Aderaka Raya

45 3 0
                                    

Chorus

Welcome to my silly live!

Kara


"Raka!" Ejek seorang anak laki-laki yang rambutnya bercat merah cola.

"Sekali lagi lo panggil gue Raka, gue gibang lo!" Balas seorang perempuan yang sudah berdiri dari duduknya, masih memegang garpu yang tertusuk sebuah bakso.

"Ade?" Sahut laki-laki itu lagi masih menggoda.

Perempuan itu terkekeh dan membalas, "Tunggul."

Raut wajah laki-laki itu mulai berubah, dari sebuah seringai jahil menjadi terkatup rapat. "Kok, lo jadi main nama Bapak gue, sih!"

"Lo duluan yang mulai." Balas perempuan itu datar sambil meletakan garpu ke dalam mangkok.

"Gue ngejek nama lo, bukan nama Bapak lo!" Nada suara laki-laki itu meninggi membuat seluruh isi kantin yang tadinya ramai menjadi tenang seketika.

"Heh, babon! Makanya baca dulu KK gue baru ngebacot!" Perempuan itu berjalan mendekati laki-laki yang bahunya sudah naik turun menahan emosi. Ia mendekatkan bibirnya ke telinga laki-laki itu. "Sam-pah." Bisik perempuan itu, lalu ia berjalan beberapa langkah dan melihat ada sebuah bungkusan permen di lantai. "Emang ya, sampah kalo dibiarin berkeliaran tuh nggak enak dilihat", ia memungut sampah kecil tadi dan berjalan dua langkah ke arah tempat sampah didepannya, "sampah tuh pantesnya ada di sini, di tempat sam-pah." Ia membuang sampah itu lalu menepuk-nepuk telapak tangannya.

"Kara, bakso lo gimana?" Tanya Sera sambil berlari mengejar Kara yang baru saja berjalan keluar dari pintu kantin.

"Udah busuk, tercemar sampah!" Suara Kara terdengar di samar-samar di telinga seluruh siswa yang tengah berada di kantin. Karena suasana sedang sunyi.

"Ges, udahlah, tuh cewek emang susah lo taklukin." Bisik seorang laki-laki yang baru saja menghampiri Gesta setelah Sera ikut menghilang dari kantin. Ia menepuk bahu Gesta, mencoba menenangkan temannya.

"Gue udah nggak tertarik buat milikin lagi, Nik."

"Jadi?"

"Buat hancurin."

***

21.10.16

VISIBILITY (Unseen Guard)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang