Pt.enam - sial

641 75 0
                                    

Author Pov

Setelah acara inti selesai dilanjutkan dengan bernyanyi ria sambil menikmati makanan di standing party ini. Jeni dan Wonwoo berjalan mendekati orang tua mereka yang sejak tadi tak berhenti tersenyum bahagia. Begitu juga dengan haraboejienya Jeni.

"Haraboeji." Panggil Jeni sambil tersenyum dan memeluk kakek kesayangannya itu. Beda, sikap Jeni berubah drastis. Ia jadi terlihat sedikit lebih hangat di banding sikap biasanya pikir Wonwoo.

"Oh eomma aku mau kesana dulu. Ada Mingyu." Wonwoo menunjuk Mingyu yang sejak tadi menkode untuk menghampirinya. Kim Mingyu adalah patner kemana pun jika di kampus tapi beda jurusan, Wonwoo di jurusan Manajemen dan Mingyu di jurusan Bisnis. Mereka sangat dekat karena mereka sahabat sejak kecil.

"Hyung, lihat aku datang kan." Mingyu berlaga keren sambil memainkan dasinya.

"Bukankah orang tuamu masih di luar negeri?."

"Hem itu alasan aku datang untuk mewakilkan mereka. Dan wah calonmu cantik juga." Mingyu menyenggol lengan Wonwoo yang sudah malas sekali bergurau.

"Oh siapa dia?." Mingyu menujuk namja berparas keturunan amerika-korea yang sedang merangkul yeoja. Ya, yoeja yang baru saja resmi menjadi tunangan Wonwoo sahabatnya.

"Namchin mungkin." Jawab Wonwoo datar. Sangat tak perduli. Wonwoo pun mengajak Mingyu keluar gedung karena merasa lelah untuk mencari udara segar.

Xxx


Jeni Pov

Aku melambaikan tanganku saat Nari masuk ke ruangan kelas. Kali ini aku sengaja datang pagi, karena semalam aku juga tidak bisa tidur karena pertunangan itu. Bukannya apa-apa, aku jadi merasa berfikir betapa hancurnya masa depanku. Bertunangan dengan orang yang baru aku tahu namanya saja.

Aku benci cerita percintaan, perjodohan, dan hal yang semacamnya. Bahkan tadi malam untuk menghilangkan stress aku memilih berlatih memukul bola dan berlari di lapangan perumahan sampai pergelangan kakiku semakin lecet karena heels sialan di acara pertunangan itu.

"Oh tumben datang pagi?."

"Aku tidak bisa tidur jadi-"

"Arra arra Vernon menceritakan semuanya padaku sampai mulutnya berbusa di telfon." Nari menutup mulutku dengan sok tahu.

"Ka-kakimu kenapa kau pakaikan plester?." Nari menundukkan badannya dan memerhatikan kakiku yang sudah lumayan parah karena lecet. Aku bahkan membuka sepatu saat sampai di kelas karena ini sangat perih.

"Gwenchana. Sebelum tanding 2 hari lagi pasti sudah mengering. Oh ya, berhentilah taruhan yang tidak penting. Kau juga pasti akan kalah." Aku mengalihkan pembicaraan karena tak suka membuat sahabatku khawatir.

"Ah wae? Kau benar akan menikah dengannya? Jadi Vernon menang?. Aaahhhhh."

"Oh jadi benar kalian taruhan?." Tanyaku memekik. Ternyata dugaanku benar mengapa Vernon menyuruhku ikut dengan iklhas perjodohan itu. Nari pun menutup mulutnya dan segera menggeleng.

"Yak itu tunanganmu!." Nari menggoyangkan pundakku mengalihkan pembicaraan saat Wonwoo masuk ke dalam kelas yang sama dengan mereka.

'Ah sial kenapa harus ada dia. Kelas gabungan menyebalkan.'

Kelas gabungan memang sering terjadi disaat perkuliahan. Aku melihat Wonwoo duduk di deretan kedua paling depan. Tak lama dosen masuk dan kelas berlangsung.

Aku hanya memerhatikan layar proyektor dengan tatapan kosong. Sedangkan Nari sibuk mencatat materi yang ada di layar proyektor. Baru berlangsung 10 menit pembelajaran seseorang masuk dan memberhentikan kegiatan sang dosen yang sedang mengajar. Orang itu tak asing bagiku dan Nari. Jelas, orang itu adalah Lee Coach-nim. Pelatih club tim baseball universitasku.

"Choi Jeni dan Lee Nari kalian di berikan dispensasi untuk mengikuti pertandingan hari ini. jangan lupa untuk menang." Ucap dosen dengan tersenyum bangga pada ku dan Nari karena kami adalah atlet mahasiswanya. Mahasiswa yang lain terutama para namja langsung bersorak riuh ikut memberi semangat juga. Sementara aku dan Nari masih saling tatap menatap.

Shit!

Kenapa harus hari ini. Kakiku, ah masih sangat perih. Demi apapun bagaimana aku bisa memenangkan pertandingan jika berjalan saja tidak benar.

"Coach-nim, bukankan pertandingan di mulai lusa?." Nari berdiri dari tempat duduknya. Ia bertanya sambil sedikit berteriak karena ia duduk di posisi hampir paling belakang di ruangan yang luas ini.

"Harusnya begitu tapi tim lawan minta di percepat. Tidak masalah kan?." Lee Coach-nim hanya tersenyum dan mengangkat sebelah alisnya.

"Masalahnya-" Nari mengehentikan lanjutannya karena aku dengan cepat menarik lengannya. Nari melirik ke arah pergelangan kakiku yang mungkin akan parah jika tetap memaksakan ikut pertandingan.

"Aniya. Aku ingin ikut Nari-ah." Kataku berucap sangat pelan dan kemudian membawa tas untuk menurui tangga bangku menuju pintu keluar kelas. Aku berjalan menahan sakit, seakan tak terjadi apa-apa.

Apapun tak akan terjadi, aku harus ikut dan memenangkan pertandingan sekalipun aku akan merasakan sakit nantinya. Aku melihat Wonwoo yang sedang duduk hanya melirik sekilas tak perduli padaku padaku. Kemudian aku mulai melangkahkan kakiku keluar ruangan meski sorak riuh dari mahasiswa namja yang lain masih terdengar untuk menyemangatiku dan Nari.

Xxx

Wonwoo Pov

"Cukup sampai sini perkuliahan kita hari ini. Untuk lusa jangan lupa kumpulkan catatan kalian."
"Ne." Jawab semua mahasiswa secara serentak. Ah akhirnya aku bisa bersantai juga. Aku belum tidur sejak kemarin. Tugasku sangat menumpuk karena aku asisten dosen prof Lee. Ditambah pertunangan konyol itu. Ini adalah kuliah pertama dan terakhirku hari ini, sebaiknya aku cepat pu-

"Hyung." Aku melihat Jungkook berjalan mendekatiku yang masih membereskan buku di tempat dudukku. Aku heran melihatnya, ia menghampiriku padahal hubunganku tidak baik padanya. Entah apa yang terjadi namun sejak kecil Jungkook dan aku tidak pernah akur. Iri mungkin, ketampananku yang menyainginya atau kepintaranku?. Ah, bisa jadi.

"Ahjumma ada disini."

"Ha?." Jawabku bungung, ia tidak pernah berbicara padaku jika di kampus.

"Eommamu ada di depan. Cepatlah keluar." Jungkook kemudian berjalan ke pintu keluar dengan malas. Aku yang masih bingung ikut keluar dan melihat eomma benar-benar ada di sini. Dan ia tidak sendirian.

" Nah ketemu juga. Untung eomma sms Jungkook tadi." Aku mengerutkan keningku, pasti ada sesuatu hal yang membuat eomma datang bersama nyonya Choi, lebih tepatnya eommanya Jeni juga disana. Mataku mencari Jungkook yang pastinya sudah kabur.

"Ada apa eomma kesini?." Tanpa menjawab Eomma menyuruhku mengikutinya ke suatu tempat yang tak asing, yaitu standion kecil yang biasa di pakai untuk baseball club.

Ah, aku mengerti sekarang. Aku tidak bodoh. Pasti mereka mengajak aku untuk menonton pertandingan tunangan baru sehariku.

"AAHHH CALON MENATUKU ADA DISANA! DIA YANG JADI KAPTENNYA!." Teriak eomma terlihat berbangga hati saat kami baru mendapat tempat duduk. Disana sangat ramai untung teriakan eomma di dominasi dengan teriakan penonton lainnya.

Dan, hey kenapa banyak sekali yang menonton? Ini hanya pertandingan antar universitas, bukan dalam pertandingan nasional. Terlebih apa mereka hari ini tidak ada kelas sama sekali?. Dan kenapa yang menonton kebanyakan namja?.

Eh tapi kenapa anak itu tidak main di lapangan. Aku melihat Jeni terus duduk di bangku cadangan. Bukankah ini sudah berlangsung 30 menit yang lalu?.
.
.
.
Tbc

+1000 word ! banyak banget horeee #gaknapasngetikiniteh

Hargai gue yak

Dengan lakukan ini 👇

Vote + Comment

Officially Married [Jeon Wonwoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang