"Ahhh !! Gila ! Ini sungguh gila !!" Jihyun berseru sambil menggebrak meja cafe. Seulgi yang melihat itu hanya diam menikmati es krim yang dibelikan Jihyun, "Akkh !! Aku merasa bodoh karena mau menerima tawarannya."
"Tapi itu lebih baik daripada kau harus membayar biaya pengobatannya." Sela Seulgi.
Jihyun memijat pelipisnya, "Sungguh aku bisa gila, Seulgi-ya.. percayalah, sebentar lagi aku akan menjadi orang suruhan yang harus mau melakukan apa yang ia inginkan."
"Tidak buruk. Kau jadi punya banyak waktu untuk berdua dengannya, bukan?"
"Aku sudah punya kekasih, Kang Seulgi !" Protes Jihyun sambil menyuap sesendok es krim ke dalam mulutnya.
"Ah, ngomong-ngomong tentang kekasihmu. Kenapa dia tidak ikut kesini?" Tanya Seulgi.
"Jimin bekerja."
"Bagaimana rasanya memiliki kekasih?" Jihyun terdiam mendengar pertanyaan spontan Seulgi, "Ini yang pertama untukmu. Pasti ada kesan tersendiri."
Jihyun tersenyum kecil, "Aku tak mengira sebenarnya bisa memiliki kekasih. Jimin orang yang baik, sungguh. Tetapi sepertinya aku salah jika aku berpikir aku bisa menyukainya. Apa menurutmu aku jahat?"
Seulgi menyipitkan matanya, berusaha menelaah kasus sahabatnya, "Bisa dibilang begitu. Kasarnya, jika kau tidak menyukainya kenapa menerimanya? Tetapi di sini, kau juga sedang berusaha mencintainya. Jadi, kesalahanmu tidak begitu besar." Seulgi menjelaskan. Jihyun mengangguk mengerti.
"Lalu Jungkook? Kau masih menyukainya kan?"
Jihyun mengangkat bahunya, "aku sudah tidak begitu memikirkan perasaanku padanya. Sekarang yang ada dipikiranku adalah bagaimana caranya agar Jungkook cepat sembuh sehingga aku tidak perlu lagi berurusan dengannya," ujar Jihyun, "Menunggu yang tidak pasti bukanlah sesuatu yang baik. Aku tidak boleh terus mengharapkan apa yang tidak jelas nantinya."
Kini Seulgi yang mengangguk mengerti. Ia paham bahwa Jihyun masih menyukai Jungkook, tetapi ia juga paham bagaimana rasanya menunggu cinta yang tak jelas balasannya. Bagaimana pun, sebelum Seulgi memutuskan untuk membina rumah tangga, ia adalah perempuan seperti Jihyun. Jadi ia sangat mengerti bagaimana perasaan Jihyun saat ini.
"Ah ! Lalu bagaimana keadaan Jungkook? Dia sudah lebih baik?"
Jihyun mendengus, "Bisakah kita mengganti topik pembicaraan kita? Telingaku panas selalu mendengar namanya." Omel Jihyun.
"Ah, apa kau yakin ingin mengganti topik pembicaraan kita? Kau kan paling suka ketika membahas Jungkook dulu." Ledek Seulgi.
"Itu dulu !"
Ddddrrrrttttt !!!!! Dddrrrttttt !!!
"Siapa yang menelponmu siang-siang begini?" Tanya Seulgi sambil memandang ponsel Jihyun yang bergetar.
Jihyun juga heran. Hari ini jadwalnya untuk libur, apa mungkin ada seseorang yang mencarinya? "Molla, nomornya tidak aku kenal."
"Angkat saja. Mungkin penting."
"Yeo-yeoboseyo?" Sapa Jihyun dengan nada yang pelan.
"Yak !! Kau kemana, hah?! Ini jam berapa? Sudah waktunya aku makan siang ! Aku tidak mau tahu, 20 menit lagi kau harus tiba dengan membawa kue beras dan bibimbab !"
Jihyun mengernyit, "Ini.... JEON JUNGKOOK?!!"
"Ya ! Ini aku ! Cepatlah ke kamarku ! Aku sudah sangat lapar !!"
"Ta-tapi.. ba-bagaimana kau tahu nomor ponselku?!"
"Apa pertanyaan itu akan membuat perutku kenyang? Itu tidak penting. Cepat jalankan tugasmu !"
KAMU SEDANG MEMBACA
[Song Fict]Love, That One Word | BTS FANFICTION ✔
Fanfic"Padahal aku sudah bersusah payah menjauhimu. Kenapa kita harus bertemu lagi?" Kisah cinta sejak masa sekolah yang kembali berlanjut hingga saat ini. Mereka dipertemukan kembali dalam sebuah situasi yang berbeda. Akankah mereka bersatu?