Ch. 5 ( Perkelahian yang Membuatku Salah Tingkah )

7 0 0
                                    

Tanpa terasa, sekarang sudah lima bulan sejak pertama kalinya kami semua berada di tingkat tiga. Jendela yang tepat berada di belakangku menjadi saksi bisu terhadap segala hal yang terjadi di kelas kami. Tahun ini juga aku duduk berdekatan dengan jendela kelas. Angin yang selalu berhembus seakan selalu saja menghibur dan menyemangatiku dalam melakukan apapun. Aku sangat menyukai posisi duduk ku saat ini meskipun posisi dudukku membuatku selalu saja dapat melihat wajahnya. Ya, posisi duduk kami saling mengarah satu sama lain.

Jika dahulu bentuk meja setiap kelompok di buat petak-petak, tahun ini berbeda. Meja disusun membentuk huruf U, setiap kelompok hanya dipisahkan jarak yang tidak terlalu jauh. Namun, ada dua kelompok yang berada di tengah, bentuk mejanya masih petak sehingga berbeda dari kelompok lainnya. Contohnya kelompok kami yang ikut dalam susunan huruf U, kami semua duduk dalam satu barisan yang sama dan sama-sama menghadap ke arah yang sama. Sementara kelompoknya Viona dan Ren mengikuti susunan petak, sehingga dua dari anggota kelompok saling berhadapan dengan dua anggota kelompok lainnya.

Viona duduk berhadapan dengan Ren, tetapi mereka tidak pernah menjadi akrab. Sebenarnya, secara tidak langsung posisi dudukku juga berhadapan dengan Ren meskipun berbeda kelompok dan jaraknya jauh, kami tetap masih bisa saling melihat satu sama lain.

Tahun ini pun, aku semakin sering memimpikan lelaki itu, yang wajahnya tak pernah aku ingat ketika aku bangun. Semakin lama mimpi itu semakin terasa seperti kenyataan. Kehangatan ketika dia berada di dekatku tak bisa aku lupakan bahkan sampai ketika aku sedang duduk di kelas ketika ulangan harian. Kehangatan itu seperti benar-benar ada di dekatku. Semakin lama aku menjadi semakin mengharapkannya.

Bersamaan dengan hal itu, seorang pengganggu yang awalnya aku pikir adalah teman yang baik tiba-tiba mendatangiku. Maksudku lelaki itu adalah Rafa. Rafa itu cukup terkenal di sekolah dan bisa dibilang dia tipe lelaki yang disukai banyak perempuan. Pacarnya banyak. Dia itu cukup tampan dan pintar, kulitnya putih dan dia tinggi. Selain itu dia adalah sosok orang yang aktif dan banyak bicara, tidak ada satupun orang yang tidak pernah berbicara dengannya. Namun, ada satu hal yang aku sayangkan darinya, sifatnya yang berlebihan itu. Sungguh, sejak aku tahu kalau dia adalah orang yang berlebihan, aku mencap dia sebagai lelaki yang tidak layak untuk digemari. Ini jujur.

"Hei Hazel, tugas bahasa Inggris mu yang nomor 5 sudah siap apa belum ? Kita bandingkan jawaban kita yuk !"

Aku melihat ke arahnya dengan pandangan biasa saja. Sebenarnya, aku yang pemalu ini tidak biasa dan terkadang salah tingkah jika berbicara dengan lelaki sehingga kadang mereka pikir aku menyukai mereka. Jawabannya tidak sama sekali. Aku berlaku seperti itu bukan karena aku menyukai mereka. Hanya Ren lah lelaki yang bisa membuatku tidak merasa malu ataupun canggung jika berbicara dengannya.

Rafa menyerahkan bukunya padaku kemudian aku meletakkannya bersama dengan buku ku di atas meja. Aku memeriksa jawabannya. "Sama kok jawabannya." Ucapku. Dia kemudian tersenyum dan pergi. Aku bisa melihat ketika Rafa pergi meninggalkan meja kelompok kami, beberapa orang di belakang sana seperti berbisik-bisik membicarakanku. Aku mencoba biasa saja karena aku takut jika aku ternyata hanya berfirasat buruk.

"Hei gendut, sedang apa kamu ? Mengerjakan PR ya ?" tiba-tiba orang paling menyebalkan di dunia itu datang dan berdiri tepat di depan mejaku sambil melipat tangan di depan dadanya. Dia tersenyum jahil padaku sambil tertawa kecil sesekali.

"Enak saja. Aku selalu mengerjakan tugas di rumah ya. Aku sudah siap tau ! Kamu mungkin yang belum siap."

"Mana mungkin aku belum siap mengerjakan PR bahasa Inggris. Bagiku, bahasa Inggris itu mudah."

"Bohong pasti." Jawabku melawannya yang entah kenapa jadi sok pintar itu. Ia memasang wajah sebal nya padaku dan memukul meja tepat di depan ku. "Ah sudahlah, berbicara denganmu memang akan selalu bikin sakit kepala." Lalu dia pergi begitu saja meninggalkanku yang kebingungan. Astaga, baru saja datang kemudian pergi begitu saja dengan marah-marah tidak jelas. Dasar aneh.

The Little Sweetest Candy : Our Hatelove Story ( BASED ON TRUE STORY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang