09: Seharusnya gue!

167 66 72
                                    

Selamat membaca📖

Maaf typo bertebaran



Seorang pemuda yang berhasil menahan tubuh Deli pun segera membawa nya menuju UKS sekolah. Dia berlari di koridor, baju khusus bermain basket masih melekat di tubuhnya. Keringat bercucuran di dahi dan seluruh tubuhnya. Dia menggendong Deli ala bridal. Laura, Ufal dan lainnya mengikutinya dari belakang. Mereka cemas dengan kondisi Deli sekarang.

"Buka pintu UKS-nya!" titah pemuda itu. Ufal mengangguk dan langsung membukanya. Pemuda yang menggendong Deli masuk dan menaruh Deli di atas kasur yang telah di siapkan. Suster penjaga UKS langsung menangani Deli dan menyuruh mereka semua yang berada di ruangan ini keluar.

Ufal menggeram kesal, dia menjambaki rambutnya kasar dengan kedua tangannya. Laura menghela nafasnya kasar. Sedangkan pemuda yang menolong Deli tadi terlihat santai, namun  mimik wajahnya cemas. Dan Arya terlihat khawatir dia terus mendengus kesal.

"Ini semua gara-gara lo, Fan!" ucap Arya seraya menunjuk Rifan yang berada di depannya sedang berjongkok dan mendesah khawatir. "Kalau lo gak salah ngelempar tuh bola, Deli gak akan kayak gini!" lanjut Arya menatap Rifan tajam. Rifan hanya terdiam mendengarkan semua ucapan Arya.

"Udah lah Ya, semua ini juga karena ketidaksengajaan!" timpal Nino menenangkan Arya. Sedangkan Arya masih menatap Rifan tajam.

"Bangs*t lo Fan!" umpat Arya sambil menunjuk wajah Rifan dengan telunjuknya.

'lLah ini bocah ngapa ya? Gak biasanya dia galak gini? Wah... jangan-jangan ini mah...  batin Ufal saat merasa kejanggalan yang ada pada diri Arya.

"Kalau gue tahu tuh bola bakalan kena tuh cewek, gue gak bakalan ngelempar tuh bola, Ya!" ucap Rifan yang akhirnya angkat bicara dan menatap Arya frustasi.

"Diem lo! Anjir!" bentak Arya seraya mengangkat ujung baju Rifan dan menatapnya tajam.

"Please Ya, ini cuma ketidaksengajaan! Jangan di besar-besarin! Ini cuma masalah kecil. Sikap lo jangan kayak anak kecil Ya!" timpal Saka menengahi Arya dan Rifan. Namun bukanlah Arya, jika sang musuh yang kini di hadapannya harus gugur.

"Lo harus tanggung jawab kalau si Deli kenapa-napa!" bentak Arya seraya memukul tubuh Rifan. Sehingga Rifan jatuh tersungkur dan parahnya kepalanya Rifan terbentur oleh dinding.

"Udah dong!" lerai Laura namun tidak berhasil.

"Gue gak terima kalau si Deli cedera atau kena apapun itu! Deli cedera, lo juga harus cedera!" ucap Arya yang kini memukul Rifan lagi tepat di bibirnya. Darah segar keluar dari bibir tipis Rifan. Namun Arya tidak henti-hentinya memukul Rifan.

Beberapa teman yang lain selain Saka dan Laura tidak ada yang berhasil menghentikan pertikaian antara Arya dan Rifan. Dara pun juga tidak berhasil, walaupun dia menangis menjerit-jerit di depan Arya saat melihat wajah Arya yang juga babak belur akibat perlawanan dari Rifan. Ufal, tatapannya kini kosong, ia sedang memikirkan kondisi Deli saat ini.

Seharusnya yang marah itu gue, bukan lo Aryabatin Ufal menatap Arya dan Rifan diam.

"DIAM!" teriak Ufal yang akhirnya semua terdiam dan beralih menatap Ufal. Arya dan Rifan yang sedang betengkar pun terdiam.

"Arya, kenapa masalah kayak gini lo besar-besarin? Ini cuma masalah kecil Ya! Deli cuma cedera! Tapi lo ngamuk kayak banteng yang gak di kasih makan selama 1 abad! Udah Ya, tenangin diri lo sekarang! Deli gak akan kenapa-napa!" ucap Ufal yang akhirnya membuat Arya mengangguk dan duduk diam di lantai. Pemuda yang menolong Deli hanya terdiam dan menatap Arya penuh selidik.

Inginku (Bukan Hanya Jadi Temanmu) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang