Kami berdua menuju salah satu restoran cepat saji. Ketika aku baru saja memasuki restoran cepat saji, aku langsung dibuat terperangah dengan antrian yang panjangnya bukan main.
"Apa-apaan ini? Apa ini loket untuk membeli tiket pertandingan sepak bola? Bukannya Timnas bermain di stadion sepak bola dan bukan di restoran cepat saji macam ini?"
Ada berapa lapis itu? Aku tidak tahu jika ingin makan saja susahnya bukan main seperti ini. Mengantrinya saja sudah bukan main panjangnya. Lalu, belum lagi menunggu pesanan kita siap. Kalau begini bisa setengah jam lagi aku baru bisa makan. Apa restoran cepat saji di akhir pekan selalu seramai ini?
"Darling~"
Tepukan lembut disertai dengan nada manis masuk ke dalam pendengaranku. Setelah aku menoleh, kulihat Juliet yang tersenyum manis padaku.
"Kamu pasti lelah, kan? Kalau begitu biar aku saja yang membawa semua belanjaannya, sini."
"Oh, kau baik sekali, Juliet. Kedua tanganku memang sangat lelah membawa kedua beban berat ini."
"Makannya biar aku saja yang membawanya."
Aku menyerahkan semua kantong belanjaan kepada Juliet. Begitu Juliet menerimanya, dia langsung saja berjalan menjauhiku. Lalu sekitar lima langkah setelah dia berjalan, dia memutar tumitnya dan menghadap ke arahku.
"Aku mau mencari tempat duduk dulu. Kamu yang pesan ya, Darling~"
Dengan begitu Juliet langsung pergi mencari tempat duduk. Meninggalkanku seorang diri di sini mengantri di sepanjang deretan kereta manusia.
"Hei, Juliet-"
"Ah! Oh iya, Darling. Aku pesan cheeseburger, jangan lupa ice cream strawberry dan..."
Juliet menyela kalimatku dan membuat sederet daftar panjang dari makanan yang ingin dia pesan. Dari semua makanan yang dia pesan, sebagian besarnya adalah makanan manis. Aku tahu gadis-gadis menyukai makanan manis, tapi apa itu semua tidak terlalu banyak?
Dan di saat itu aku menyadari jika diriku sudah ditipu lagi. Bagaimana bisa aku yang disuruh mengantri dan dia malah enak-enakkan duduk di sana. Alasannya untuk membantuku membawa kantong belanjaan tadi merupakan sebuah dalih untuknya. Kalau antriannya tidak terlalu panjang sih tidak masalah. Hanya saja sekarang antriannya hampir mencapai pintu masuk. Aku yakin jika para pekerja di restoran cepat saji ini sedang sangat kerepotan.
Kutengok Juliet. Membuat isyarat menggunakan kedua tanganku, aku mencoba memberi tahu Juliet jika kita harus bergantian mengantrinya. Namun, Juliet menghindari pandanganku dan malah asyik bermain dengan ponselnya. Dia seakan tidak mengetahui isyarat yang telah kubuat. Tapi pada kenyataannya aku sempat melihat dia meliriku walau hanya sekilas tadi.
"Gadis ini... serius, deh. Dia benar-benar mempermainkanku. Lihat saja, kalau ada kesempatan akan kubalas semua perbuatannya."
Detik demi detik berlalu, kemudian menit demi menit juga berlalu. Aku yang saat ini ada di barisan depan segera memesan semua makanan yang telah Juliet sebutkan tadi. Setelah itu waktunya untuk makan.
"Serius... ke mana semua perginya makanan itu? Apa perutmu adalah sebuah jurang hitam yang menelan apapun yang masuk ke dalamnya?"
Mataku setengah terpejam ketika melihat Juliet yang saat ini sedang menyantap makanannya. Manis, manis, dan manis. Semua makanan manis yang tadinya memenuhi meja langsung lenyap dan hanya tinggal menyisakan beberapa.
"Tidak sopan! Kau tahu, berbicara seperti itu kepada seorang gadis merupakan sebuah dosa yang tak terampuni. Tapi tenang saja, karena suasana hatiku yang sedang baik, jadi aku akan mengampuni dosa-dosamu itu. Berbahagialah."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Lover Romantic Comedy
Teen FictionTerkadang aku juga tidak mengerti tentang diriku sendiri. Apa yang kurasakan membuatku selalu berpikir ulang kembali. Apakah ini cinta? Ataukah hanya sebatas kasih sayang belaka? Entahlah, yang kutahu perasaan ini tumbuh sedikit demi sedikit, hari d...