11. Penombra

1.7K 160 12
                                    

Di dalam lift Reno menurunkannya. Alea enggan mencari masalah dan memutuskan untuk mengikuti Reno. Jemarinya saling bertautan, Alea hanya menghela napas pasrah. Saat memasuki unit apartemen Reno, Alea terperangah. Apartemen Reno snagat tenang. Hanya dentingan jam dinding klasik khas eropa mengisi atmosfer ruangan nuansa berdinding coklat berpadu putih yang membuat apartemen mewah milik Reno terasa menentramkan. Sungguh Alea sangat terpesona dengan desain interiornya. Benar-benar mengingatkan Alea pada negara Eropa, khususnya Italia. Bahkan, keelokan setiap inchinya membuat Alea lupa bahwa tadinya ia hendak memprotes Reno yang seenaknya membawanya.

"Saya tahu, apartemen ini memang mengagumkan. Tapi, tolong...," Reno sengaja menggantungkan kalimatnya sejenak menunggu respon Alea. "Bersihkan air liurmu yang membanjir itu!"

Alea langsung tergagap. Ia menegakkan tubuhnya dan menatap Reno tajam, "Kenapa membawaku kemari?" tembaknya.

Reno duduk di sofa seberang Alea lalu membuka tas kerjanya. Alea mengernyitkan dahinya bingung. "Kau ini, beberapa hari lalu operasi usus buntu tapi hari ini hampir minum alkohol, he?"

Alea menyipitkan matanya mencoba mencari kebohongan dari mata Reno. "Kenapa menatapku seperti itu?" ujar Reno.

"Hei! Aku tidak pernah operasi usus buntu!" jelas Alea. Reno mengernyitkan dahi, "Kau yakin?" tanyanya.

"Aku tidak amnesia, jangan mengada-ngada!" bantah Alea.

"Aku hanya berusaha menolongmu, kalau kau tidak percaya aku bisa bawakan rekam medismu," ucap Reno meyakinkan.

Alea menatapnya tajam, "Terserah! Lagi pula, apa pedulimu padaku? Oh, ya, terima kasih sudah menolongku, walaupun sebenarnya aku bisa mengatasinya sendiri. Aku permisi." Alea melenggang pergi meninggalkan Reno yang masih bergeming.

Dalam benaknya Reno sibuk memikirkan tentang Alea yang mengatakan bahwa ia tidak pernah operasi. Tapi, Reno yakin beberapa hari yang lalu ia menangani Alea. "Siapa dia sebenarnya?" gumam Reno. "Ah, Reno! Kenapa kau malah memikirkan wanita yang baru kau kenal tidak lebih dari seminggu." Reno memejamkan matanya lelah.

Reno tiba-tiba merasa bertanggungjawab atas Alea sebab ia yang membawa Alea kemari. Ia bangkit dan bergegas menyusul Alea, setidaknya ia harus memastikan Alea sampai di rumah dengan selamat, begitu menurutnya. Ketika ia berjalan mengekori Alea, instingnya sebagai mata-mata merasakan ada seseorang yang membuntuti mereka, entah Alea atau Reno.

Ketika Reno terlalu sibuk dengan pikirannya, ia sampai tak menyadari bahwa Alea menghilang dari pantauannya. Kali ini, Reno pastikan akan menangkap penguntit itu. Reno menoleh ke arah belakang. IA melihat bayangan hitam di ujung lorong. Ketika ia sampai di dekat persimpangan, yang ia dapat hanyalah selembar kertas yang ditempel pada dinding.

Non interferire nei nostri affari! O si muore!

126T

*****

Suara tembakan menggema dalam ruangan yang terbuat dari dinding kaca dan kedap suara. Azura yang telah lama tidak bergulat dengan senjata sedang melatih kemampuannya. Ia menggunakan kacamata 4D yang menyulap pemandangan di hadapannya menjadi seperti gedung tua. Hologram-hologram musuhnya juga muncul dan siap menembaknya.

Tembakan demi tembakan dilakukan. Sesekali ia mengisi amunisi lalu kembali berjalan mengendap-ngendap mengikuti apa yang ia lihat. Dua orang muncul dari balik dinding dan menembakinya. Ia melemparkan granat kemudian menunduk dan berlindung dari ledakan.

Mission complete!

Setelah kalimat tersebut muncul di hadapannya, Azura melepaskan kacamata kemudian keluar ruangan. Ia melirik LED jam tangannya yang berubah warna menjadi biru, tanda misi diterima. Ia bergegas mengganti pakaiannya kemudian menuju ke lokasi.

[2] La Cosa NostraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang