Pt.satu - the first meeting

1.2K 95 0
                                    

Author Pov

Jeni melangkahkan kakinya menuju ruang kelas yang mulai di padati mahasisiwa lainnya. Tempat duduk pun sudah terisi sangat padat ketika ia sampai di ambang pintu ruangan 2.1.

‘Ah iya hari ini kan kelas gabungan dengan senior.’ Batin Jeni kesal karena lupa.

Jeni melihat seseorang tengah melambaikan tangan padanya dari arah jam 2. Yeoja itu Lee Nari, sahabat satu-satunya yang mau berteman dengan orang macam Jeni. Ya, Jeni yeoja jutek yang kelewatan ini sangat membenci orang yang suka basa-basi hanya untuk dekat dengannya. Maka dari itu hanya Nari yang orangnya blak-blakan, hanya dia yang nyaman dengan Jeni begitu juga sebaliknya. Ditambah Jeni sangat populer, cantik, badannya tipe ideal para namja, dan ia adalah leader club tim baseball putri di kampusnya.

“Hei kau potong rambut lagi?.” Tanya Nari saat melihat rambut Jeni yang berbeda dari 2 hari sebelumnya. Ya walau rambut Jeni memang tidak pernah lebih panjang dari pundaknya sih. Jeni hanya duduk di samping Nari dan mengangguk asal.

“Kau tidak di campakkan pria atau apapun itu kan?.” Seperti biasa Nari yang asal bertanya sambil tersenyum evil pada Jeni.

“Sebentar lagi tanding. Aku tidak ingin rambut ini mengganggu aktivitasku.” Kata Jeni dengan wajah datar seperti biasa dan fokus kedepan saat seorang namja rapi dengan kemeja dan kacamata bulatnya masuk ke dalam ruangan.

“Oh itu hyung. Apa Kim prof tidak masuk lagi?.” Sahut Jungkook, namja yang duduk  di depan Jeni dan Nari.

“Dia siapa?.” Tanya Nari pada Jungkook ikut nimbrung. Sedangkan Jeni yang notabene malas berbicara hanya mendengarkan saja.

"Kau tidak tahu? Dia kan terkenal sekali. Ah tapi akhirnya ada juga yang tidak mengenalnya" Jungkook menjawab dengan kesal sekaligus sedikit senang. Jungkook terdengar iri dengan kepintaran kakak sepupunya itu.

“Minggu lalu saat kau dan Jeni dispen pertandingan club dia juga mengajar matakuliah Kim prof. Dia semester 5 di jurusan kita sekaligus asisten dosen matakuliah ini, namanya Jeon Wonwoo, kakak sepupumu kan kook?.” Sahut Seungkwan yang ada di samping Jungkook. Jungkook hanya mengangguk asal. Setelah Seungkwan berpanjang ria ia kembali menatap ke depan, takut si asdos baru ini melempar buku seperti minggu lalu karena ia Seungkwan berbicara di tengah-tengah pengajarannya.

“Hey hey, yak, Seungkwan-ah, Jungkook-ah, apa dia galak?.” Seungkwan dan Jungkook tak menoleh kebelakang. Mereka sadar jika sang asdos baru bernama Wonwoo itu sedang menatap ke arah mereka, dan mereka pun tak berani menongok ke belakang. Nari dengan bawel berusaha menepuk pudak Seungkwan dan Jungkook agar mereka menjawabnya.

“Kau yang disana.”

Wusshhh.

Seketika angin serasa berhembus. Kelas menjadi hening. Lebih hening dari sebelumnya yang sudah hening.

“A-aku?.” Tanya Nari. Nari sudah gelagapan takut kena semprot omelan asisten dosen yang menurutnya pasti super galak.

“Bukan. Sampingmu. Suruh dia buka bukunya.”

“Eh?.” Nari kaget. Bukankah sejak tadi Jeni duduk dan dia saja. Nari menyenggol lengan Jeni yang masih dalam diam. Jeni pun tak bergeming ia hanya menatap kesekeliling. Dan, tak perduli.

“Buka bukumu.” Wonwoo sang asisiten dosen mengulangi perkataannya dengan nada sedikit naik.

“Aku tidak bawa buku.” Jawab Jeni enteng sekali. Yang benar saja, Jeni yeoja yang super malas ini membawa buku, batin Nari. Apalagi kebiasaan Jeni hanya membawa tas ransel kecil berukuraan 20cm yang berisi minum, handuk kecil, dan bola baseball kesayangannya. Hanya itu, tidak ada buku, pulpen, dan semacamnya.

Mahasiswa yang ada di dalam kelas pun hanya merinding. Peperangan pun akan terjadi pikir mereka. Mungkin semua juga tahu Wonwo adalah namja penerima beasisiwa universitas karena nilai akademik, di tambah sikapnya yang sangat dingin sekaligus super duper sombong, membuat orang yang melihatnya tak berani menyapanya. Dan sekarang ia akan berhadapan dengan Jeni, yeoja cantik nan populer berkat bakat non-akademisnya,  namun ganas ketika di lapangan saat pertandingan baseball, sikapnya juga tak kalah dingin, bicaranya juga seperlunya.

Wonwoo terlihat menarik nafas panjang. Rasanya hal ini akan menguncang isi perut bumi jika mereka di adukan pikir semua mahasiswa. “Arraseo, tapi jika minggu depan tidak bawa buku paket lagi. Kau aku suruh keluar.”

Oke, diluar dugaan. Mungkin Wonwoo sedang menang lotre atau apa pun itu yang membuat harinya sedikit lebih indah. Dan para mahahsiwa pun bernafas lega. Akhirnya mereka bisa belajar dengan tenang. Sementara Jeni hanya diam, tak menjawab ataupun memerhatikan penjelasan Wonwoo. Ia datang hanya untuk absensi kelas, itu saja sudah cukup, karena beasiswa baseballnya akan selalu menolong dirinya. Sementara Nari..

“Astaga jantungku hampir copot. Apa akhirnya Jeni menemukan musuh yang sebanding dengannya” bisik Naripada dirinya sendiri.
.
.
.
tbc

:) :) :) gatau mau ngomong apa
Semoga suka:"

Officially Married [Jeon Wonwoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang