***
"Selamat pagi, Rizky!"Rizky menoleh ke arah dinda dengan senyuman yg tidak memiliki cahaya keceriaan sama sekali. Kemana senyuman dan tawa keceriaan yg biasa Ia miliki? Wajahnya sangat pucat sekali. "Ayo, Dinda, kita berangkat."
Dinda mengangguk. Ia memegang tangan rizky lembut. Ia sangat kaget ketika tangan putih itu sangat dingin, sedingin es. Hatinya merasa teriris2 ketika mengingat buku itu lagi. Dinda memang sudah hampir habis membaca buku itu, tetapi ia tidak berani untuk membuka bab terakhir yg berjudul 'This is Me', sangat menyakitkan bukan?
Dinda hanya bisa terdiam. Membisu.
Rizky menutupi hidungnya sendari tadi. Ia mengambil sapu tangan yg berada di saku celananya. Dinda hanya bisa terdiam karena tidak mengetahui apa yg terjadi. Rizky menoleh ke arah dinda dan segera menaruh sapu tangan itu di saku celananya."Kamu tidak apa-apa?"
Rizky hanya mengangguk pelan sembari tersenyum.
Sesampainya mereka di sekolah, rizky mengantarkan dinda ke kelas, tetapi ia menolaknya. Dinda hanya tidak ingin Ia kelelahan.Dinda melangkah ke tempat duduknya. Ia memikirkan sesuatu yg tak pernah ia pikirkan sebelumnya.
Bukankah lelaki misterius itu bilang bahwa Ia adalah orang yg sangat dekat dengannya?
Dinda segera beranjak dan berlari menuju kelas Rizky, tetapi lagi-lagi Billy menarik lengannya.
"Lepaskan aku, berengsek!"
Billy tertawa dan mendekatkan tubuhnya dengan dinda.
"Berengsek?"
"Iya, kamu berengsek! Kamu memaksaku untuk menikahimu padahal sewaktu itu kita masih duduk di bangku SMP, tetapi akhirnya? Kamu malah mencintai orang lain yg jelas-jelas itu adalah sahabatku sendiri. Apa itu namanya bukan berengsek?!"
Billy menyekap mulut dinda. "Jangan keras-keras!"
Dinda menggigit tangan billy dan segera berlari menuju kelas Rizky.
"Rizky, jangan tinggalin aku" batinnya.Dengan sekuat tenaga dinda menghantam kerumunan siswa-siswi di depannya tetapi seketika tubuhnya langsung lemas ketika melihat seseorang sedang dipertontonkan dan tidak ada satu orang pun yg menolongnya.
Rizky sedang terbaring lemas dengan darah yg terus mengalir dari hidungnya.
***
Dinda menunggu Rizky dalam dekapan tangannya yg dingin. Ia belum sadar semenjak kemarin. Hal itu yg membuatnya khawatir pada keadaan rizky. Jika itu benar-benar Rizky, maka ia akan sangat menyesal terhadap keadaan seumur hidupnya.Dinda mengelus-elus rambut rizky, tetapi segumpal rambut rontok sudah berada di genggamannya sekarang. Dinda tertegun. Kerongkongannya terasa tercekat.
Ia benar-benar memiliki penyakit yg menyeramkan.Dinda kembali membaca buku misterius itu. Sekumpulan paragraf itu ia baca secara acak.
Sial.
Semua paragraf itu membicarakan tentang kematian."Jika kamu membaca bab ini, berarti kamu sudah berada di penghujung acara. Kamu sudah mengetahui siapa aku, tetapi kau belum masih bingung tentang semuanya. Aku hanya ingin memberitahu padamu bahwa waktumu akan habis. Karena aku akan pergi meninggalkan dunia ketika rambutku sudah tidak ada yg tersisa. Doakan agar aku bisa tersenyum dan menjagamu dari surga sana."
***
Dinda mengamati perkembangan Rizky. Belakangan ini rambutnya semakin menipis. Tidak ada kemajuan dalam dirinya, melainkan kondisinya semakin melemah. Dokter bilang bahwa Ia harus memakai tabung oksigen, karena keadaan organ tubuhnya yg melemah seehingga pasokan oksigen yg Ia hirup pun semakin sedikit.Sungguh tak bisa dipercaya. Rizky benar-benar akan pergi meninggalkan dinda. Lalu jika Ia benar-benar pergi, siapa yg akan mengurus pemakamannya?
Tidak ada jawaban sama sekali dari tante Naura. Setiap dinda menghubunginya pasti selalu masuk mail box. Hal itu memaksakannya untuk berbicara bahwa ia salah satu dari anggota keluarga Rizky.
Setiap pagi dinda harus melepas bantuan pernapasan rizky untuk membersihkan darah yg mengalir dari hidungnya. Badannya pun sudah mulai mendingin. Kata dokter, jika tidak ada kemajuan, pihak rumah sakit harus melepas alat bantu dari tubuhnya karena itu sama saja seperti akan menyiksa tubuh pasien.
"Aku tak rela jika Rizky harus pergi meninggalkanku. Ia belum sempat menyatakan bahwa ia mencintai diriku-lebih tepatnya menyatakan secara lisan."
Dinda memperhatikan aliran cairan infus yg mengalir masuk ke dalam tubuh rizky.
"Sampai kapan kamu harus seperti ini? Aku rindu akan tawa dan senyuman manismu. Aku rindu bingkisan-bingkisan manis yg kamu berikan padaku, termasuk buku itu.
Ayo, bangunlah Rizky. Aku merindukanmu."***
"Apakah kamu tahu rasanya melihat orang yg kamu cintai terkulai lemas dengan cairan asing yg masuk pada tubuhnya? Apakah kamu tahu rasanya menjadi diriku? Apakah kamu tahu bagaimana perasaan yg selama ini aku pendam?
Menyakitkan. Semuanya sungguh menyakitkan."-bersambung-
Jangan lupa LC yaaa thakss :)
![](https://img.wattpad.com/cover/85396921-288-k661237.jpg)