Julian, Sarah dan Chris akhirnya memutuskan untuk turun menyusul Reno. Ketika sampai di lantai dasar, mereka mengedarkan pandangan ke sekitar. Di sudut ruangan, mereka melihat Reno yang sedang berbincang dengan seorang wanita. Julian menatap ke arah Chris dan Sarah seolah berkomunikasi melalui telepati.
"Lets begin!" ucap Julian sambil mengeluarkan senyum evil-nya.
Sementara itu, wanita yang berada di hadapan Reno mendengus tak suka.
"Pardon, please?" Sebelum Reno menjawab Julian diikuti Chris dann Sarah telah lebih dulu mendekat dan merecoki mereka.
"Woy, Ren! Pantesan lo ngacir duluan, nggak tahunya mau ketemu sama doi." Julian menoel dagu Reno yang membuat Reno bergidik risih.
"Kenalin dong Ren sama kita," sahut Sarah.
Reno membeo mendengar ucapan-ucapan absurd teman-temannya.
"Ren, pacar lo namanya siapa?" Chris mengerlingkan sebelah matanya pada Reno.
"Pacar?" ulang Reno.
Alarm bahaya. Tim gama akan memulai aksi gilanya. Sementara si wanita kebingungan melihat keempat orang yang berada di depannya. Reno berbisik pada Julian.
"Lo punya ide gila apa lagi, Julian?" desis Reno tak suka. Sementara Julian hanya terkekeh.
Tak memedulikan desisan Reno, Sarah telah lebih dulu mengulurkan tangannya. "Hai, kenalin gue Sarah. Temennya Reno," ujarnya.
"Alea Dalta." Alea sempat menatap Sarah ragu kemudian tersenyum tipis dan menerima uluran tangan Sarah.
"Christian, panggil Chris aja." Giliran Chris memperkenalkan diri.
"Oke, Chris aja." Alea tersenyum kaku.
Chris mendengus, "Maksud gue, Chris. Nggak pakai aja."
Alea dan Sarah tertawa. Reno tertegun. Rupanya ia telah kalah satu langkah dari teman-temannya. Ini akan menjadi waktu yang panjang meskipun jarum jam berdetak normal.
"Julian, yang paling ganteng dan paling kece. Pemilik tempat ini," Julian memperkenalkan diri dengan sombong yang dibuat-buat. Alea hanya mengangguk.
"Ayo, duduk dulu!" Julian mengajak mereka untuk duduk mengitari meja.
"Lea, udah lama kenal sama Reno?" seloroh Sarah yang membuat Reno mendelik tajam
"Reno," Alea mengernyitkan dahinya. Semua mata tertuju pada Alea, seolah menantikan jawaban dari kuis berhadiah.
"Gue sama dia-" ucapan Reno terpotong oleh Alea.
"Baru aja kenal kok," Alea tersenyum simpul. Reno membulatkan mata tak percaya, bahkan wanita bernama Alea itu kini mengikuti skenario yang dibuat oleh teman-temannya.
Obrolan dan candaan meja sudut kafe seolah tak pernah habis. Sosok Alea yang mudah berbaur membuat mereka seperti reuni kawan lama. Bahkan, tak terasa malam sudah sangat larut, hingga akhirnya satu per satu dari mereka undur diri. Alea keluar dari kafe diikuti oleh Reno.
"Hei!"
Entah kenapa Alea membalikkan badannya padahal panggilan itu tidak jelas ditujukan untuk siapa. "Lo manggil gue?" tanya Alea.
Reno mengangguk, "Mau pulang?"
"Ck, pertanyaan yang bodoh. Jelas-jelas tadi gue bilang mau pulang." Gumamnya nyaris tak terdengar. Kemudian Alea mengangguk.
"Gue anter aja gimana? Udah malem gini, nggak akan ada taksi yang lewat." Reno menyilangkan kedua tangannya di dada.
"Gue dijemput sopir," jelas Alea. Reno hanya ber-oh ria.

KAMU SEDANG MEMBACA
[2] La Cosa Nostra
Acción"Kita berada dalam satu alur kehidupan dengan perbedaan jalan. Hitam dan putih yang berusaha saling mendominasi." -Reno Prananta Hermawan "Hanya ada benci yang mendarah daging dan tak akan sudut untuk berpaling." -Alea Moriz "Permainan ilusi sederh...