia tahu aku juga berkencan dengan Juliet di hari dan tempat yang sama, aku tidak tahu dia akan bereaksi bagaimana. Mungkin dia akan marah padaku, atau mungkin dia akan kecewa padaku, dan mungkin lagi dia akan melihatku sebagai seorang sampah.
Mengencani dua orang gadis sekaligus di tempat dan waktu yang bersamaan. Jangankan orang lain yang melihatnya, aku juga merasa jijik dengan diriku sendiri. Walaupun keduanya hanya sebatas pacar palsu, tapi perasaanku tetap saja tidak enak jika keduanya mengetahui aku berkencan dengan mereka di waktu bersamaan.
Karena kutahu, pikiran perempuan itu sulit untuk ditebak. Jadi aku lebih memilih bermain aman dengan cara berbohong agar mereka berdua tidak mengetahui kebenarannya.
Melihat Ambar berjalan menjauh, aku pun tidak menyia-nyiakan waktu untuk pergi ke tempat Juliet. Aku berlari menuju lantai 2 tanpa menggunakan lift, karena kutahu jika Ambar akan pergi ke lantai 1. Jadinya aku menghindari Ambar dengan turun ke lantai 2 menggunakan eskalator. Setelah tiba di lantai 2, aku kembali melanjutkan lariku.
"Numpang lewat!"
Aku meloncati papan penanda 'Hati-hati lantai basah'. Tubuhku sedikit oleng ketika mendarat karena permukaan lantainya cukup licin. Namun, aku berhasil memperoleh keseimbanganku kembali dan aku melanjutkan lari.
"Woo, anak kurang ajar! Main lewat sembarangan! Tidak lihat apa kalau lantainya baru saja dipel."
Aku mendengar suara seseorang yang marah, dan sepertinya kemarahannya itu ditunjukan untukku.
Namun, aku tetap tidak berhenti. Aku sendiri akan mengalami masalah jika Juliet marah. Jadi aku tidak ambil peduli dengan orang yang memarahiku. Itu semua karena aku tidak mau mendapatkan masalah jika Juliet marah. Tapi sepertinya itu semua sia-sia saja. Aku berusaha berlari ke tempat itu dengan secepatnya. Sayangnya ketika aku sampai di toko pakaian itu, Juliet sudah menyambutku dengan wajah tidak senangnya.
"Ya ampun... kurasa dia sedang marah"
Aku bergumam dengan nada lirih. Tapi siapa yang menyangka jika Juliet mempunyai pendengaran yang cukup sensitive. Dia melotot padaku dan mendengus kesal.
"Memangnya siapa yang tidak marah kalau ditinggal selama 2 jam! Cepat bayar semuanya dan bawakan semua belanjaanku. Aku sudah lelah menunggumu, hmph."
Bagaikan ratu yang memerintah kasimnya, Juliet mengangkat dagunya tinggi dan berlalu meninggalkan toko pakaian tanpa memperhatikanku lagi.
Aku yang ditinggal Juliet di dalam toko pakaian dengan penjaga toko yang tersenyum manis, hanya bisa mendesah pasrah. Karena kutahu di balik senyum manis wanita penjaga toko ada makna tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Lover Romantic Comedy
Teen FictionTerkadang aku juga tidak mengerti tentang diriku sendiri. Apa yang kurasakan membuatku selalu berpikir ulang kembali. Apakah ini cinta? Ataukah hanya sebatas kasih sayang belaka? Entahlah, yang kutahu perasaan ini tumbuh sedikit demi sedikit, hari d...