Pt.empatbelas - sorry, but i love you

625 68 0
                                    


Author Pov

Brak brak brak

Wonwoo terdengar berkali-kali menggedor pintu kamar mandi yang dipakai Jeni sejak sejam yang lalu. Wonwoo terus berseteru dengan pikirannya -

Dobrak tidak dobrak tidak.

Sejak tadi. Wonwoo masih terdiam sambil menggigit bibirnya di depan pintu kamar mandi. Di apartementnya memang ada satu kamar mandi maka dari itu ia terus gelisah, antara ia takut terlambat ke kampus atau gelisah takut terjadi sesuatu dengan anak itu di dalam kamar mandi.


Sampai kapan anak itu berenang di kamar mandi? Hah?.’



Bunyi air dari shower pun tak berhenti menyala. Bahkan gebrakan pintu sejak tadi pun seperti tak terdengar oleh orang yang berada di dalam. Wonwoo hanya takut jika ia mendobrak dan melihat hal-hal yang sangat tidak ingin ia lihat. Dengan sedkit keberanian ia pun mendapat keputusan yang juga sedikit bulat untuk tetap mendobrak pintu. Dalam hitungan ke tiga ia akan mendrak masuk ke dalam kamar mandi.

Satu

Dua

Tiga!

BRAKKHHH

“AAAAAAAA” teriak Jeni saat Wonwoo benar-benar masuk ketika Jeni masih setengah telanjang di kamar mandi. Ya, untung saja Jeni sudah memakai handuk yang menutupi dada dan pahanya.

“AAAAAAAA DASAR BODOH KENAPA KAU BAIK-BAIK SAJA?!.”

BRAAAKKHH. Pintu kembali tertutup.

"Apaan barusan? Jadi dia ingin aku tidak baik-baik saja saja?." Jeni mengerutkan keningnya karena kepalanya memang sudah sangat sakit.

Wonwoo berlarian ke kamarnya sambil jingkrak-jingkrak di tempat tidurnya sendiri, menyesali apa yang ia perbuat beberapa detik yang lalu.

“Ah micheoseo?. Aku benar-benar sudah gila. Kenapa ia terlihat santai begitu memakai handuk disaat aku sudah hampir telat ke kampus aish.” Wonwoo terus memukuli dirinya sendiri dengan guling.

“Jeon Wonwoo.” Wonwoo langsung berbalik ketika mendengar suara Jeni yang tiba-tiba masuk kedalam kamar Wonwoo masih dengan hanya memakai handuk untuk menutupi badannya.

“A-aku tadi khawatir makanya aku –“

“Punya obat demam tidak?.”


Bragkkh.

Saat itu juga Jeni pingsan dan tergeletak di ambang pintu kamar Wonwoo. Ia tak sadar diri sampai Wonwoo yang melihatnya lompat karena kaget. Berkali-kali ia menepuk pipi Jeni agar yeoja itu bangun, namun nihil. Ia pun membawa Jeni ke tempat tidurnya dan mengecek suhu tubuh Jeni yang sangat panas.

“Aish jadi kau menahan rasa sakit sejak sejam yang lalu di kamar mandi?. Ah dasar gengsian sekali. Apa susahnya kau bilang padaku kalau kau –“

“Appo. Kepalaku sakit” Wonwoo menghentikan omelannya sendiri saat mendengar Jeni mengigau sambil memegangi tangan Wonwoo yang sejak tadi mendarat di kening Jeni.

Wonwoo diam, ia melihat wajah Jeni yang sudah sangat merah karena demam. Ditambah ia diam karena bingung. Mengapa ketika berada dekat dengan yeoja ini selalu saja ingin menasehatinya atau ingin marah padanya.

“Kenapa aku jadi banyak omong sih akhir-akhir ini.” Wonwoo memijit keningnya sendiri dan tangan yang satunya masih memeriksa kening Jeni. Wonwoo mulai mencari ektra selimut untuk di pakaikan pada Jeni dan –

“Ah shit ia masih pakai handuk. Bagaimana kalau dia makin sakit.” Wonwoo menjambak rambutnya sendiri sambil berfikir bagaimana cara melepas handuk yang basah itu.

Setelah menemukan ide, Wonwoo menutupi seluruh tubuh Jeni dengan selimut dan menutupi matanya dengan penutup mata untuk tidur, agar saat ia melepas handuk dari tubuh Jeni ia tidak melihat tubuh aslinya, ribet memang. Setelah melepas ia menutupinya dengan selimut yang sangat tebal.

Wonwoo pun bernafas lega setelah melakukan hal itu layaknya melakukan perang dunia korea selatan dengan korea utara. Karena cukup kekurangan energi Wonwoo pun berniat tidak kuliah dan mengirim pesan lewat email pada dosennya untuk izin.

Dengan secepat kilat ia berlari kedapur melihat persedian obat-obatan di atas laci.

‘Bagaimana caranya menyuruh yeoja ini minum obat kalau ia saja susah bangun.’ Pikir Wonwoo saat ia kembali ke kamar.

“Maafkan aku. Kau tertular olehku kan?.” Wonwoo mendekatkan wajahnya pada wajah Jeni yang sangat polos ketika tertidur. Ia merasa bersalah, faktanya ia ingat betul waktu itu ia tak sengaja mencium Jeni dalam keadaan yang setengah sadar maupun tidak saat ia juga demam. Pasti tertular karena itu pikir Wonwoo.

Tanpa banyak ba-bi-bu Wonwoo memasukkan obat demam kedalam mulutnya sendiri lalu menahannya dengan lidah serta memasukkan air kedalam mulutnya. Dengan sedikit tak percaya diri ia menempelkan bibirnya pada bibir Jeni untuk memaksanya meminum obat lewat bibirnya. Sungguh hal yang sangat membuat Wonwoo saja bergidik ngeri namun harus ia lakukan.

Dengan mudahnya Jeni meminum obat lewat proses yang sangat membuat Wonwoo harus mengatur detak jantungnya yang sejak tadi tak normal berdetak.



‘Oke, dia selamat, tapi mungkin aku yang bisa mati karena hal ini.’ pikir Wonwoo.

Sejak itu Wonwoo yang masih dalam keadaan belum normal tak berhenti menatap wajah Jeni secara intents. Rasa khawatir datang tiba-tiba. Darah berdesir dengan sangat cepat. “Aku menyukaimu.”

Dua kata penuh makna. Secara tak sadar Wonwoo mengucapkan kalimat itu sambil mengusap pipi kanan Jeni yang memerah.

Wonwoo pun kembali mendekatkan wajahnya (lagi) dan menempelkan bibirnya dengan perasaan yang tulus kali ini pada bibir Jeni. Tanpa Wonwoo sadari Jeni membuka matanya dan mulai membulat kedua matanya ketika tahu bahwa Wonwoo tengah menempelkan material lembut itu pada bibir miliknya. Anehnya, Jeni tak memberontak dan kembali menutup kedua kelopak matanya. Seakan tak tahu apa-apa.
.
.
.
Tbc

Ehem cie nu, jen udah saling suka bukan? Puahaha
Ngefeel ga sih kalian baca ini???

Vote + comment jsy

Officially Married [Jeon Wonwoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang