“TERINDAH”
***
Semenjak kemarin, Rizky mulai menjaga jarak dengan dinda. Saat dinda tanya kemarin, Rizky hanya tersenyum dan langsung meninggalkannya sendirian ditaman.Bukan dinda memusuhinya, tetapi ia tidak percaya jika orang yg dekat dengannya itu menginap penyakit yg mematikan. Bukan hanya sekedar teman aja, tetapi Rizky adalah orang yg ia cintai.
Sadar akan hal yg tidak bisa ia ungkapkan. Dinda terdiam dan menatap gelapnya langit malam dengan gemerlap bintang yg saling menebar sapa.
Dinda memeluk buku itu dan berharap bahwa semuanya akan baik-baik saja.
“Sesungguhnya ini semua akan membunuhku.”
Ponsel dinda bergetar dan ia segera membaca pesan yg masuk. Dengan lemas ia membaca pesan dari lelaki misterius itu.
“Sudah ku bilang, Dinda. Baca saja dan jangan banyak bertanya! Jangan beri tau pada siapa-siapa tentang buku itu! Atau kamu akan diliputi rasa bersalah.”
Dinda tertegun membaca pesan itu. Pengirimnya sudah pasti bukan rizky. Ia tidak sekasar itu pada orang lain.
Dinda tidak tau harus menjawab apa. Semuanya sudah terjadi. Rizky mengetahui tentang buku itu karena Dinda membacanya tepat saat berjalan bersamanya. Dinda tidak tau harus bagaimana. Ia segera membalas pesan itu.
“Apakah kamu akan membunuhku?”
Dinda menghapus pesan itu dan mengganti-nya dgn jawaban yg lain.
“Ya, tentu saja.”
“Oh, Tuhan. Tolonglah selamatkan aku. Aku tidak mengerti cara lelaki itu bermain. Bagaimana pun juga, aku tidak ingin diliputi rasa bersalah beserta penyesalan yg besar. Apakah ini pertanda bahwa aku harus membaca buku ini hingga selesai? Tetapi aku tidak kuat. Ini semua terlalu menyakitkan dan membingungkan. Bagaimana jika ternyata lelaki itu adalah orang yg aku cintai? Bagaimana jika Ia adalah Rizky?”
Ah.
Ponsel dinda bergetar kembali. Ia segera membaca balasan dari lelaki misterius itu lagi.
“Baca halaman 29”
Dengan gerakan yg gesit, dinda segera membaca halaman itu, tetapi ternyata halaman itu kosong!
“Sial. Halaman itu kosong! Kamu sendiri yg membuatnya, kamu juga yg tidak mengetahui bahwa halaman itu kosong.”
Dinda sangat marah pada lelaki itu. Bagaimana tidak? Ia saja tidak mengetahui bahwa ada halaman yg lupa Ia tulis dengan sederetan katanya yg menakutkan itu.
Ponsel dinda bergetar cukup lama membuatnya harus terpaksa mengangkat ponsel itu.
“Ada apa, Rizky?”
“Cepat buka halaman 29!”
“Bagaimana kamu bisa mengetahuinya? Jadi benar selama ini pengirim bingkisan-bingkisan itu adalah kamu? Huh?”
“Aku bukan Rizky.”
Seketika jantung dinda serasa berhenti sejenak. Ponselnya jatuh ke lantai bersamaan dengan buku itu. Matanya tak bisa berkedip. Ia benar, suara itu bukan suara orang yg ia cintai. Dengan cepat dinda segera membuka halaman 29 dan mematikan lampu kamarnya.
Tulisan-tulisan ajaib muncul dengan sendirinya dengan cahaya yg cukup terang. Dengan tangan yg bergemetaran, dinda mulai membacanya dengan cepat.
“Dinda, dengarkan aku.
Apapun yg terjadi, tetaplah tenang. Jangan panik, karena aku akan selalu berada di sampingmu.”***
Dinda izin tidak masuk sekolah. Kepalanya terasa pusing dan berat. Ia sangat ingin sekali terbebas dari seluruh bingkisan itu. Ia merasa tertekan dan tidak bisa berpikir jernih. Kapan ini semua bisa berakhir?“Aku tidak ingin mengecawakan lelaki itu tetapi aku juga tidak ingin menyakiti diriku sendiri” gumam dinda pelan.
Dinda memejamkan matanya dan mulai melakukan penjernihan pikiran.
“Aku takut jika semuanya tidak akan berjalan seperti apa yg aku harapkan. Bagaimana aku bisa menyingkirkan rasa takutku? Aku tidak bisa menghilangkan rasa takutku yg berbaur dengan rasa penasaranku yg hebat.
Aku harus membaca buku itu.” batin dinda.***
-Antara rasa sakit dan pengorbanan.-“Kamu pasti udah tau siapa aku.
Aku adalah orang yg paling dikasihani oleh semua orang karena aku pengidap kanker.
Aku merasa tertindas karena selalu dikasihani oleh orang lain, seakan-akan aku itu lemah dan tidak berdaya. Aku malu.
Rasanya setiap saat aku ingin mencabut nyawaku sendiri tanpa pertolongan malaikat pencabut nyawa. Rasanya aku ingin otakku yg sudah lemah ini dibuang jauh-jauh dari hidupku!!
Aku harus melawan rasa sakit ketika penyakit itu mulai kambuh dan membuatku harus membentur-benturkan kepalaku ke dinding kamarku sendiri hingga berdarah.
Aku menyakiti diriku sendiri demi menahan rasa sakit yg luar biasa.
Aku tersadar bahwa semua ini hanya sia-sia. Lebih baik aku kehilangan kamu daripada kamu menderita karena seluruh cerita penderitaan ini.
Seluruh pengorbananku akan sia-sia pada akhirnya dan begitu pula rasa sakit yang akan hilang pada waktunya diselingi dengan napas terakhirku.
Ku harap kamu mengerti keadaanku.
Jangan melukai dirimu sendiri karena sesungguhnya ini semua adalah salahku.
Aku hanya ingin mencintaimu secara normal. itu saja.”-bersambung-
mau tau kelanjutanya? Mau tau siapa lelaki misterius itu? Jangan lupa L C yaaa Thanksss ;)
![](https://img.wattpad.com/cover/85396921-288-k661237.jpg)