Kehidupan telah bermuara.....
Kini, kembali berlanjut meniti dalamnya arti dari kehidupan tersebut.
Jalaluddin Mohammad Akbar bersama istri tercintanya telah mengisi surga mereka. Pulau pribadi, terpisah dari hiruk-pikuk negara mereka, India, meneta...
Katrina menatap Jodha penuh amarah, "Masih berani mencampuri urusanku, kau pikir kau ini siapa, HAH? KU KATAKAN UNTUK KAU AGAR MENJAUH DAN JANGAN MENGHALANGI AKU, AAGGHHH..............,
PLAKKK!!!
Tamparan keras Katrina mendarat di wajah Jodha. Ia nyaris tersungkur ke tanah, namun sebuah tangan kuat menopangnya.
Tak jauh dari mereka, seseorang menatap geram melihat pemandangan itu, seraya mengepalkan tinjunya.
"Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?" tanya pria itu, khawatir.
"Emmhh!" Jodha sekuat tenaga menegakkan tubuhnya yang sempat melengkung indah di pelukan penolongnya. Pertanyaan pria itu terabaikan. Jodha menoleh, "Anda?"
Pria lainnya yang berdiri di belakang Jodha masih nampak geram. Sinar matanya menggelap, menyorot ke arah Katrina dan penolong Jodha bergantian.
"Ya, aku.........," pria itu terhenti. Tatapannya ikut mengarah ke wajah Katrina, "KAU!! Apa yang sudah kau lakukan, Katrin? Kau menamparnya?"
"Ya, aku menamparnya, mengapa? Kau marah, Darmien sayang?" Katrina belum menyadari kehadiran Jalal, sama halnya seperti Darmien yang tadi menyelamatkan Jodha. "Dan, ya, apa yang kau lakukan disini?" Katrina melongok ke balik pinggang Darmien, dan mendapati Nicole disana, "Oohhhh! Kau rupanya. Adik iparku, Suzanna, bukankah bocah kecil itu yang ingin kau temui? Silahkan, dia sudah ada disini," Katrina menarik Suzanna dari sisi Celine yang semula memeluknya. Kehadiran wanita itu akhirnya disadari Darmien. Pria itu membelalak. Seolah miliknya paling berharga akan dirampas, Darmien sigap menggendong Nicole dan melangkah cepat untuk membawanya pergi. Nicole yang tak sempat melihat kehadiran ibunya pun hanya mengikuti arus diam dari pamannya itu. Tubuh kecilnya dibawa pergi Darmien diiringi kepasrahan Nicole.
Pengawal Jalal hendak mengejar dan mencegat Darmien dari arah depan menuju parkiran tanpa perintah, karena mereka berpikir tindakan itu sepemikiran dengan apa yang akan Tuannya tugaskan pada mereka kemudian.
Sigap, Jalal mengarahkan tangannya hingga melintang di hadapan pengawalnya. Mereka menunduk. Hanya dengan isyarat mata, mereka menurut. Selangkah demi selangkah orang-orang itu mundur, menjauh. Tatapan tajam Jalal terpusat ke arah para wanita.
Jodha termangu melihat apa yang terjadi di depannya. Ia sedikitpun tak mengerti alasan sepasang tunangan itu menjauhkan Suzanna dari Nicole yang baru saja ia ketahui bahwa wanita tersebut merupakan ibu dari gadis kecil itu.
