Pria-pria parlente setengah sadar itu duduk mengitari meja sambil tertawa pongah. Kartu-kartu remi berhamburan di atas meja. Ekspresi mereka terlihat serius, sepersekian detik berubah menjadi senyum iblis, lalu meracau memaki satu sama lain. Sambil sesekali menenggak anggur mahal yang diimport dari mancanegara mereka merayakan kemenangan atas segala tipu daya yang mereka lakonkan.
Dengan dijaga belasan body guard terlatih, Four Heroes mengadakan agenda rutin terselubung. Berpesta pora menghabiskan malam di setiap tengah bulan. Seperti biasa, Four Heroes memainkan kartu. Body guard di samping Jaya bertugas mengocok kartu kemudian membagikan pada ketiga bosnya.
Four Heroes larut dalam permainan kartu hingga tak menyadari bahwa di luar sana terdapat dua orang tamu tak diundang yang telah melumpuhkan anak buahnya.
"Sei pronto, caro?" (Kau siap, sayang?)
Wanita bertopeng porselen tersenyum miring, "Più che essere solo pronti," jawabnya sambil mengeluarkan sebuah botol kecil dari balik hodie. (Lebih dari sekedar siap,)
Pria itu menundukkan kepala melihat situasi dari balik lubang kunci. Sementara si wanita melepaskan hodie. Si Pria memutar kenop pintu dengan tenang, "Cominciamo." (Mari kita mulai.)
Klik.
Four Heroes dan beberapa body guardnya menoleh ke arah pintu yang terbuka.
"Siapa?" sembur Hendra tak suka.
Seorang wanita berpakaian pelayan masuk sambil mendorong troli, "Screaming Eagle Cabernet Sauvignon pesanan Tuan."
Hendra mengerutkan kening, "Siapa yang pesan?" Jaya mengedikkan bahu.
"Kau memesannya?" tanya Hendra pada Jhonny.
"Entahlah, aku lupa." jawabnya acuh kemudian meraih gelas anggurnya.
"Kau-mengganggu saja," desis Jaya. Hendra bangkit dari duduknya, "Sudahlah. Tuangkan saja!" perintahnya sambil melonggarkan dasi.
Pelayan wanita itu mengangguk mengiyakan. Kemudian membuka botol anggur lalu menuangkannya pada gelas-gelas baru dengan hati-hati. Ketika mengangsurkan gelas pada Hendra yang berada di sisi kirinya ia sengaja menabraknya hingga anggur mahal itu mengotori jasnya.
"Kau-," geram Hendra, "Dasar bodoh! Lihat! Kau mengotori jasku!"
Wanita berlagak panik, lalu mengibaskan tangannya membantu Hendra membersihkan jasnya. Hendra menghempaskan tangan pelayan itu dengan kasar, "Dasar babu bodoh! Jangan sentuh jas mahalku!" makinya.
Wanita itu menunduk seolah-olah rikuh, "Maaf, Tuan." gumamnya. Jaya dan Jhonnya hanya menatap tak acuh.
"Maaf, kau bilang?" Hendra mengepalkan tangan, ia yang biasanya paling tenang diantara Four Heroes mendadak tempramen. Mungkin karena kekalahannya dalam permainan yang selalu ia menangkan serta pengaruh alkohol yang membuatnya hilang akal.
Jaya berdecak malas, "Sudahlah, Hend. Tenanglah! Kau masih punya banyak jas mahal," lerai Jaya kemudian mengibaskan tangan mengusir si pelayan, "Pergilah!"
Pelayan wanita itu berbalik dan mendorong troli dengan seringai tipis.
"Lo spettacolo inizia!" gumamnya. (Pertunjukkan dimulai!)
****
Suasana ruang kesehatan markas pusat XSA mendadak berubah keruh ketika BigBoss mengabarkan agar Tim Gama bergegas pergi. Jam tangan milik Reno berkedip berkali-kali dan menampilkan sebuah koordinat lokasi.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] La Cosa Nostra
Aksi"Kita berada dalam satu alur kehidupan dengan perbedaan jalan. Hitam dan putih yang berusaha saling mendominasi." -Reno Prananta Hermawan "Hanya ada benci yang mendarah daging dan tak akan sudut untuk berpaling." -Alea Moriz "Permainan ilusi sederh...