Mark berjalan dengan terburu-buru dikoridor rumah sakit. Ia mendapat kabar bahwa ayahnya masuk rumah sakit karena penyakit maagnya kambuh. Ia memasuki ruangan dengan nomor 403, yaitu ruang rawat ayahnya. Didalam ada ibunya dan juga Bambam yang menjaga sang ayah.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Mark.
"Dokter bilang maagnya kambuh dan ayahmu kurang beristirahat. Itulah yang menyebabkan dia pingsan dikantor. Untung saja disana ada Youngjae dan Youngjae segera membawanya kesini" Jawab Ny. Tuan.
Mark menatap ayahnya yang sedang terlelap. Jujur, Mark menyesali semua perbuatannya pada sang ayah. Ia selalu melawan dan seolah-olah tidak menganggap keberadaan ayahnya. Padahal dulu Mark sangat dekat dengan ayahnya. Mark menatap wajah yang mulai berkeriput itu. Dulu wajah ini sangatlah tegas bahkan sewaktu kecil Mark ingin memiliki wajah yang tampan seperti ayahnya. Apapun yang dilakukan oleh sang ayah, Mark pasti menirunya. Meskipun ia sering membangkang, bukan berarti ia tidak menyayangi ayahnya. Bahkan sang ayah berusaha sabar melihat sikap Mark yang terkadang membuat orang lain kesal.
"Mark, eomma harus mengantar Bambam kesekolah. Tidak apa-apakan kau menjaganya sebentar?"
"Hm" Respon Mark singkat.
Sekarang hanya Mark dan ayahnya disana. Mark beru mengingat kalau ia berjanji akan pulang saat makan siang dan meminta Jinyoung untuk membuatkan makanan favoritenya. Tapi sepertinya Mark tidak akan sempat pulang karena ia baru saja tiba dan tidak mungkin ia pergi lagi. Mark tidak mau memberi tahu Jinyoung masalah ayahnya. Ia takut nantinya Jinyoung panik karena ia tahu Jinyoung memiliki kepanikan yang berlebihan. Mark berharap Jinyoung bisa mengerti.
"Ayah"
Tn. Tuan bangun dari tidurnya. Ia sedikit terkejut melihat sang anak kini duduk disebelahnya. Mark membantu ayahnya untuk duduk.
"Kau disini? Dimana Jinyoung?" Mark sempat tertegun. Disaat sakitpun ayahnya masih memikirkan orang lain. Tidak, Jinyoung bukanlah orang lain, tapi tidak bisakah ayahnya memikirkan kesehatannya terlebih dahulu.
"Aku tidak memberitahunya bahwa ayah masuk rumah sakit. Jinyoung memiliki kepanikan yang berlebihan, aku takut dia nekat kesini dan terjadi sesuatu padanya dijalan. Aku tidak mau dia terluka"
Tn. Tuan tersenyum samar. Rupanya anaknya ini benar-benar mencintai anak manis yang bernama Park Jinyoung.
"Kau terlalu mencintainya"
"Karena dia kekasihku"
Oh bisakah sang ayah tidak membahas masalah percintaannya dikondisi seperti ini.
"Luangkan sedikit waktu untuk ayah beristirahat. Masalah pekerjaan sudah banyak yang mengurusnya"
"Siapa lagi yang mau mengurus perusahaan selain anak-anakku"
Mark tahu kalimat itu adalah sindiran untuknya.
"Aku tidak bisa membantu ayah mengurus perusahaan. Perusahaanku sendiri tidak bisa kupertahankan. Hah sudahlah, jangan membahas masalah perusahaan lagi. Sebaiknya ayah istirahat"
"Ah sudah lama aku tidak mengobrol denganmu"
"Ayah..."
"Tapi sayangnya kau tidak asyik diajak mengobrol. Kau terlalu serius dan datar. Seharusnya tadi kau membawa calon menantuku kesini"
Mark mengerjabkan matanya dan mencerna kalimat terakhir yang ayahnya katakan. Calon menantu? Apa yang dimaksud adalah Jinyoung?
"Jinyoung adalah anak yang baik dan sopan. Dia tahu seperti apa bersikap terhadap orang yang lebih tua. Seharusnya dia tidak jatuh cinta pada laki-laki arogan sepertimu. Masih banyak diluar sana laki-laki yang lebih baik darimu"