Setelah mengantarkan Aninda, laki-laki itu pun langsung pulang ke rumahnya. Hal itu karena dirinya harus bersiap-siap sebelum pergi ke rumah Viola. Berhubung kondisi jalan yang tidak terlalu macet membuat Naufal hanya membutuhkan waktu sekitar tiga puluh menit untuk dapat sampai di rumahnya yang terletak di komplek Batununggal Indah.
Begitu sampai di rumah, Naufal langsung masuk ke dalam kamarnya dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket itu. Selesai membersihkan tubuhnya, Naufal memilih baju yang sekiranya cocok digunakan untuk makan malam dengam Viola. Pilihannya terjatuh pada kemeja polos navy yang dilipat sampai siku, lalu dipadukan dengan celana jeans hitam dan sepatu vans berwarna navy.
Sebelum Naufal berangkat ke rumah Viola, ia mengambil ponselnya bermaksud untuk mengirimkan sebuah pesan pada gadis itu. Namun, Viola justru sudah lebih dulu mengirimkannya sebuah pesan. Begitu Naufal membuka pesan dari Viola, ternyata itu balasan dari pesan yang dikirim oleh Naufal tadi siang. Naufal memang belum membuka ponselnya lagi setelah mengirimkan pesan pada Viola, jadi ia tak tahu jika Viola sudah membalas pesan tersebut.
Yang membuat Naufal bingung saat membaca balasan dari Viola yang terkesan ingin putus dengan dirinya. Sebenarnya, ia tak keberatan jika Viola memang ingin mengajaknya putus karena laki-laki itu telah menemukan pengganti Viola.
Viola Alzira : Gak apa-apa, Fal. Nanti malem, kamu gak usah ke rumah aku. Aku udah gak butuh penjelasan kamu, makasih buat semuanya. Terutama untuk patah hati yang udah kamu buat.
Laki-laki itu langsung mencari kontak Viola bermaksud untuk menghubungi gadis itu. Naufal berpikiran untuk membahas masalah ini melalui telepon agar semuanya dapat lebih jelas. Ketika sambungan telah terhubung, suara Viola mulai terdengar dari seberang sana.
"Hallo. Ada apa, Fal?"
"Maksud kamu bilang gitu di chat apa?" tanya Naufal to the point.
Sebelum mulai berbicara, Viola menghela napasnya lebih dulu. "Aku mau putus sama kamu."
"Kenapa?"
"Kamu masih nanya kenapa, Fal?" Suara Viola mulai meninggi.
"Karena aku gak tau salah aku di mana, Viola."
"Tadi siang, aku nunggu kamu hampir 1 jam dan kamu tiba-tiba ngabarin kalau kamu lupa jemput karena ketiduran. Dengan gampangnya kamu bilang, kamu bakalan ke rumah aku malem sekaligus ngajak dinner. Masalah tadi pagi yang kamu berangkat bareng cewe lain aja belum beres, siangnya kamu udah buat ulah lagi. Asal kamu tau kalau perasaan gak sebercanda itu," jelas Viola dari seberang sana.
Naufal sedikit merasa bersalah telah melukai gadis yang benar-benar sayang padanya terutama saat mendengar penjelasan yang dilontarkan oleh Viola barusan. Namun, ia tak mau ambil pusing dan berusaha untuk menghilangkan sedikit perasaan bersalahnya itu. "Maaf, Vio. Ini semua emang salah aku. Laki-laki kaya aku gak pantes buat cewe sebaik kamu. Jadi, kamu beneran mau putus dari aku?"
"Ya, aku mau putus sama kamu."
"Yaudah, kalau itu emang mau kamu," jawab Naufal.
Kini suara Viola mulai parau karena sudah tak kuat untuk menahan tangisnya. "Makasih buat semuanya, Naufal Baskara. Loving you was my favorite mistake."
Naufal menghembuskan napasnya kasar begitu mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh Viola. "Sekali lagi, aku minta maaf, Vio. Aku gak pernah bermaksud buat nyakitin kamu."
Setelah Naufal menyelesaikan kalimat terakhirnya, ia memilih untuk memutuskan sambungan teleponnya terlebih dulu. Hal itu karena ia tak mau mendengar ucapan Viola lagi, ia tak mau pertahanan untuk tidak merasa bersalahnya runtuh seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part
Teen FictionYou're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #20 in TeenFiction (31/12/16)