Setelah menyaksikan kejadian tadi pagi--di mana Adella berangkat ke sekolah bersama Vino, Naufal menjadi tidak fokus dengan keadaan sekitar karena terlalu sibuk memikirkan bagaimana cara menghilangkan rasa sakit yang telah dibuat oleh gadis itu.
Ryan menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan teman sebangkunya itu. Ia mengetahui itu semua dari tingkah laku Naufal yang banyak melamun semenjak masuk ke dalam kelas. Oleh karena itu, ia berniat untuk menanyakan apa yang sedang mengganggu pikiran Naufal. Dengan sangat terpaksa, ia pun harus menunda untuk bermain permainan favoritnya yakni, clash of clans.
Ryan menepuk pundak teman sebangkunya itu. "Fal."
Naufal menoleh ke arah Ryan dengan kesal. "Kenapa sih, Yan?"
"Lo yang kenapa? Ada masalah? Cerita kali sama gue."
"Callista," jawabnya dengan singkat.
Ryan sedikit bosan tiap kali Naufal menyebut nama Adella. Sebelumnya, ia tak pernah melihat Naufal yang seperti ini--galau hanya karena seorang perempuan. Yang ada justru terbalik, perempuan di luar sana lah yang galau karena sahabatnya itu.
Ryan menautkan alisnya. "Kenapa lagi dia?"
"Tadi pagi, gue liat dia berangkat bareng Vino."
"APA?!" teriak Ryan membuat seluruh siswa sontak melihat ke arahnya. Untung saja, guru yang seharusnya mengajar sedang tidak hadir karena ada keperluan. Jadilah, siswa di kelas 11 IPS 1 hanya disuruh untuk mengerjakan tugas dari buku paket.
Naufal mendorong bahu Ryan dengan kencang. Tak peduli dengan sahabatnya itu yang hampir saja jatuh dari kursinya dan terhuyung ke belakang. "Anjing! Gak usah teriak-teriak juga."
"Abis gue kaget, Fal," jawab Ryan. "Gue gak nyangka aja dia bisa deket sama cowo kaya Vino. Kalo gue jadi Adel juga, ya gak mungkin lah gue nolak seorang Arvino Gardana."
Setelah mendengar ucapan Ryan yang sedikit menyindirnya, Naufal langsung saja memberikan tatapan tajamnya pada Ryan. "Maksud lo gue sama Vino lebih kerenan dia gitu?"
"Nggak sih, Fal. Lo tetep yang paling keren buat gue, lo kan sahabat gue dari lahir. Ke ce ke to the ce." Ryan justru berujung menyanyikan lagu program televisi yang sedang terkenal itu.
"Lo mah gak bisa diajak serius, anjing ih," gerutu Naufal kesal pada tingkah laku sahabatnya.
"Okay, sekarang kita serius. Menurut gue, lo tinggal panasin balik Adel aja," ucap Ryan. "Lo lakuin deh hal-hal romantis gitu buat Aninda di depan Adel."
Bukannya mengangguk setuju mengenai saran yang baru saja dilontarkan oleh Ryan, Naufal justru menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Lo bego banget sih, Yan."
"Bego gimana sih, Fal? Saran yang gue kasih dijamin ampuh buat bikin Adel cemburu."
"Apa gue harus jelasin lagi? Dia kan gak suka sama gue, setan! Dia cuma nganggap gue temen." Naufal menekankan kata teman di akhir kalimatnya.
Ryan hanya tertawa begitu mendengar ucapan Naufal. "Oh iya, gue lupa," ujarnya. Tiba-tiba, terlintas sebuah ide di otaknya. "Gue tau, Fal. Sekarang, lo sakit hati, kan? Kenapa gak lo cari pelampiasan aja biar sakit hati lo ilang? Gue yakin lo paham sama pelampiasan yang gue maksud."
Naufal mengangguk seakan setuju dengan saran yang diberikan sahabatnya itu. "Ide bagus, Yan. Belum lagi, gue kan ada stok cewe baru yang dari Yoga sama Zaldi kemarin."
"Iya lah, Ryan Yudhapratama gitu," sahut Ryan sambil membanggakan dirinya sendiri.
Naufal menepuk pundak Ryan pelan. "Thanks ya Yan, buat sarannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part
Teen FictionYou're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #20 in TeenFiction (31/12/16)