20. Terkadang Nyaman Saja Sudah Cukup

52.2K 1.4K 97
                                    

Multimedia : Berawal Dari Tatap by Yura Yunita

Multimedia : Berawal Dari Tatap by Yura Yunita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

p a r t twenty


"Jadi sebenernya lo udah nembak Abigail apa belum?" tanya Deva sekembalinya dari kedai batagor. Piring berisi makanan yang diatasnya dilumuri saus kacang diletakkan di atas meja bermelamin putih. Di depannya ada Ethan yang sedang memutar-mutar sedotan di dalam gelas es jeruk.

"Kayak yang gue bilang waktu itu—" Ethan menghentikan aktifitas tangannya. "—gue pernah bilang sama Abigail kalo gue mau mulai sesuatu yang baru sama dia. Gue juga udah sering bilang kalo gue akan selalu jagain dia, gimanapun nanti, gue bakal selalu ada buat dia."

"Tapi Abigailnya belum mau ada komitmen apa-apa gitu?" tanya Deva lagi sambil melahap makan siangnya.

"Abigail itu gimana ya– dia itu cewek polos, Dev, tapi di balik kepolosannya itu dia itu sebenernya pinter. Dia itu cerdas."

"Hmm," komentar Deva hanya berupa gumaman karena mulutnya sedang mengunyah.

"Kemarin yang gue kira dia bakal worry about stupid statementnya Manuel, ternyata reaksinya kebalikan dari itu semua. Anjir nggak sih, dia bisa nebak apa yang sebenernya dimaksud Manuel dan dia ngomongin itu tanpa ada respon berlebihan. Dia tenang. Kalem banget malahan, sampai gue aja heran ngeliatnya," Ethan kemudian mengingat kembali percakapannya bersama Abigail kemarin petang dan itu membuatnya ingin tersenyum. "Gue nggak nyangka bisa ketemu sosok cewek seistimewa dia. She looks gorgeous with her own way, and I like that."

Deva nyengir, merasa gembira melihat sahabat dekatnya mulai bisa memandang gadis lain selain Avisa. "Salut gue sama Abigail. Dia bisa bikin lo jatuh untuk yang kedua kalinya. Lo beneran sayang kan sama dia?"

"Gimana ya—" Ethan berpikir, mencari kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya, karna baginya kata sayang memiliki makna yang luas. Ethan ingin lebih spesifik namun belum pantas jika disebut cinta. "—intinya gue seneng ada di deket dia, gue nyaman, dan yang gue lihat selama ini dia juga ngerasain hal sama. Cuma ya itu tadi, karna gue sama dia belum ada komitmen apa-apa, gue jadi ngerasa insecure. Takut ada cowok lain yang berhasil ngambil dia."

"Ya itu sih tinggal gimana cara lo ngejaga Abigail, Tan. Cewek itu ibarat pasir di tangan, makin kuat lo genggam, dia akan makin lepas, justru sebaliknya kalo lo genggam dia dengan lembut tanpa bersifat  mengekang, dia bakalan selalu ada di tangan lo. Sama kayak yang lo bilang tadi, nyaman," ucap Deva sepenuhnya benar. Ethan kemudian memberi anggukan tanda mengerti.

"Abigail itu bukan cewek yang nuntut komitmen kalo gue rasa. Bagi dia, bukan status yang penting, melainkan gimana hubungan dapat terus berjalan dengan langkah beriringan, berlandaskan rasa nyaman dari dua belah pihak," kata Ethan. "Gue terus jadi mikir, terkadang emang kenyamanan aja udah cukup sih. Kita bukan lagi anak SMA yang harus pakai acara katakan cinta. Jadian di satu tanggal terus memperingati itu setiap bulan. Hubungan yang seharusnya kita jalani bukan lagi ajang main-main."

Feeling High ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang