Tiga bulan berlalu. Jinyoung dan Arin hidup berdua dirumah kecil mereka di Busan. Meskipun begitu, mereka terlihat jauh lebih bahagia dibanding hidup dengan kemewahan yang diberikan oleh Mark. Dan mengenai Mark, tampaknya Jinyoung tidak peduli lagi. Begitu juga dengan Mark. Mark tidak pernah mencari Jinyoung lagi bahkan tidak pernah menghubungi Jinyoung ataupun mengiriminya pesan. Keduanya mulai menjalani kehidupan baru dan melupakan masa lalu mereka... mungkin.
Jinyoung sudah bersiap-siap berangkat ketempat kerjanya yang baru yaitu disebuah restoran Cina di kota Busan ini.
"Arin, oppa berangkat dulu. Nanti kalau kau pergi kesekolah, jangan lupa kunci pintunya. Arra?"
"Ne. Hati-hati oppa"
Jinyoung pergi bekerja menggunakan sepeda pemberian Shownu dan entah bagaimana bisa Shownu membelikan Jinyoung sepeda perempuan, sepeda ini pantasnya dipakai oleh Arin. Tapi Jinyoung sangat berterima kasih pada Shownu karena sudah membantunya selama ini dan Shownu juga yang mencarikan Jinyoung pekerjaan.
Jinyoung bersenandung ria sambil mengayuh sepeda birunya. Ia menikmati angin musim semi yang telah tiba.
Aku tidak tahu...
Sampai kapan aku berpura-pura melupakannya. Aku merindukannya.
Mark menyeret kopernya yang berukuran kecil menuju mobil yang sudah menjemputnya. Sejak natal, ia berada di New York untuk mengurus perusahaannya disana. Akhir-akhir ini ia sangat sibuk bahkan jarang bertemu dengan keluarganya sendiri. Seperti yang dikatakan Jaebum, Mark gila kerja. Disaat libur natalpun ia tetap bekerja.
"Paman, kita langsung kekantor"
"Tapi tuan, anda pasti lelah. Apa tidak sebaiknya tuan beristirahat sebentar"
"Tidak perlu paman. Antarkan saja aku kantor"
"Baik tuan"
.
Diperjalanan Mark sibuk bertanya pada paman Kang mengenai permasalahan yang terjadi pada Bambam. Sejak kepergian Jinyoung, Bambam kembali seperti dulu. Pendiam dan tidak mau berhubungan dengan orang lain.
"Tuan muda Bambam sering menyendiri. Setelah pulang sekolah, ia mengurung dirinya dikamar dan keluar jika dia membutuhkan sesuatu"
"Lalu bagaimana dengan sekolahnya?"
"Nilainya memburuk tuan. Tuan muda Bambam berada diperingkat sembilan"
"Sembilan?" Mark terkejut dengan jawaban paman Kang. Kenapa nilai Bambam seanjlok itu? Padahal selama ini Bambam selalu mendapat peringkat pertama. Bagaimana itu bisa terjadi? Dan sejak kapan Mark mulai peduli pada adik tirinya?
"Apa dia tidak pernah belajar?"
"Maaf aku tidak tahu tuan. Semenjak... tuan Jinyoung pergi... tuan muda Bambam berubah drastis. Aku mulai khawatir dengan keadaan tuan muda Bambam"
'Jinyoung?'
"Apa tidak sebaiknya tuan membawa tuan Jinyoung kembali?" Tanya paman Kang ragu. Ia takut Mark akan murka ketika ia menyebutkan nama Jinyoung.
"Itu tidak mungkin" Gumam Mark pelan.
.
Kedatangan Mark disambut dengan sedikit kejutan oleh karyawan kantornya. Seperti biasa, Mark tidak memberikan respon apapun.
"Hei Mark, tidak adakah ucapan terima kasih? Wajah mu datar seperti jalanan menuju rumahku" Canda Jaebum.
Mark mengangkat bahunya tidak peduli.
"Dan bersiaplah dengan pekerjaan barumu Mark"
"Apa?"
"Ayahmu sudah memutuskan untuk membuka pabrik di Busan yang sudah lama terhenti. Dan kau... kau yang akan mengurus semuanya"