Jinyoung termenung dipinggir kolam yang terdapat dikediaman Mark.
'Aku mencintaimu'
Kata-kata itu masih terngiang-ngiang ditelinganya. Ia tidak tahu Mark serius atau tidak dengan ucapannya, tetapi Jinyoung merasakan ribuan kupu-kupu beterbangan diperutnya, ia senang mendengar kata cinta itu.
TUK
Jinyoung terkejut ketika mendengar sesuatu yang terjatuh. Tidak ada pelayan disana, lalu siapa? Jinyoung memberanikan diri untuk melihat benda apa yang terjatuh. Ia rasa suara jatuhan benda itu berasal dari ruangan yang biasa digunakan Bambam untuk bersantai dan belajar sendirian.
Jinyoung membuka pintu ruangan itu lalu mencari saklar lampu. Ketika lampu menyala tidak ada siapa-siapa disana kecuali vas bunga yang biasanya terletak didekat jendela kini sudah pecah.
"Apa ada pencuri yang masuk? Tapi bagaimana bisa pencuri masuk disiang hari seperti ini? Bukankah diluar sana banyak penjaga?"
Langkah kaki terlihat mendekat kearah Jinyoung. Jinyoung tampak menegang karena takut, takut kalau pencuri itu akan membunuhnya. Jinyoung mencari sesuatu agar ia bisa melindungi dirinya. Ia meraih gunting yang terletak diatas meja dan ketika orang itu mendekat, Jinyoung langsung berbalik dan melayangkan gunting itu kepada laki-laki bertopi hitam namun laki-laki itu dengan cepat menahan lengan Jinyoung sebelum gunting itu melukainya.
"Hei ini aku"
Laki-laki itu melepaskan cekalannya dilengan Jinyoung lalu membuka topi yang sempat menutup separuh wajahnya.
"Shownu hyung!"
"Sstt jangan berteriak"
"T-tapi kenapa hyung menyelinap seperti pencuri? Aku hampir saja melukaimu"
"Mark akan mengusirku jika dia tahu aku disini"
"Mark sedang dikantor jadi dia tidak akan tahu"
"Tapi dia memiliki banyak mata-mata jadi aku tidak bebas masuk kerumah ini"
"Sekarang katakan kenapa kau datang kesini"
"Aku merindukanmu"
"Baru dua hari kita tidak bertemu. Kau berlebihan hyung"
"Jinyoung-ah, kenapa kau menyembunyikan masalah ini dariku? Jika kau menceritakan semuanya dari awal, aku bisa mengeluarkanmu dari sini"
"Maafkan aku karena sudah membohongimu hyung. Aku tidak mau merepotkanmu lagi, selama ini kau sudah banyak membantuku dan Arin"
"Itu sudah kewajibanku karena kau... temanku"
'Teman? Ya saat ini Jinyoung hanya temanku'
"Terima kasih hyung. Kau adalah orang yang baik. Tapi..."
"Tapi apa?" Shownu menunggu jawaban dari Jinyoung.
"Aku tidak bisa hyung. Aku berhutang nyawa pada Mark"
"Berhutang nyawa? Dia hanya membayar perawatan adikmu, itu yang kau bilang berhutang nyawa? Apa selama ini kau tidak mau mencari tahu alasan kenapa Mark membawamu kesini lalu membiayai semua kehidupanmu dan Arin? Jinyoung, seseorang melakukan kebaikan karena sebuah alasan apalagi ini menyangkut kehidupanmu. Tapi tidakkah aneh jika seorang laki-laki kaya nan arogan seperti Mark mau menampung laki-laki biasa sepertimu? Dia berasal dari keluarga terpandang, jadi dia tidak mungkin membawa sembarangan orang kerumahnya untuk tinggal bersamanya. Dia memiliki alasan melakukan ini Jinyoung"
Jinyoung membenarkan ucapan Shownu. Ia pernah mendengar dari Youngjae kalau Mark tidak pernah membawa wanita ssewaannya bahkan temannya kerumah ini, kecuali Jaebum dan Youngjae tentunya. Bahkan Mark pernah menolak untuk tinggal bersama dengan Bambam yang merupakan adik tirinya. Mark juga menolak membawa Arin kesini. Tapi kenapa Mark menerimanya disini? Tidakkah itu aneh? Ia hanyalah laki-laki yang dibeli oleh Mark, tapi kenapa Mark memperlakukannya seperti mereka sudah mengenal sejak lama? Sekarang Jinyoung baru menyadari semua kejanggalan ini.