***
"Menyakitkan. Semuanya sungguh menyakitkan.
Selalu ada seperti kerinduan merintih di dalam diriku, meminta untuk dikeluarkan. Aku tidak tau apa itu dan bagaimana mengeluarkannya. Aku tidak bisa menjelaskan perasaan itu, tetapi aku sudah hidup bersama rizky bertahun-tahun. Ia ada di dalam diriku seperti tumor ganas yg bisa sewaktu-waktu meledak, menjalari seluruh tubuhku, dan membunuhku dari dalam. Kadang perasaan itu berbentuk kesepian, tetapi sering pula Ia mengambil wujud keinginan untuk mati." ucap dinda."Inilah aku yg sebenarnya, Rizky. Aku yg lemah tanpamu, tetapi aku juga lemah karenamu. Maafkan aku jika aku belum sempat membahagiakanmu di dunia. Tapi yakinlah, aku akan menyusulmu ke surga."
***
Dinda menatap langit-langit atap ruangan rawat inap itu sambil berharap bahwa lelaki di sampingnya ini terbangun dari tidur lelapnya. Tak akan ada lagi yg membuatnya sedih jika semua ini berubah menjadi kebahagiaan."Kenapa semua ini harus menimpa rizky? Mengapa penyakit itu tidak menggerogoti tubuhku saja? Ya Tuhan, aku mohon kepadamu untuk memindahkan penyakitnya ke dalam tubuhku." gumam dinda.
Dinda kembali mengambil buku tebal itu dan kembali membacanya sembari berangan-angan bahwa semua ini hanyalah tipuan belaka. Air matanya berjatuhan dari tempatnya sembari berlari kencang menghindari takdir kehidupan.
-Love (cinta)-
1. kasih sayang kepada orang lain.2. 2 perasaan yg saling berkaitan dan saling menyayangi.
3. perasaan yg aku miliki untuk kamu.
Pelajaran dalam kehidupan:
Orang bijak duduk di antara penonton sebuah acara komedi. lelucon dimulai. Semua orang tertawa seperti orang gila. Setelah beberapa saat, pelawak melucu dgn lelucon yg sama lagi. Kali ini, sedikit orang yg tertawa. Kemudian ia melucu dgn lelucon yg sama lagi dan lagi. Dan kini tidak ada tawa di kerumunan penonton itu,Ia tersenyum dan berkata: kamu tidak dapat menertawakan lelucon yg sama lagi dan lagi, tapi mengapa kamu terus menangis selama hal yg sama berulang-ulang? Berhenti menangis, Dinda. Berhenti menangis jika kamu mencintaiku."
Dinda terdiam. Membisu dalam keheningan malam. "aku menangis karena mencintaimu, rizky."
***
Dinda tidak tahu sudah berapa hari Rizky tidur terlelap seperti ini. Dokter bilang bahwa Rizky tidak koma, melainkan Ia sedang berpetualang dalam mimpi indahnya.Dinda hanya bisa mengangguk dan kembali terdiam. Ia ingin terus bersamanya.
"Rizky, bangunlah." Dinda mengelus punggung tangan rizky yg dingin sembari berharap bahwa akan ada keajaiban yg datang untuk menghapus semua penyakit ganas yg berada di dalam tubuhnya.
Ia mengamati segumpulan rambut rontok milik rizky yg berada di atas meja sembari berharap bahwa segumpalan rambut itu bisa dipasang kembali di kepalanya.
"Hatiku hancur rizky. Asalkan kamu tau, Hatiku itu selembut adonan bukan sekuat baja. Jangan kamu sayat hati ini sesuka hati kamu!"
dinda menangis tersedu-sedu. "Teganya kamu Rizky. Kamu sudah menyakiti hatiku." sambungnya sambil menempelkan tangan rizky kepipinya.
"Dinda, jangan nangis."
Sontak Dinda mendongkakan kepalanya. "Rizky?"
***
Pagi ini adalah pagi pertama dimana Dinda menyuapkan sarapan kepada lelaki istimewanya itu. Ia memandangnya sembari tersenyum riang akan kehadirannya yg nyata berada di sampingnya saat ini.
Senyumannya yg indah membangkitkan semangat dinda."Kemarin kenapa kamu menangis?" tanya Rizky sembari mengelus-elus pipi dinda.
Dinda menggeleng dan tersenyum pelan tak berani menjawab pertanyaan2 yg diajukan rizky. Ia kembali menatap semangkuk bubur yg menurutnya tidak ada rasanya sama sekali.
Dinda benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Rasanya jika ada pertanyaan seperti itu terasa seperti kembali lagi ke masa lalu. Bukankah tidak baik jika selalu mengingat masa lalu?
"Mengapa kamu hanya tersenyum bukannya menjawab pertanyaanku?" Rizky membuang mukanya dari tatapan Dinda.
Dinda menghela napas panjang dgn rasa sesak di dada.
"Aku tidak bisa memberitahukan padamu, karena semuanya terasa begitu menyakitkan."Rizky memangut2 dan kembali mencerna bubur itu agar tidak terasa menyiksa saat masuk melewati kerongkongan. Ia kembali menatap dinda dgn lembut.
"Kenapa?""Kenapa apanya?"
"Kenapa kamu ingin menemaniku sepanjang malam?"
Dinda terkekeh parau. "Bukan urusanmu."
***
"Dinda."Dinda tersentak dari lamunan liarnya. "Apa?"
"Tidak, aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu. Boleh?"
Dinda mengangguk. "Ya. Apa yg mau kamu tanyakan?"
"Tapi kamu jangan marah ya?"
"Iya."
"Mm. Apakah kamu mencintaiku juga?" tanya Rizky sembari mengelus punggung tangan dinda.
"Jangan bercanda," jawab dinda parau.
Rizky menggeleng dan mencoba untuk duduk. "Tidak, aku serius."
Dinda bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju pintu.
"Jangan munafik, Dinda."
Dinda bisa merasakan bahwa Rizky membuang mukanya dari hadapan dinda.
Dinda terkekeh pelan. "Aku tidak munafik."
"Maafkan aku, Rizky. Aku berbohong. Aku mencintaimu juga," batin dinda.
-bersambung-
![](https://img.wattpad.com/cover/85396921-288-k661237.jpg)