10. Effetto

1.8K 166 24
                                    

Hallo sahabat pembaca, maaf lama baru muncul lagi nih
Ada yang kangen Reno? :v

Hari ini mau update 1 part dulu ya, insyaallah nanti diusahakan update terus
Bab ini mengandung kosakata yang sedikit kasar dan vulgar
Bagi kalian pembaca di bawah umur aku sarankan untuk langsung skip aja
Be smart readers ya, guys! Ambil yang baik dari cerita ini dan buang yang buruk. Oke? 😇

Thanks, buat kalian yang sabar menanti....

******

Kabar burung begitu cepat menyebar. Insiden baku tembak di salah satu rumah pejabat yang terjadi mengumbar berita simpang siur yang mencemaskan. Para jurnalis berlomba-lomba menulis berita yang hiperbolis dan menarik. Hampir setiap hari, beritanya muncul di surat kabar dan televisi nasional. Hal ini tentu saja mengusik para petinggi dan membuat BigBoss yang tengah berada di ruang pribadinya terkena getah. Ia duduk bertipang dagu menatap layar dengan sorot mata tajam penuh amarah, "Panggil semua tim gama!" perintahnya pada agen pengawas melalui interkom.

Tim gama sedang berada di ruang rawat Sarah. Mereka saling diam dan menatap sedih melihat kondisi Sarah yang masih belum sadar. Suara ketukan pintu memecah keheningan ruangan dan mengalihkan perhatian mereka,"Masuk!" ujar Reno.

Seorang agen pengawas yang mereka kenal menatap datar, "Kalian diperintahkan untuk ke ruangan BigBoss! Sekarang!" ujarnya. Julian memicingkan mata tak suka, "Kenapa repot-repot memanggil kami langsung? Bukankah BigBoss bisa memanggil kami via-"

Belum sempat Julian menyelesaikan kalimatnya agen pengawas memotongnya, "Segera pergi! Atau amarah BigBoss akan tidak terkendali!" peringatnya.

"Baiklah, kau bisa pergi!" Agen tersebut berlalu. Reno bangkit dari duduknya kemudian memberi kode pada Julian dan Chris agar mengikutinya. Dengan langkah gontai Julian mengekori Reno dan Chris yang telah berjalan lebih dahulu. Saat tiba di depan pintu masuk, Reno melihat sosok yang membuatnya terdiam beberapa saat. Julian yang menyadari situasi menghela napas menepuk pundak Reno dari belakang lalu mendahuluinya. Rupanya, BigBoss tidak hanya memanggil mereka bertiga, Azura berdiri di sana dari arah berlawanan dengan senyum yang membuat Chris memutar bola mata jengah.

Reno melirik Azura sekilas kemudian menempelkan jarinya di scanner yang menempel di tembok. Mereka masuk ke ruangan BigBoss lalu duduk sofa panjang yang terletak di sudut ruangan.

Keheningan menyelimuti ruangan. Tidak ada yang berani angkat bicara sampai BigBoss akhirnya bangkit dari kursi kebesarannya sambil mengangkat setumpuk koran harian dan gulungan kaset rekaman media massa. "Inikah yang dilakukan mata-mata negara?" BigBoss melempar benda yang dibawanya ke atas meja di hadapan tim gama.

"Lihat! Akibat ulah kalian, kekacauan seperti apa yang terjadi, hah?" Urat-uratnya mulai menegang pertanda ia benar-benar marah. "Kekacauan yang kalian buat membuat kestabilan sosial terganggu, mulai dari berita radikalisme, teror dari mancanegara bahkan," BigBoss menghela napas berat, "Konspirasi politik."

"Kalau seperti ini, banyak masyarakat yang sibuk menduga-duga dan para musuh akan memanfaatkannya dengan cara yang tidak terduga. Bisa saja mereka mengadu domba para politisi atau bahkan antar rakyat sendiri." BigBoss memijat pelipisnya frustasi.

Bagaimana tak menjadi headline disetiap media, jika yang terjadi berhubungan dengan para petinggi. Dampaknya tentu membuat para warga akan resah dan meluapkan segala macam bentuk emosinya di sosial media yang tak jarang menuai perdebatan antara sesama. Bahkan, mereka melontarkan praduga-praduga yang malah memperkeruh suasana. Oh, ya, jangan lupakan bahwa masyarakatnya berlagak layaknya seorang ahli. Jika memiliki perbedaan, maka akan menjadikan 'kebebasan berpendapat' sebagai tameng untuk argumentasi yang tak bertanggungjawab.

[2] La Cosa NostraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang