Chapter 7 ( Ada Apa Denganmu ? )

5 1 0
                                    


Sudah beberapa hari aku tidak lagi berbicara dengan Viona hingga akhirnya dia membelaku tadi. Ia mulai bisa tersenyum lagi padaku seperti biasanya. Akhirnya saat kami hanya berdua, aku bertanya padanya mengapa ia memperlakukan seperti seseorang yang tidak dia kenal.

"Aku punya kesalahan ya padamu ?"

Gadis itu menghembuskan napasnya dengan kasar kemudian menatapku sedih. "Sebenarnya tidak. Namun, aku saat itu tiba-tiba membencimu. Sewaktu kau memanggil namaku ke depan kelas pada pelajaran Matematika kemarin, banyak sekali yang mengejekku dan tidak menyukaiku karena hal itu. Lalu, kemarin aku remedial juga di Matematika. Mereka, perempuan-perempuan jahat itu mengejekku."

"Apa yang mereka katakan padamu ?"

"Mereka bilang aku itu bisa mendapatkan ranking dan mendapat nilai bagus karea dirimu. Segalanya yang aku lakukan bisa menjadi baik karena dirimu. Aku bergantung padamu. Aku tidak ada apa-apanya tanpa kamu. Aku memanfaatkanmu untuk kebaikan diriku sendiri. Lagipula aku punya banyak pikiran waktu itu, masalah keluarga."

"Keterlaluan sekali ya mereka ! Sudahlah berpikiran positif saja. Yang mereka katakann itu tidak benar kok." Viona mengangguk dan merangkulku. Kami berdua pun kembali bercanda seperti dahulu hingga persimpangan empat membuat arah pulang kami berbeda.

Sesampainya di rumah, aku melihat ponsel ku yang penuh dengan pemberitahuan mengenai orang yang menyukai statusku di facebook. Belasan statusku baik yang baru maupun yang lama baru saja disukai oleh seseorang satu menit yang lalu dan nama orang itu adalah Edwin. Sebenarnya siapa sih Edwin ini ? Tidak punya kerjaan sekali ya sampai statusku yang lama juga disukai olehnya. Ya sudahlah, acuhkan saja.

.

.

Sejak kejadian dikatakan berpacaran, aku benar-benar mengabaikan Ren. Apapun gangguannya kepadaku, aku berusaha untuk bersikap tenang dan memasang wajah datar. Di balik itu, ada juga Rafa yang sudah jarang sekali menggangguku seperti dahulu.

Beberapa orang murid lelaki dengan bodohnya memainkan bola di dalam kelas. Sumpah, itu rasanya sangat mengganggu. Kesalnya, mereka sudah tidak bisa dilarang lagi karena keras kepala sekali. Salah satu dari mereka adalah Rafa. Sorakan mereka terdengar sangat keras saat Rafa memenangkan pertandingan bola yang entah bagaimana cara bermainnya aku tidak tahu (karena mereka membentuk lingkaran kemudian mengoper bola satu sama lain).

Pemuda itu tampak senang sekali dan berlari mengelilingi kelas dengan tangan yang direntangkan seperti akan terbang. Setelah melihat tingkah anehnya aku pun kembali melanjutkan berbincang dengan Lissa di kelompok kami. Tiba-tiba tanpa aku duga, sebuah tangan mengelus pipi kiriku dengan cepat serta terdengar suara seseorang memanggil namaku. Itu Rafa. Dia mengelus pipiku kemudian berlari begitu saja. Refleks mataku terbelalak dan tidak berkedip, aku melamun beberapa saat.

"Keterlaluan sekali." Aku mengadu kepada Lissa dengan emosi yang meluap. Sumpah, aku tidak suka dengan perlakuan Rafa padaku meski itu hanya mengelus pipi. Memangnya dia pikir aku perempuan seperti apa yang mau disentuh lelaki dengan seenaknya. Pipiku itu asset berharga yang hanya boleh disentuh lelaki pilihanku di masa depan ! "Keterlaluan sekali dia Lissa !"

Lissa tertawa melihatku yang menghentak-hentakkan kaki. Dia pikir aku malu karena elusan Rafa, tapi sebenarnya aku tidak hanya merasa malu. Aku marah hingga mukaku panas dan memerah. Aku semakin tidak menyukai Rafa sejak saat itu. Sangat sangat tidak menyukainya. Aku benci tipe lelaki yang seperti dia itu.

Seketika Rafa datang kembali menghampiriku ke kelompok kami tanpa peduli ada kekasihnya di kelas itu (dia memang sering berbicara pada perempuan lain di kelas ini–teman pacarnya semua sih, tapi aku bukan teman akrab pacarnya). Aku benar-benar emosi melihat dia. Dia tersenyum dan menopang dagunya di depanku. "Hazel, apa kabar ? kok jadi sombong begini ya ?"

The Little Sweetest Candy : Our Hatelove Story ( BASED ON TRUE STORY )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang