Pukul 2 dini hari, suasana jalanan begitu lenggang. Eagle mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuat Shark yang ada di sampingnya sedikit begidik ngeri. Ia memarkir Range Rover di halaman XSA pusat kemudian memasuki gedung besar yang didominasi warna hitam dan putih itu dengan melewati rangkaian keamaan diikuti Shark yang mengekorinya.
Ia menatap layar monitor touch screen yang menempel apik di tembok bercat putih lalu memasukkan kode agen miliknya. Setelah itu, ia masuk mulai melakukan pemindaan sidik jari dan retina hingga akhirnya ia tiba di dalam ruang pemindaan berjalan. Shark pun melakukan hal yang sama. Setelah berhasil melewati sistem keamanan, Eagle masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai 7 untuk menemui Max, Big Boss yang baru.
Benda persegi yang terbuat dari besi itu seolah berjalan amat lambat baginya. Eagle mengetuk-ngetukkan kakinya ke lantai. Shark hanya mengamatinya. Setelah pintu terbuka, dengan langkah cepat, Eagle keluar dari dalam lift. Ia masuk ke dalam ruangan BigBoss baru XSA.
Suasana ruangan tersebut sangat mengerikan. Shark paham yang dihadapinya kali ini bukan sesuatu yang menyenangkan. Ia berdiri di samping Eagle yang menatap datar pada BigBoss. BigBoss menggebrak meja di depannya dengan tampang murka, "Apa yang terjadi padamu, Eagle?" Shark sedikit terlonjak kemudian menunduk enggan menatap Bigboss yang terdengar mengembuskan napasnya kasar, "Bukan ini laporan yang aku mau!" ucap BigBoss dengan sorot kekecewaan. Eagle hanya bergeming.
"Shark, kau boleh pergi! Aku ingin berbicara empat mata dengannya." Shark yang mendengar titah BigBoss akhirnya meninggalkan mereka berdua dalam ruangan.
Sepeninggal Shark, BigBoss memerintahkan Eagle untuk duduk. Eagle mengangguk dan menurutinya. Tatapan kekecewaan BigBoss membuat Eagle kesal pada dirinya sendiri.
"Apa yang terjadi denganmu, Eagle? Kau salah satu agen terbaikku, bagaimana bisa kau gagal dalam penggerebekan perdagangan senjata ilegal?" BigBoss memijat keningnya pelan.
"Maafkan aku." Hanya kalimat itu yang meluncur dari bibirnya.
"Maaf? Kau pikir dengan mengucapkan maaf masalah selesai?" ucap BigBoss telak.
"Kau tahu misi sederhana ini, akan berguna bagi misimu yang selanjutnya." BigBoss mulai naik pitam. Eagle mengernyitkan dahinya tak paham dengan ucapan BigBoss.
BigBoss menghela napas dalam terlihat berusaha mengendalikan diri, "Apa ada petunjuk?" tanyanya.
"Aku dan Shark hanya menemukan ini. Pada saat target melarikan diri, ia melemparkan kertas ini secara sengaja." Eagle memberikan secarik kertas yang ditemukan Shark. "Aku telah meminta agen lain mengurus dua mayat beserta kekacauan yang terjadi," lanjutnya.
"Baiklah, lebih baik sekarang kau pulang! Aku akan menyiapkan data-data untuk misi selanjutnya, bersiaplah!" BigBoss bangkit dari kursi.
"Sekali lagi, maafkan aku. Ini adalah pertama kalinya aku gagal dalam menjalankan misi," ucap Eagle.
"Ya, aku tahu. Ku harap kau tidak mengecewakan Hermawan dan Sinta yang selalu membanggakan kau dan adikmu." BigBoss berjalan keluar ruangan mendahului Eagle yang masih terdiam.
******
Berkas cahaya perlahan menyelinap melalui celah jendela. Reno yang masih bergelung di balik selimut perlahan membuka kedua matanya. Sekelebat ingatan misinya semalam membuatnya menghela napas dalam. Ia bangkit kemudian bergegas menyiapkan diri untuk memulai aktifitas pagi di hari minggunya.
Reno mengamati kedua adiknya yang tengah duduk di ruang keluarga sambil menikmati minuman masing-masing. "Selamat pagi...." sapanya ketika turun dari anak tangga terakhir.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] La Cosa Nostra
Action"Kita berada dalam satu alur kehidupan dengan perbedaan jalan. Hitam dan putih yang berusaha saling mendominasi." -Reno Prananta Hermawan "Hanya ada benci yang mendarah daging dan tak akan sudut untuk berpaling." -Alea Moriz "Permainan ilusi sederh...