06: Kejutan

314 103 154
                                    

Selamat membaca📖

Maaf typo bertebaran




Bandara Soekarno-Hatta
Pukul 13.55

Seorang lelaki berperawakan tinggi sedang berdiri tersenyum setelah turun dari pesawat. Dia pun berjalan mendekati sebuah mobil yang akan mengatarkannya pulang ke rumah.

"Jangan bilang siapa pun, kalau hari ini saya pulang." Ucap seorang lelaki tersebut dengan kaca mata hitamnya memberi peringatan kepada asistennya.

Asisten seorang lelaki tersebut hanya mengangguk patuh mendengarnya. Lalu lelaki tersebut memasuki mobil yang berada di hadapannya.

Selama di perjalanan, dia hanya tersenyum memikirkan bagaimana reaksi orang-orang rumah jika tahu dia pulang hari tanpa mengabari mereka terlebih dahulu.

Setelah sampai di depan rumahnya, dia bergegas masuk dan berjalan tenang. Mencari dimana orang-orang yang berada di dalam. Satu pun di antara mereka tidak ada yang menunjukan batang hidungnya.

Langkah kakinya terus mencari dan berhentilah dia di dekat meja dapur. Dia tersenyum saat melihat salah satu orang yang ia cari di rumah ini, berada di hadapannya. Dan dia berjalan mendekati seraya menutup kedua mata orang tersebut dari belakang dengan masih menyunggingkan senyum nya.

"Astaghfirulloh," ucap seseorang yang dia tutup matanya dari belakang.

"Lepaskan! Ihh! Siapa sih ini! Sepertinya aku mengenalmu... " ucap seseorang yang dia tutup matanya. Seseorang tersebut meraba tangannya, lelaki yang menutup matanya.

"Rama!" pekik seseorang tersebut mengenali kedua tangan yang menutupi kedua matanya.

Seorang yang di panggil Rama itu pun melepaskan kedua lengannnya dan tertawa ringan.

"Rama? Mengapa kamu tidak mengabari Bunda, jika hari kau pulang, Ram?" tanya sang Bunda geram dengan tingkah anaknya yang tidak pernah berubah sejak dulu.

"Rama ingin memberi kejutan, Bun!" jawab Rama seraya terkekeh pelan.

"Enggak lucu!" cibir sang Bunda lalu melanjutkan menata makan siang yang dia buat.

"Dimana Ufal, Bun?" tanya Rama seraya duduk di kursi meja makan.

"Belum pulang sekolah, Ram." Jawab sang Bunda tidak mengalihkan pandangannya.

"Ohh," ucapnya seraya menganggukkan kepalanya. Setelah itu terdengar suara derap langkah kaki yang memasuki rumah tersebut.

"Mungkin itu si Ufal," celetuk Bunda menatap Rama seraya tersenyum dan masih berdiri di dekat meja makan. Rama hanya tersenyum mengangguk.

"Ufal, kesini dulu deh!" panggil Bunda setengah berteriak kepada anak bungsunya tersebut.

"Ngapain sih, Bun?" tanya Ufal yang juga setengah berteriak.

"Ke sini dulu! Coba lihat siapa yang datang!" ucap sang Bunda sedikit memaksa anak bungsunya tersebut. Rama, sang kakak hanya tersenyum seraya menggelengkan kepalanya.

Gak pernah berubah ternyata semuanya selama ini. batin Rama.

"Iya-iya, aku ke sana!" ucap Ufal yang akhirnya terpaksa bangkit dari sofa.

Ufal pun berjalan gontai menuju dapur. Namun saat berada di depan meja makan, ia membelalakan matanya. Dia tidak percaya seorang yang selama ini dia rindukan dan dia sayangi berada di hadapannya sedang tersenyum ramah.

Inginku (Bukan Hanya Jadi Temanmu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang