Di pertengahan jam pelajaran, Rifqi melangkahkankaki menuju kelas 12 IPA 3. Dia mengetuk pintukelas tersebut. Ketika Rifqi membuka pintu kelas,seluruh mata tertuju padanya."Maaf, Bu. Saya mau bicara sebentar dengan Aldino.Ada urusan penting," ucap Rifqi dengan sopan.
"Silahkan." Guru tersebut mengangguk.
Aldino mautak mau harus keluar, mengikuti Rifqi ke belakang sekolah.
"Pengecut, bisanya main keroyokan," ejek Rifqi ketikamereka berdua sampai di sana.
"Lo kali yang pengecut, nyerang gue pas gue lagi samaMichelle," balas Aldino tak mau kalah.
"Lo apa-apaan nelepon gue pake nomornya Nadhif?Pake ngaku-ngaku Nadhif segala! Taunya lo nyerang gue,"ucap Rifqi. Aldino terdiam, ternyata Rifqi sudah tahu.
"Lo mau apa sih?" tanya Rifqi.
"Gue pengen jadi nomor satu di sekolah ini lagi, tapilo ambil itu semua dari gue!" jawab Aldino setengahmembentak. "Lo juga udah ambil Michelle dari gue! Loambil semuanya yang gue punya, Rif!"
"Lo juga ambil jabatan gue sebagai Ketua Osis! Kalolo gak ada di dunia ini, gue udah bahagia, Rif!" lanjutAldino.
"Gue heran sama lo, Al. Lo egois!" ejek Rifqi lagi.
"Suatu saat gue bakal ambil lagi semua yang lo udahrebut dari gue! Semuanya," ucap Aldino seraya tersenyummiring.
"Kalau lo gak rebut semuanya dari gue, kita masihtemenan, Rif. Ini gara-gara lo sendiri ngambil semuanyadari gue," lanjut Aldino.
"Terima kekalahan dong, Al. Ini semua gara-gara lo!IPA sama IPS gak bisa bersatu! Gara-gara lo gue gak bisapacaran sama Michelle," ucap Rifqi emosi.
"Bagus dong. Jadi lo gak bisa ngalangin jalan gue buatngedeketin Michelle," ucap Aldino.
Tonjokan dari tangan Rifqi langsung melayang ke pipiAldino.
"Ck." Aldino berdecak sambil mengusap pipinya. Rifqipun memutuskan meninggalkan cowok itu sebelum emosinyabertambah parah.
***
"Rel," panggil Rifqi di pertengahan jam pelajaranyang membosankan. Farrel pun menoleh, menunggu Rifqimelanjutkan kalimatnya.
"Kenapa gue gak boleh pacaran sama Michelle?"tanya Rifqi.
"Ya... lo kan tau sendiri Michelle anak IPA, kita masihmusuhan sama mereka, Rif," ucap Farrel.
"Lo masih sayang dia, hah?" tanya Farrel curiga.
"Bu—bukan gitu, kenapa kita gak baikan aja samaanak IPA?"
Farrel terkejut.
"Lo gila, Rif? Mereka yang duluan bikin masalah samakita. Maafin mereka aja gue gak mau, apa lagi ngajakbaikan," ucap Farrel dengan gengsi tinggi.
"Tapi, Rel, gue di sini sebagai Ketos mimpin satusekolah, bukan kelas IPS doang. Lagian apa salahnya sihngajak baikan?" ucap Rifqi.
Di belakangnya, Rifa tersenyum bahagia.
"Lo kesambet apa sih, Rif? Lo ga inget kata-kata lodulu?" tanya Farrel heran dengan perubahan Rifqi yangtiba-tiba.
"Masa lalu ya masa lalu, Rel. Nggak usah dibawake masa depan. Gue cuma pengen bikin ke depannyabaik dan gue gak mau ke depannya IPA sama IPS terusberantem," ucap Rifqi.
"Terus lo maafin Aldino?" tanya Farrel.Rifqi tidak menjawab apa pun. Jujur saja dia masihkesal dengan Aldino.
"Tuh kan! Lo sendiri masih gak bisa maafin Aldino,gimana lo mau maafin anak kelas IPA," ucap Farrel.
KAMU SEDANG MEMBACA
IPA & IPS (TERBIT & SUDAH DISERIESKAN)
Novela Juvenil[SUDAH TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU] [#1 in teenfiction 11.11.2016] FOLLOW DULU SEBELUM BACA, PRIVATE ACAK "Lo mau gak jadi pacar gue?" tembak Rifqi. pada dasarnya sifat anak IPA dan anak IPS berbeda drastis. Hanya karena perbedaanya mereka t...