Suasana markas tim gama sangat sepi dan minim penerangan karena lampu utama tidak dinyalakan. Sudah lima belas menit berlalu sejak Sarah tiba dan memutuskan memejamkan matanya di sofa panjang yang biasanya digunakan tim gama untuk merebahkan diri meski sebentar. Sarah masih terjaga. Helaan napasnya dalam seolah berusaha mencari ketenangan. Saat suara pintu terbuka memecahkan keheningan yang melandanya, ia membuka mata dan menoleh ke sumber suara tepat saat lampu utama dinyalakan. Sumber kegelisahannya muncul dengan raut tenang dan datar. Sarah berdecak melihat Reno yang hanya melirik sekilas kemudian berjalan melaluinya. Ia bangkit menghampiri Reno yang tengah sibuk menyalakan komputer. Reno merasakan kehadiran Sarah yang mengawasinya kemudian berujar, "Jangan hanya menatap, kalau mau ngomong silakan!"
"Yeah, we need to talk." Sarah beralih mengambil tempat duduk di meja yang biasa mereka gunakan untuk rapat, "I'm waiting you."
Reno menghela napas dalam kemudian berbalik mengikuti Sarah. Mereka duduk berhadapan dan Sarah pun memulai mengeluarkan segala hal yang menyebabkan ia sakit kepala. "Kenapa Ren? Gue kayak nggak kenal lo."
"Nggak perlu mincing, Sar. Tanya yang jelas biar lo nggak kepikiran."
Giliran Sarah yang menghela napas dalam, "Lo suka beneran sama Alea?" tembaknya.
Reno tersenyum miring kemudian mengedikkan bahu. Jawaban Reno membuat Sarah berdecak kesal, "Ren, gue nggak bermaksud ikut campur privasi lo. Tapi, jangan sampai terulang yang kayak gini, lagi. Cukup tentang Azura yang bikin tim Gama pecah. Jangan ada hal lain lagi, please! I believe you can make a smart choice."
Reno meraih tangan Sarah dan menggenggamnya, "Sar, gue tahu kalau gue salah. Dan gue akui itu. Tapi, apapun pertanyaan lo tentang gue yang ada kaitannya dengan Alea untuk saat ini gue belum bisa memastikan apapun. Thanks for believe me. I promise, we are team as always. So, could I get a forgive?" Ia menatap Sarah dengan mimik serius.
Sarah memutar bola mata, "Yeah, tapi lo harus minta maaf lagi sama-"
Suara pintu terbuka membuat keduanya menoleh dan melepas tautan mereka. Sosok Julian yang menenteng makanan dari salah satu restoran cepat saji terlihat ogah-ogahan berjalan menghampiri. Chris yang mengekori masih fokus pada tablet pc sehingga tidak menyadari keberadaan Reno. Suasana menjadi canggung karena Julian bersikap seolah-olah tak melihat Reno.
Sarah beranjak dari kursinya kemudian berusaha menampilkan senyum lebar. "Tau aja lo kalau gue lagi laper." Sarah menyambar makanan yang dibawa Julian dan meletakkannya di atas meja. Julian bergeming. Upaya Sarah tidak memberikan efek yang signifikan hingga suara Chris yang mengaduh kesakitan mengambil alih fokus ketiganya. "Aduh, siapa sih yang naruh buffet di sini!" omel Chris.
Reno bangkit dari duduknya kemudian menghampiri Chris, "Chris! Jangan kebiasaan jalan nggak lihat depan," peringat Reno yang membuat Chris terkejut.
"Sejak kapan di sini?"
"Yang pasti sebelum lo nabrak buffet."
Chris menatap Julian dengan serius, "Ah, sekarang gue tahu. Lo tadi beli makanan empat porsi ternyata buat si bos. Ck, gengsi amat! Kalau perhatian ya perhatian aja nggak usah sok nggak peduli," ujar Chris tak memperdulikan tatapan tajam Julian.
"Duh, ada yang perhatian tapi gengsi," goda Sarah.
"Ck, jijik banget," sahut Julian sinis. Reno menghampiri Julian kemudian merangkulnya paksa. Ia menarik Julian dan Chris untuk duduk sementara Sarah membuka makanan mereka. "Thanks, Jul. Lo masih anggep gue temen lo." Julian masih sbungkam. "Sorry untuk kelalaian gue dalam misi dan rasanya gue nggak pantes jadi leader kalian."

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] La Cosa Nostra
Action"Kita berada dalam satu alur kehidupan dengan perbedaan jalan. Hitam dan putih yang berusaha saling mendominasi." -Reno Prananta Hermawan "Hanya ada benci yang mendarah daging dan tak akan sudut untuk berpaling." -Alea Moriz "Permainan ilusi sederh...