"Gak usah sok tau!" Adella berusaha untuk meyangkal apa yang baru saja diucapkan oleh Naufal barusan. Walau kenyataannya memang benar seperti itu.
"Yaudah, gak apa-apa kalo gak mau jujur." Naufal tertawa kecil.
"Terserah ah," gerutu gadis itu dengan kesal.
Alih-alih kembali membalas ucapan gadis itu, Naufal justru membuka retsleting tasnya dan mengambil sebuah kotak makan dari dalam sana. Lalu, ia memberikan kotak makan tersebut pada gadis yang sedang menatapnya kesal itu. "Tadi pagi gue sempetin bikin roti isi buat lo."
"Kenapa?" Intonasi suara gadis itu sudah tidak seketus tadi. Namun, ia masih membiarkan kotak makan tersebut berada di tangan Naufal.
"Lo kan baru sembuh, jadi makanannya jangan yang aneh-aneh dulu. Terus gue kepikiran buat bikinin lo roti isi gitu," ucap Naufal dengan tangan kanannya yang masih memegang kotak makan berisi roti isi itu.
"Aneh-aneh itu kaya gimana?" Adella tertawa cekikikan.
"Yang pedes-pedes atau yang gitu lah pokoknya," sahut Naufal.
"Jangan lupa di makan, ya? Gue tau sih rasanya emang belum tentu enak, tapi ini kan demi kesehatan lo juga."
Amarah yang semula sedang melanda emosi gadis itu tiba-tiba saja melunak setelah melihat perlakuan Naufal. Pikirannya jadi membayangkan bagaimana Naufal yang kesusahan membuat roti isi di pagi hari hanya untuk menjaga kesehatan dirinya. Hal itu membuat rasa kagum pada Naufal semakin bertambah menjadi lebih besar lagi. Setelah ia tersadar dari sebuah lamunan mengenai Naufal, tangan kanannya bergerak untuk mengambil kotak makan tersebut.
Bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman. "Makasih, Naufal."
Naufal pun mengulum senyumnya seraya berkata, "Samasama, Cal."
"Ya ampun, Fal. Lo kok romantis banget, sih? Anak FNE masih ada yang kaya lo gitu, gak? Kalo ada buat gue dong, Fal," celetuk Luna.
"Banyak Lun, nanti gue kasih," ucap laki-laki itu diiringi dengan tawanya. "Gue kasih tau aja, kalo cari pacar itu mending bad boy sekalian."
"Kenapa?" Giliran Vira yang angkat bicara.
"Karena seburuk-buruknya bad boy, dia lebih tau gimana cara bahagiain perempuan," jawab Naufal.
"Iya sih, tumben omongan cowo kaya lo bener," cibir Vira disertai dengan tawanya.
Baru saja akan membalas ucapan gadis yang duduk di sebelah Adella itu, suara Dean sudah lebih dulu menginterupsi pendengarannya. Hal itu membuat Naufal menoleh ke arah Dean yang sudah berada di sebelah Evita.
"Lo dari tadi di sini, Fal?"
Naufal menganggukkan kepalanya. "Ada apaan lo nyari gue?"
"Nanti gue kasih tau," jawab Dean. Lalu, ia menoleh ke arah gadis yang telah berstatus sebagai kekasihnya selama 3 bulan yang lalu itu dan memberikan sebuah kotak makan yang telah dibawanya dari rumah. "Nih aku bikinin roti isi keju khusus buat kamu."
Evita menerima kotak makan yang telah dibawakan oleh kekasihnya itu. "Tumben so sweet."
"Kan kemarin kamu lagi pengen roti isi keju, yaudah jadi aku kepikiran bikinin kamu itu."
Evita mencubit pipi laki-laki bernama Dean itu. "Suka deh sama cowo yang peka. Makasih, Dean."
"Iya dong." Dean tersenyum tulus, lalu mengangguk singkat. "Samasama Vita."
"Lo mah ngikutin gue aja," ucap Naufal pada laki-laki yang berada di samping Evita itu.
"Lah? Ngikutin apaan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part
Teen FictionYou're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #20 in TeenFiction (31/12/16)