"Kyyaaahhh!!"
Sekali lagi jeritan feminim tersebut menggema di dalam ruang teater ini.
Aku hanya bisa menyembunyikan wajahku dibalik kedua tanganku. Film ini benar-benar merangsang adrenalinku. Jantungku di buat berdebar-debar karenanya. Aku tak terlalu memperhatikan jalan ceritanya, yang kutahu jika sosok hantu itu muncul, aku refleks langsung menjerit sekencang-kencangnya.
Juliet yang duduk di sebelahku memperhatikanku dengan senyum aneh di wajahnya. Ini hanya perasaanku saja, atau Juliet memang sangat bahagia ketika melihat wajah ketakutanku. Terbukti dari wajahnya yang memerah, Juliet seolah menikmati ekspresiku yang sedang ketakutan. Bahkan sesekali aku mendengar tawa mengekeh Juliet yang disertai kata-kata 'Imut' keluar dari mulutnya ketika dia melihat ekspresi ketakutanku.
"Haa...haa... hampir saja jantungku copot."
Mengelus dada serta nafas yang terengah-engah, aku mencoba meredakan degup jantungku yang memompa cepat.
"Kenapa kau masih menatapku? Apa ekspresi yang kutunjukkan lebih menarik dari film yang diputar?"
Aku berpaling ke arah Juliet dan menanyakan hal yang menggangguku sedari tadi. Pasalnya gadis di sebelahku ini hanya fokus memperhatikanku dan mengabaikan film yang sedang diputar.
Juliet yang tiba-tiba saja mendengar pertanyaanku tersentak dan sedikit panik. Dia hendak mengatakan sesuatu namun segera menggelengkan kepalanya dan mencoba memfokuskan perhatiannya pada film yang diputar. Tapi, sesekali aku memergoki gadis itu mencuri pandang ke arahku. Dalam hatiku aku bertanya, apakah ekspresi takut yang kubuat terlihat menarik di mata Juliet, huh?
Lupakan saja. Yang terpenting saat ini aku harus kembali ke tempat Ambar.
Dengan begitu aku segera bangkit dari tempat dudukku sehingga menyebabkan perhatian Juliet kembali dia arahkan padaku. Gadis itu mengerutkan keningnya dan bertanya padaku.
"Mau pergi ka mana kau saat ini?"
"Ah, aku ingin menenangkan jantungku dulu. Film ini hampir membuatku terkena serangan jantung."
"Oh, aku mengerti."
Setelah itu aku segera beranjak pergi. Lalu, kejadian seperti sebelum-sebelumnya terjadi.
Aku berlari menuju tempat Ambar. Cleaning service kembali memarahiku di pertengahan jalan. Aku sampai di tempat Ambar. Melakukan beberapa percakapan kecil dengan Ambar dan mendapatkan tatapan menyelidik dari Kak Lidy. Aku kembali lagi berlari menuju tempat Juliet. Di pertengahan jalan lagi-lagi cleaning service mengutukku. Aku sampai di tempat Juliet. Film horor masih berlangsung dan jeritan feminim kembali terdengar disertai dengan senyum aneh yang Juliet tunjukkan padaku.
Siklus tersebut berlangsung beberapa kali hingga membuatku mati lelah.
"Benar-benar, deh. Jika ini terus berlanjut, aku tidak akan tahu apakah aku masih bisa berlanjut berjalan lagi atau tidak?"
Kakiku kram. Aku mati lelah. Staminaku hampir terkuras habis. Semua keluhan itu hanya bisa kutanggung tanpa tahu di mana aku bisa melampiaskan semuanya.
"Woi, bocah kurang ajar, kali ini aku tidak akan membiarkanmu lewat!"
Di tengah-tengah perjalananku menuju lokasi Ambar berada, sebuah suara geram ditunjukkan langsung ke arahku.
"Oh... ternyata Paman cleaning service, toh."
Setelah berulang kali mondar-mandir melewati jalan ini. Mungkin akhirnya karena geram dengan kelakuanku yang seenaknya saja lewat ketika dia sedang mengepel lantai, jadi dia membuat sebuah blokade untuk menahanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Lover Romantic Comedy
Teen FictionTerkadang aku juga tidak mengerti tentang diriku sendiri. Apa yang kurasakan membuatku selalu berpikir ulang kembali. Apakah ini cinta? Ataukah hanya sebatas kasih sayang belaka? Entahlah, yang kutahu perasaan ini tumbuh sedikit demi sedikit, hari d...