Sudah seminggu pasca kejadian itu, sudah seminggu pula Naufal dan Adella tidak saling berinteraksi. Keduanya hanya berani untuk saling menatap satu sama lain dari kejauhan. Butuh waktu berhari-hari bagi Naufal untuk bisa meyakinkan keputusannya. Sebuah keputusan yang akan sangat mempengaruhi hubungan di antara Naufal dengan Adella. Terlalu banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh Naufal sebelum akhirnya ia mampu mengambil keputusan ini.
Sudah hampir setengah jam laki-laki itu duduk di atas tempat tidurnya dengan perasaan yang gelisah. Tak biasanya Naufal tak yakin dalam mengambil sebuah keputusan. Terlebih keputusan itu sendiri sudah dipikirkannya matang-matang. Entah apa yang membuat dirinya merasa seperti itu. Lantas Naufal pun menghirup napasnya dalam-dalam dan dihembuskan secara perlahan lewat mulut. Setelah itu, baru lah ia beranjak dari tempat duduknya.
"Bismillah," gumam laki-laki itu.
Sebelum meninggalkan kamarnya, Naufal tak lupa membawa tiga benda yang selalu dibawanya kemana-mana; dompet, ponsel, dan kunci mobil. Lalu, Naufal menatap dirinya di cermin sekali lagi. Setelah yakin bahwa dirinya sudah cukup kece, Naufal melangkah keluar dari kamarnya.
**
Naufal menghentikan mobilnya di depan rumah minimalis berwarna abu-abu. Rumah yang sudah lama tak pernah dikunjunginya terutama setelah kejadian itu. Ia turun dari dalam mobilnya dan berjalan ke arah pintu utama rumah ini. Beberapa detik kemudian, langkahnya sudah semakin dekat dengan daun pintu. Di saat dirinya telah sampai tepat di depan pintu berbahan dasar kayu itu, tangan kanannya menekan bel sebanyak dua kali. Tak lama dari itu, pintu terbuka secara perlahan hingga berhasil memunculkan seorang gadis yang telah membukakan pintu untuknya.
Gadis itu sedikit tersentak saat menyadari siapa tamunya kali ini, sesosok laki-laki yang sudah hampir seminggu tidak berinteraksi dengannya. Namun, tak bisa dipungkiri lagi bahwa ada perasaan senang sekaligus rindu dalam diri masing-masing. Begitu pandangan Naufal bertemu dengan kedua bola mata milik Adella, keduanya saling menatap satu sama lain dan berlangsung hingga beberapa menit. Hal itu mampu meleburkan sekaligus mengobati kerinduan yang tengah dirasakan keduanya.
Ketika Adella menyadari bahwa dirinya sudah terlalu lama bersitatap dengan Naufal, ia pun segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. Beberapa detik setelahnya, Naufal pun melakukan hal yang sama. Seketika suasana di antara keduanya menjadi awkward. Namun, itu semua tidak berlangsung lama saat Naufal mengeluarkan suaranya, memecah keheningan yang terjadi.
"Jadi, gue gak akan disuruh masuk, nih?"
Adella menepuk keningnya pelan. "Oh iya, hampir aja lupa," ucapnya sembari menggeser sedikit tubuhnya, memberi jalan bagi Naufal untuk masuk ke dalam rumahnya. "Masuk, Fal."
Naufal tertawa cekikikan sebelum akhirnya melangkah ke dalam rumah. Berhubung dari pintu utama langsung membawanya ke ruang tamu, pun Naufal langsung menduduki salah satu sofa yang berada di sana sembari menunggu sang tuan rumah yang sedang menutup pintu. Setelah pintu kembali ditutup rapat, Adella menghampiri Naufal dan mengambil tempat duduk di seberang laki-laki itu.
"Hai, Naufal. Apa kabar?" Hal itu lah yang pertama kali diucapkan oleh Adella saat membuka pembicaraan dengan Naufal.
Seketika tawa Naufal pecah saat mendengar basa-basi yang dilontarkan oleh gadis itu, pasalnya Adella bertingkah sangat kaku layaknya mereka memang belum pernah mengenal satu sama lain.
Adella yang keheranan hanya bisa mengerutkan dahinya. "Kenapa ketawa? Emang pertanyaan gue lucu?"
"Lucu lah, lucu banget malah," sahut Naufal dengan sisa-sisa tawanya barusan. "Lo kaku banget pake nanya apa kabar segala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part
Novela JuvenilYou're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #20 in TeenFiction (31/12/16)