Begitu Naufal telah sampai di sekolah, ia menyimpan mobilnya secara asal dan memberikan kunci kendaraan beroda empat tersebut pada Pak Budi---satpam yang sedang berjaga di depan gerbang. Hal itu dilakukannya agar Pak Budi dapat memindahkan mobil milik Naufal yang tadi disimpan secara asal menjadi ke tempat parkir. Bukan ia bermaksud manja karena telah menyuruh Pak Budi dengan sesuka hati, melainkan laki-laki itu sudah tidak sabar untuk memberikan sedikit pelajaran pada Vino yang telah berani-beraninya menyakiti hati Adella.
Laki-laki dengan pakaian seragamnya yang sudah berantakan---kemeja yang sengaja dikeluarkan dengan membuka dua kancing teratas sehingga kaos putih polosnya terlihat jelas itu sedang berjalan menuju kelas 12 IPA 1 yang letaknya tidak jauh dari ruang piket karena sama-sama berada di lantai 1. Setelah laki-laki itu berada di depan kelas tersebut, pandangannya menyapu seluruh sudut ruangan untuk mencari sosok yang telah menyakiti Adella.
Keberuntungan sedang berpihak pada Naufal karena laki-laki yang menjadi incarannya tengah berada di kelas bersama Ghani dan Bagas. Selain itu, guru yang harusnya mengajar di kelas 12 IPA 1 pun sedang berhalangan membuat Naufal lebih leluasa---karena tak perlu beradu mulut dulu dengan sang guru pengajar untuk bisa masuk ke dalam kelas tersebut.
Seluruh siswa yang berada di kelas tersebut menatap ke arah laki-laki itu, namun Naufal tidak memperdulikannya karena ia sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Naufal langsung saja menghampiri ke arah Vino yang sedang duduk di bangku paling belakang dari barisan kedua.
Begitu Naufal telah berada tepat di depan Vino, ia menarik kerah baju kekasih Adella itu dan melayangkan sebuah pukulan keras di wajahnya. Vino yang mendapat perlakuan seperti itu hanya bisa meringis kesakitan akibat serangan mendadak yang dilakukan oleh Naufal.
"Gue gak suka lo mainin Callista kaya gitu, anjing!" Naufal sudah lebih dulu memberikan alasan mengapa dirinya memukul Vino sebelum Vino sempat bertanya.
Tak perlu bertanya pun, Vino sudah mengetahui dengan pasti mengenai siapa gadis yang dipanggil Callista oleh lawan bicaranya. Ia hanya bisa tersenyum kecut karena pada akhirnya Naufal mengetahui hal ini---yang dirinya pun tak mengerti dari mana laki-laki ini bisa tahu. Namun, Vino juga tidak mau menyalahkan siapa pun karena ini memang salahnya dan ia merasa harus untuk menanggung segala resiko dengan apa yang telah diperbuatnya.
"Sorry, Fal. Gue tau gue emang anjing," jawab Vino tanpa membalas pukulan Vino. Hal itu karena ia merasa dirinya salah dan pantas mendapatkan pukulan Naufal.
"Kalo lo nyakitin cewe lain, gue gak masalah Vin karena gue juga playboy. Tapi kenapa harus Callista? Kenapa harus satu-satunya cewe yang berhasil bikin gue jatuh cinta yang lo sakitin, anjing?"
Setelah Naufal menyelesaikan kalimatnya, ia memukul Vino lagi dan lagi. Teman-teman Vino yang berada di situ berusaha melerai atau lebih tepatnya menghentikan Naufal. Karena sedari tadi, Vino tidak membalas pukulan Naufal sama sekali.
"Fal udah, Fal. Lo gak liat muka Vino udah babak belur gitu!" seru Ghani sambil berusaha menarik tubuh Naufal agar tidak terus memukul sahabatnya. Tapi, usaha Ghani tidak berhasil karena Naufal justru mendorongnya lebih keras lagi hingga laki-laki yang berusaha melerai itu tersungkur ke lantai.
"Minggir lo semua, anjing!" teriak Naufal setelah mendorong siapa pun yang berusaha untuk melerainya, termasuk Ghani.
Tak lama dari itu, teman-teman Naufal---seperti Ryan, Dean, Revy, Farel, dan Rio berlari ke arahnya dan berusaha untuk menghentikan laki-laki yang tengah menghajar Vino. Namun, Naufal tetap tidak bisa dihentikan oleh siapa pun. Hingga suara teriakan Adella terdengar di telinga laki-laki itu membuat dirinya perlu mengulur waktu untuk melayangkan kembali sebuah pukulan pada Vino.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Part
Fiksi RemajaYou're the one that I desire. Copyright©2016 #2 in relationship (13/09/16) #6 in relationship (19/06/18) #20 in TeenFiction (31/12/16)