Chapter 6 ( Aku Memperhatikan yang Memperhatikan Diriku )

3 0 0
                                    


"Kemarin kan tugas ku lebih cepat siapnya dibanding Octa, Rena tau Will, jadi aku menggembung-gembungkan pipiku. Masa si Ren bilang aku tidak boleh begitu. Sibuk sekali kan ! Katanya Cuma Hazel saja yang boleh bertingkah imut-imut, mengerucutkan bibir, menggembungkan pipi. Katanya aku meniru gayamu. Bagaimana tidak kesal coba ?"

"Dia benar-benar bilang begitu kepadamu ?"

"Iya, dia bilang begitu. Aku lupa bilang kepadamu kalau dia sering sekali membelamu. Benar kan Octa ?"

"Membelaku ? Tidak mungkin, dia kan selalu saja mengejekku."

Aku dan Viona serta Octa duduk bersama pada dua buah bangku yang dijadikan satu. Aku berada di tengah-tengah mereka berdua sambil asyik mendengarkan cerita mereka. Apalagi ini tentang Ren.

"Dia sering bilang kalau kau itu kurang pergaulan memang dan mengejekmu sebagai anak manja, tapi dibalik itu dia sering memperhatikanmu dan membelamu" sahut Octa dengan nada dewasa nya. Mendengar itu aku jadi semakin tertarik dan ingin lebih banyak tahu lagi.

"Apa contohnya?"

"Ingat tidak waktu ujian praktek bahasa Indonesia kemarin sewaktu masing-masing dari kita maju ke depan untuk membacakan puisi ? Sewaktu kita disuruh menilai teman-teman sekelas."

"Iya, ingat."

"Waktu itu nilai kami sekelompok tidak ada yang bagus dia buat, sementara kau diberi nilai 9. Setelah itu dia bilang 'Hazel itu orang yang disegani' sambil senyum aneh gitu."

"Aku orang yang disegani oleh Ren ?"

Mereka mengangguk menjawab pertanyaanku. Sambil mencoba untuk kembali ke dunia nyata setelah beberapa detik aku melamun karena tak percaya, aku menatap Viona dan Octa dengan sungguh-sungguh. Wajah mereka sepertinya tidak penuh kebohongan. Mana mungkin seorang Ren yang selama ini selalu membenciku–dan meremehkanku–bisa memberikan nilai praktek yang bagus untukku. Aku tidak percaya.

"Hwaaa !" tiba-tiba saja ada yang mencolek pinggangku dari belakang. Lantas saja aku yang mudah sekali kegelian ini melompat dari tempat duduk kami hingga lututku terbentur meja (sakit sekali). Aku berbalik ke belakang dan melihat Ren berdiri di belakang bangku Octa dan Viona sambil tersenyum senang dengan tangan yang dilipat di depan dada. Salah satu alis matanya terangkat seolah menyerukan bahwa dia sukses mengerjaiku. Gaya dia yang sekarang ini benar-benar gaya khas dia.

"Sudah aku bilang, jangan duduk diantara mereka berdua. Kau kan gendut."

"Ini tidak ada hubungannya denganmu. Mereka saja tidak keberatan kalau aku duduk diantara mereka. Kenapa kau keberatan ? Kenapa sih kau selalu saja mengganggu ku ? Sepertinya aku tidak pernah menjahilimu sampai seperti ini deh."

"Karena.. kau itu.. " dia memotong perkataannya dan mendekatkan dirinya kepadaku. "Karena kau Hazel." Sambungnya dengan alasan bodoh.

Aku memasang tatapan tajamku sambil mengulurkan tangan kananku ke arahnya. "Aku minta maaf jika pernah membuatmu kesal. Mulai sekarang kita berbaikan saja." Usulku. Tanpa aku duga dengan mudahnya dia menjabat tanganku dan menyetujui hal itu. "Iya, kita berteman." Kemudian ia mencampakkan tanganku begitu saja dan berlalu pergi. Sementara aku hanya bisa menghela napas panjang, Octa dan Viona malah menertawaiku dengan senangnya.

Sikap jahil Ren sejauh ini aku ketahui sebagai bentuk balas dendamnya kepadaku. Jika dulu aku selalu saja menganggapnya adik kecil sehingga senang mengganggunya, kini dia yang setahun lebih tua dariku tampak telah berubah menjadi seorang remaja pada umumnya (walau kadang masih kekanakan, dia suka meminum susu stroberi sambil mengatakan "tobeli..tobeli.." kemudian tertawa seperti anak-anak). Karena dia yang telah berubah, aku pun merasa tidak enak lagi untuk bertingkah seperti dulu padanya. Apalagi di kelas ku ada banyak sekali 'kamera pengintai' yang selalu mengawasi dan mengomentari tindakanku. Aku tak mau sering-sering mendengar komentar mereka yang mengganggu itu.

The Little Sweetest Candy : Our Hatelove Story ( BASED ON TRUE STORY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang