Chapter 2

7.1K 477 10
                                    

Jinyoung mengerjabkan matanya membiasakan cahaya matahari yang masuk lewat jendela menerpa penglihatannya. Jinyoung menoleh kesamping tetapi Mark tidak ada disana, mungkin Mark sudah pergi kekantor, pikirnya.

Jinyoung menggeliat meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku pasca kejadian tadi malam. Oh mengingatnya membuat Jinyoung mendengus kasar. Ia meringis ketika merasakan sakit dibagian bahwa tubuhnya karena semalam Mark menghajarnya habis-habisan.

Jinyoung melihat sehelai kemeja tipis dan juga sebuah ponsel terletak diatas tempat tidur. Itu ponselnya. Jinyoung mengambil ponselnya tetapi tidak ada satu pesan atau panggilanpun yang masuk. Mata sipitnya terbelalak kaget melihat semua kontaknya hilang tapi ada satu nama yang tertera disana, 'Mark'.

Untuk apa Mark menghapus semua kontak diponselnya, tidak sopan sekali. Hei, sejak kapan Mark menerapkan perilaku sopan padamu Park Jinyoung?

Jinyoung meraih kemeja yang ia yakini milik Mark, karena kemeja itu sedikit kebesaran, kemudian langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia berendam dalam bathup yang sudah diisi air hangat. Jinyoung memejamkan matanya ketika persetubuhannya dengan Mark tadi malam kembali menari-nari dipikirannya. Sampai kapanpun ia tidak akan melupakan kejadian itu, tidak akan pernah. Jinyoung meringis ketika bagian bawah tubuhnya terasa nyeri.

"Bagaimana kondisi Arin sekarang? Aku harus medapatkan uang untuk biaya operasinya, tapi aku tidak bisa keluar dari sini. Sekarang aku harus bagaimana?"

Air mata itu kembali jatuh. Saat ini sang adik sedang membutuhkannya tetapi ia tidak ada disana. Lama kelamaan tubuh polos itu merosot dan tenggelam hingga leher. Sekarang Jinyoung menyerah.

.

Sudah hampir 5 jam Youngjae mondar-mandir didepan kamar yang dihuni Jinyoung. Sejak tadi Jinyoung belum keluar kamar dan yang lebih mengkhawatirkan lagi pintu kamar itu terkunci. Youngjae sudah mencoba menghubungi ponsel Jinyoung tetapi tidak ada jawaban.

"Aish apa yang dia lakukan didalam? Membuatku khawatir saja." Gerutunya.

"Tuan?"

Bibi Shin yang kebetulan lewat langsung menyapa Youngjae.

"Ahjuma, apa kau menyimpan kunci cadangan kamar ini?"

"Kunci cadangan? Maaf tuan, tapi tuan Mark sudah mengambilnya dari saya."

"Ya sudah. Terima kasih."

"Ne." Jawab bibi Shin sebelum pergi dari sana.

Youngjae semakin kelagaban. Ia melirik pintu bergaya klasik itu dengan ragu. Ia harus membuka pintu kamar ini untuk memastikan keadaan Jinyoung. Bisa saja pemuda itu kabur.

BRAK BRAK BRAK

Dengan sekuat tenaga Youngjae mendobrak pintu itu dan dalam berapa kali dobrakan akhirnya pintu itu terbuka. Youngjae melihat tidak ada siapapun disana. Dengan terburu-buru ia membuka pintu kamar mandi dan betapa terkejutnya ia ketika melihat tubuh Jinyoung hampir tenggelam dibathup dengan wajah yang pucat.

"Jinyoung!"

.

Jinyoung terbaring lemah diatas tempat tidur. Beberapa menit yang lalu dokter pribadi Mark sudah memeriksa keadaannya dan ia mengatakan kalau Jinyoung terserang demam karena terlalu lama berendam. Selain itu ia meminta pada Youngjae agar tidak terlalu menekan pikiran Jinyoung karena itu berdampak pada kesehatannya. Youngjae menatap iba lelaki cantik ini, apakah tadi Jinyoung berniat untuk bunuh diri dengan cara berendam didalam bathup hingga berjam-jam? Sungguh pikiran yang dangkal, pikirnya.

BRAK

Youngjae menoleh ketika Mark memasuki kamar dengan tergesa-gesa.

"Youngjae katakan padaku apa yang terjadi?!"

Because of You -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang