Part 5

246 14 0
                                    


***
Dinda sedang duduk diam di halaman sekolah sendirian menunggu sebuah kepastian tentang berakhirnya semua penderitaan yg ia alami.

"Biarkanlah aku membaca cerita menyedihkan itu sendirian di dalam kegelapan bersama ketakutan yg menyelimuti diriku. Aku hanya ingin mengetahui siapa dia yg sebenarnya. Siapa orang yg mencintaiku tanpa akhir itu? Mengapa ia begitu mencintaiku padahal aku tidak membalas perasaannya?
Aku hanya ingin mengetahuinya. Aku tak ingin membiarkannya mencintaiku sendirian. Aku tidak ingin Ia merasa tersakiti karena tidak adanya kehadiranku di sampingnya.
Ini harus berakhir. Aku harus mengetahui siapa dia yg sebenarnya."

Huft.

Dinda memulai membaca buku itu lagi.

"Sebenarnya aku juga tidak tahu siapa aku yg sebenarnya. Menyatakan cinta tetapi memakai buku misterius yg membuat semua orang jengkel. Maafkan aku karena tidak bisa memberitahu siapa aku yg sebenarnya. Seiring dgn berjalannya waktu, kamu akan mengetahui siapa diriku. Jangan pernah mengutuk dirimu sendiri akan hal ini. Percayalah, ini semua salahku."

Dinda menutup buku itu dan mengetuk-ngetukan jarinya di atasnya. Membuat sebuah irama kesedihan tentang perasaan yg gusar. Segelintir angin menerpa rambutnya dan membawanya berdansa di atas dasar pola kehampaan.

Rizky menghampiri dinda dan berhenti di hadapannya. Dengan gaya khas-nya, Rizky memegang pipi dinda dan mengangkat wajahnya untuk menatap matanya dgn jelas. Bola mata rizky sangat dalam menatap bola mata dinda. Hatinya terenyuh menatapnya.

Rizky mendekatkan wajahnya dgn dinda. "Ada yg ingin kamu bicarakan, tuan putri?"

dinda mengangguk pelan dan menyuruh rizky untuk duduk di sampingnya. "Kemarin malam kamu berada di rumah?"

"Tidak, memangnya kenapa?"

Dinda memangut-mangut seperti orang bodoh. "Kamu membawa ponselmu?"

"Tidak juga, memangnya kenapa?"

Detik itu juga dinda terbujur kaku ketika rizky menjawab seperti itu.

***
Hari ini kelas dinda kedatangan siswa baru. Namanya Billy. Mukanya seperti bule lokal :p

Dinda memandang mata Billy tajam. Ia tidak suka jika ada seorang anak baru tinggal secara permanen di kelasnya. Sesungguhnya itu membuat kelas menjadi sempit seperti rumah tikus.

"Ya, Billy. Silahkan kamu duduk di bangku yg kosong."

Dinda terdiam. Salah satu bangku yg kosong hanyalah di belakangnya. Hatinya merasa gundah dan sama sekali tidak nyaman. "Awas saja jika Ia menggangguku selama mata pelajaran matematika berlangsung." gumam dinda.

Billy melangkahkan kakinya menuju daerah tempat duduk dinda. Bibirnya tersenyum kepada dinda dgn sejuta kasih sayang, tetapi dinda menganggap bahwa itu hanyalah sebuah siasat agar Billy bisa mendekatinya. (PDgila :p )

"Hey."

Dinda menoleh ke arah belakang dan menunjukkan wajah malasnya. "Apa?"

"Siapa namamu?"

Dinda hanya tersenyum masam dan kembali memperhatikan materi yg sedang dijelaskan. Sungguh membosankan jika harus menatap wajahnya, tetapi dinda bisa merasakan kejengkelan billy terhadapnya.

Akhirnya dinda merobek secarik kertas dan menuliskan sesuatu untuk billy. Dinda meremas-remas kertas itu dan melemparkannya ke belakang.

"Aduh! Kamu tuh ya!"

Billy kembali melemparkan kertas itu ke arah dinda.

***
Setelah selesai mengerjakan tugas, Dinda segera mengumpulkannya dan melangkah ke luar kelas. Tiba-tiba seseorang menarik lengannya dgn kasar.

"Apaan sih?"

Billy mendorong dinda hingga punggung dinda bersandar kedinding.

"Kamu belum menjawab pertanyaanku, nona."

Dinda memberontak karena tubuhnya berada di antara kedua lengan billy yg menghimpitnya.

"Lepaskan! Pertanyaan macam apa hingga kamu ingin mengetahuinya?"

Billy terkekeh pelan. "Mengapa kamu sangat jutek padaku?"

"Bukan urusanmu!"

Dinda menepis lengan Billy dan segera melangkah menuju perpustakaan. Tetapi lagi2 Billy mengejar Dinda dan menarik lengannya dgn keras.

"Aku mengetahui namamu, Dinda. Mengapa kamu mencoba untuk lari dari semua ini?"

Dinda hanya bisa terdiam mendengar perkataan Billy.

"Masih ingat denganku, Dinda?"

Napas Dinda terengah-engah seperti berlari beberapa kilometer jauhnya. Hatinya merasa tidak tenang.

Tiba-tiba seseorang memukul Billy hingga terjatuh, ya, itu Rizky.

"Jangan sekali-kali kamu menyentuhnya, probie!"

Billy menghampiri Rizky dan tersenyum masam.
"Lagi pula siapa yang ingin merebut gadismu ini?"

Rizky segera melangkah pergi dan menarik lengan dinda.
"Jangan sekali-kali kamu dekat-dekat dengannya. Ia terlalu berbahaya."

Dinda tertegun. "Berbahaya?" batinnya.

***
Rizky sangat bersungguh-sungguh ketika Ia mengatakan akan menjaga dinda. Buktinya sekarang Ia sudah ada di depan rumah dinda untuk menjemput sang tuan putri.

Dinda hanya bisa tersenyum dan segera menghampirinya.

"Selamat pagi, Rizky!"

Rizky menoleh ke arah dinda dengan senyuman yg tidak memiliki cahaya keceriaan sama sekali. Kemana senyuman dan tawa keceriaan yg biasa Ia miliki? Wajahnya sangat pucat sekali.

"Ayo, Dinda, kita berangkat."

-bersambung-
mau tau kelanjutan nya? Jgn lupa L C yaa thx :)

TERINDAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang