ch 14

348 42 2
                                    

"Gue...." kata-kata Jinhye terputus manakala mrs. Jess, Do ssaem, dan keluarganya datang.

Eomma Jinhye sangat panik dan tak henti-hentinya bertanya, apalagi Jinwoo sang adik. Dia terus menanyakan mengapa kakinya bisa di gips, dan pertanyaan polos lainnya.

"Jinhye, kamu harus rawat inap, besok baru boleh pulang." Kata sang eomma.

"Eomma, Jinhye bosen lah..." Rengek Jinhye.

"Kan ada gue." Jaemin menyelah.

Eomma Jinhye menatap Jaemin bingung.

"Maksudnya nanti temen-temen bakal jengukin dia kok ajhumma, dia ga akan bosen." Jaemin yang peka pun menjawab dengan kikuknya.

Sudah cukup lama sejak kepulangan Mrs. Jess, Do ssaem, dan Jaemin, namun Jinhye belum bisa tidur hingga saat ini.

LINE (17:59)

Lee_Mark
Jin, lo ga papa kan?
Read 23:44

Lee_Mark
Jin, plis kabarin gue tentang keadaan lo sekarang
Read 23:44

Lee_Mark
Jangan bikin gue panik
Read 23:44

Lee_Mark
Maaf bukan gue yang nganter lo ke rumah sakit
Read 23:44

Lee_Mark
Maaf juga kalo gue ga bisa jenguk lo sekarang
Read 23:44

Lee_Mark
Gue bakal jenguk lo besok
Read 23:44

Lee_Mark
Maaf juga kalo gue ganggu
Read 23:44

Lee_Mark
Gue sayang lo (Delete)

'Kok gue degdegan terus sih setiap ada sesuatu yang berubungan sama cowok sialan ini?!' jinhye~

~FLASHBACK ON! (Mark POV)~

Aku masih berjongkok di tempat yang sama, perlahan tubuhku  terjatuh kebelakang begitu pula tanganlu, mengubah posisiku menjadi duduk.

'Apa Jinhye udah sedeket itu sama Jaemin? Atau, apa Jinhye semarah itu sama gue sampe-sampe dia nolak bantuan gue? Apa mungkin Jinhye ga liat gue jongkok duluan daripada Jaemin?'

Aku pun bangkit dari dudukku dan bergegas mengambil tas, aku tak lagi memperdulikan panggilan dari teman-teman juga Yeri. Aku hanya ingin melihat keadaan Jinhye sekarang.

"Sunbae tolong anterin gue ke rumah sakit, tangan gue sakit." yeri~

Tapi, si pengacau Yeri berdiri menghalangi jalanku. Ia meringis kesakitan memegang tangan kirinya, aku hanya melirik sebentar lalu kembali berjalan setelah melihat tak ada luka apapun di tangannya.

Dia terus merengek membuat kupingku terasa penuh, semua orang menatapku agak sinis. Akhirnya mau tak mau aku pun membawanya kerumah sakit dengan motorku.

Agak risih rasanya membonceng yeoja yang ku benci, tapi mau bagaimana lagi.

Saat diperjalanan aku melihat mobil mrs. Jess yang berwarna biru muda melaju dengan kecepatan kilat, dan aku tau betul siapa yang mengendarainya dan akan kemana perginya.

Aku pun mengikuti mobil tersebut, karena memang kita searah. Yeri beberapa kali mencoba melingkarkan tangan di perutku, namun dengan pasti aku menolaknya.

Akhirnya kita tiba di rumah sakit, aku melihat Jaemin membawa Jinhye dalam gendongannya. Ingin rasanya aku menggantikan posisi Jaemin, dia namja playboy yang beruntung karena bisa sedekat itu dengan Jinhye.

Kami berbelok ke arah yang berbeda, aku dan Yeri berbelok ke kanan sedangkan Jaemin juga Jinhye tetap lurus.

Sekitar 20 menit aku menunggu Yeri keluar dan dokter mengatakan bahwa Yeri sedikit terkilir di bagian pergelangan tangannya. Masa bodoh! Lagipula apa peduliku!

Tak lama kemudian appa Yeri yang memang seorang dokter bedah di rumah sakit tersebut mengajaknya pulang. Aku hanya tersenyum dan membiarkan mereka pergi.

Aku sangat ingin melihat keadaan Jinhye. Aku berjalan ke arah Jaemin pergi tadi, sebenarnya aku tak tau diruangan mana Jinhye dirawat.

Ternyata itu adalah ruangan UGD, aku melihat Jaemin berbicara dengan dokter.

Aku mendekatkan jarakku dengan mengendap-endap.

'Apa cidera Jinhye parah?! Satu atau dua bulan baru sembuh?! Terus dia gimana lombanya?!'

Jaemin masuk ke ruangan Jinhye, aku berjalan semakin mendekat. Aku mulai mengangkat tanganku untuk mengetuk pintu, sepertinya mereka sedang berbicara serius. Apa aku akan mengganggu?

Keraguanku hilang seketika. Aku berlari ke toilet karena melihat orang tua Jinhye, mrs. Jess, dan Do ssaem.

Sebenarnya bukan itu yang menyebabkanku kabur, melainkan Jinwoo, aku takut dia akan membuka mulut pada Jinhye

-At toilet-

Aku berdiri di depan cermin yang cukup lebar, menatap wajahku yang menyedihkan dan rambutku yang berantakan.

Terus saja aku memikirkan apa yang baru kulihat, 'Jaemin, Jinhye sedekat itukah?'

Dan apa yang baru saja ku dengar, 'Jinhye, cidera parah, satu dua bulan lagi? Dan... Apa mungikin Yeri yang melakukannya? Tapi jika dia, mana mungkin ia merelakan tangannya ikut terluka?'

Aku memutuskan mengambil ponsel di dalam tasku, mungkin yang dapat kulakukan saat ini hanyalah mengirim pesan pada Jinhye.

Cukup lama aku berdiri di depan cermin, beberapa orang melihatku aneh, aku hanya mengabaikannya. Aku berharap Jinhye dengan segera membalas pesanku.

Sekitar pukul 21.30 aku mulai merasa tak menyentuh tanah lagi. Kakiku diserbu oleh jutaan semut, dan itu membuatku memutuskan untuk pulang ke rumah.

'Gini amat nasib gue.' mark~
'Yes!' yeri~

Waiting [MarkLee °nct]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang