Part 17 : Voice Call

25.9K 1.9K 122
                                    

Setelah selesai makan malam, gadis itu kembali ke kamarnya. Lalu, ia menyiapkan jadwal pelajaran dan segala sesuatunya yang harus dibawa ke sekolah untuk hari esok. Baru saja ia merebahkan tubuhnya di kasur, ponsel Adella berbunyi dan seingatnya bunyi itu merupakan nada dering yang dipasang khusus untuk notifikasi yang muncul dari Line.

Maka, Adella pun buru-buru mengambil ponsel miliknya itu dan segera melihat maksud dari notifikasi tersebut. Ia berharap jika notifikasi itu berasal dari Vino. Ternyata dugaannya kali ini benar, notifikasi tadi memang dari Vino. Karena sudah tak sabar, gadis itu langsung saja membalas pesan tersebut. Tak peduli lagi dengan Vino yang baru saja mengirim pesannya sejak satu menit yang lalu.

Arvino Gardana : Malem, cantik:)

Adella Callista : Malem juga, Kak Arvin:)

Arvino Gardana : Udah makan, belum?

Adella Callista : Baru aja selesai, kalo kakak?

Arvino Gardana : Udah juga kok. Vino pengen denger suara kamu, boleh?

Adella Callista : Maksudnya voice message?

Arvino Gardana : Bukan, Vino mau telepon kamu lewat free call, ya?

Adella Callista : Oh iya, Kak.

Tak lama, ponsel berwarna rose gold milik gadis itu berdering dan menampilkan nama Arvino Gardana di layarnya. Lalu, Adella pun menekan tombol hijau dan mulai terdengar suara berat milik Vino dari seberang sana.

"Hallo, cantik."

"Dibilangin aku itu gak cantik, Kak."

Vino terkekeh pelan. "Itu kan menurut kamu, menurut Vino beda. Kamu itu cantik."

"Iya deh terserah yang udah tua aja," sahut Adella.

"Tau deh yang masih muda," sindir Vino.

"Bercanda kali, Kak," ucap gadis itu disertai tawanya.

"Iya, Vino bukan orang yang gampang marah kok apalagi sama kamu," jawabnya.

Adella mengernyitkan dahinya. "Kenapa gitu?"

"Karena kamu beda dari yang lain."

"Beda gimana? Sama-sama makan nasi kok."

"Kamu itu spesial...kaya martabak." Vino tertawa pelan, lalu melanjutkan ucapannya. "Tapi, serius, Del. Kamu itu spesial buat Vino."

"Kak Arvin pake ngomongin martabak segala sih jadi pengen," kata Adella sambil mengerucutkan bibirnya. "Gak percaya ah."

"Emang kamu sukanya martabak apa?" tanya Vino. "Liat aja, Vino bakal buktiin kok."

"Martabak green tea cheese. Lain kali kakak harus coba deh, itu enak banget! Tapi, aku ngomong gini bukan kode loh, Kak. Aku cuma recommended rasa martabak yang enak aja," jawab Adella. "Okay, bos."

Terdengar Vino yang sedang tertawa dari seberang sana sebelum membalas ucapan Adella. "Iya, Vino gak mikir gitu kok. Kamu biasa tidur jam berapa?"

"Biasanya sih jam 9 atau 10. Emang kenapa, Kak?"

"Gak apa-apa kok, Vino nanya doang. Udah dulu ya. Bye, cantik."

"Oh iya-iya. Bye juga, Kak Arvin." Setelah Adella menyelesaikan kalimatnya itu, sambungan telepon diputuskan lebih dulu oleh Vino. Jujur gadis itu sedikit kecewa karena merasa belum puas berbincang dengan Vino.

Best PartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang