[Adult Story]
[PART 21-EPILOG DIHAPUS-BACA PART TERAKHIR UNTUK VERSI PDF DARI CERITA INI]
Ethan melakukan satu kesalahan besar: dia gagal menahan hawa napsu dalam dirinya
#9 on romance (7/11/2016)
Copyright ⓒ 2016 by Scholaztika
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
p a r t nineteen – – –
Kebanyakan kaum Adam menumpahkan segala masalahnya pada sebuah benda kecil ajaib bernama rokok. Gulungan tembakau yang diujungnya disemati filter—ataupun tanpa—diyakini mujarab menjadi sarana bagi mereka untuk berkompromi dengan gelungan problematika kehidupan.
Apapun itu, selayaknya sahabat setia, rokok selalu ada menemani aktifitas mereka. Entah apa yang mereka pikirkan, sejenak beban di pundak terasa ringan hanya karena kekuatan nikotin—yang sebenarnya adalah kandungan jahat bagi kelangsungan hidup mereka.
Dan ini adalah rokok ketiga yang dibakar Ethan saat menjelang senja.
Sosoknya telah duduk di sisi pilar teras rumahnya selama hampir setengah jam. Ethan jarang melakukan ini, jika tanpa alasan pasti, dia lebih suka berdiam di kamar atau salah satu ruangan di dalam rumah besarnya. Satu-satunya faktor yang melandasi kegiatan sore harinya tersebut adalah belum pulangnya Abigail sampai matahari hampir kembali ke peraduan. Berulang kali panggilan Ethan diabaikan oleh gadis itu. Puluhan pesan juga tak kunjung mendapat balasan.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan gadis kecil itu? Batin Ethan serasa tidak tenang sejak tadi.
Ethan mengerti, sorot mata Abigail tadi siang menyiratkan kegundahannya terkait kalimat terakhir yang dilemparkan Manuel. Abigail pasti masih memikirkan hal itu, tapi sebenarnya itu bukanlah alasan Abigail bersikap sedikit menghindar, bukan? Sikapnya yang seperti itu justru membuat Ethan frustasi. Perkataan Manuel tadi tentunya merujuk pada kebiasaan malam Ethan selama satu tahun terakhir ini—bersenang-senang dengan alkohol lalu melampiaskannya dengan para jalang. Dan bagi gadis yang statusnya sedang didekati olehnya, fakta-fakta tersebut seharusnya ditutup rapat dalam sebuah kotak berisikan masa-masa kelamnya.
Lalu, apa itu artinya setelah kotak tertutup masa kelam Ethan sudah berakhir?
Jawabannya, hampir.
Karena Ethan sendiri sudah berjanji untuk tidak lagi berkawan dengan gemebyar dunia malam jika itu hanya akan mendatangkan malapetaka baginya. Ethan mencoba kembali pada kehidupannya yang dulu—saat masih ada Avisa, namun bukan lagi menyangkutkan Avisa ke dalamnya. Ethan ingin kembali hidup sehat, sudah cukup lambungnya menerima larutan kotor yang hanya akan merusak masa depan.
"Kak Ethan?" suara merdu inilah yang Ethan tunggu sejak tadi. Tanpa menunggu lagi, Ethan segera memberikan semua perhatiannya pada Abigail yang berdiri di dekat pilar. Sosoknya terlihat biasa saja, namun ada seberkas sinar yang membuat mata Ethan terkagum. Bahkan langit senja yang memerah masih kalah indah dibandingkan rona wajah Abigail sekarang.
Ethan mencucukkan rokoknya ke asbak, lalu berjalan menghampiri Abigail ditemani perasaan lega luar biasa. "Darimana, Bi? Kenapa baru pulang jam segini?"
"Abis ke rumah Ochi, Kak—em, kenapa?"
"Gue udah berulang kali telpon lo tapi nggak lo jawab, pesen-pesen gue juga lo anggurin gitu aja."