Surprise?

92 2 0
                                    

"Dylan! gue ikut kelompok lo ya? yang lain juga udah pada enam, lo tau kan kelas kita isinya 25 anak, dan pasti bakalan sisa 1", jelas si kesya

"oh yaudah", kata dylan. what?! segampang itu?! Dylannnn!

Aku melirik dan ai kesya lagi ber "Yes" ria, ah damn. sekelompok sama kesya?

Plis, apa jadinya?!

"ka, gimana kelompok kita?", tanyaku pasrah

"tau dah kai, males sih sebenernya nerima si kesya. apa jadinya kalo kita camping dan you know dia bakal ngerepotin banget!", celoteh anka.

"T E L A T. Tadi lo ga tolak sih", kataku malas

"tau lah, males mikirinnya", dan anka ikut ikutan ngambek. apaan ini anak lah. oke, sekarang malah aku sama anka jadi ngambek ngambekan ga jelas gini. krik banget sih.

"ka, kita kok jadi gaje gini....?", tanyaku lirih

"gue juga... gatau kai?", jawabnya. kan, kita kayaknya emang

"dodol lu ka", aku menoyor kepalanya

"sial lo, kai. kek lo ngga aja", kata anka  balik menoyor kepalaku. dan kita ketawa kayak orang sarap.

guru bio keluar, guru geo gamasuk. kelas berisik, pelajaran bebas. ambil ipod, ambil headset, denger lagu, keluarin novel hunger games. sip, surga dunia banget. sekedar info, baca novel, denger lagu itu hobi banget, ya emang sederhana tapi emang berasa tenang. anka disebelahku malah tidur, bisa dibilang itu hobi dia wkwk.

"baca novel mulu. jadi kutu buku ntar", celetuk seseorang disebelahku. aku menoleh dan itu dylan, wajah kami hanya tinggal beberapa cm karena dylan berbisik di telingaku. damn it. aku malah stuck setperti ini bersamanya dan di kelas.

kami hanya saling menatap satu sama lain.

"sayang di kelas, coba dimana gitu", bisiknya lagi spdan bibirnya sambil menyeringai kecil.

aku segera sadar.

"apaan kali", kataku lalu mendorong tubuhnya. dia tertawa puas, damn it.

"lagian kamu baca buku mulu", dylan menarik buku dari pandanganku. ya dylan bisa dibilang emang agak nakal, dia emang ga rajin. padahal dulu keliatan alim banget, taunya engga. tapi ya gimana udah nyaman sama dia, susah lah *halah. tapi satu, dia tetep baik walau kadang suka flirting dan buat aku naik darah.

"terus kalo ngga baca buku, aku harus apa?", tanyaku melihatnya.

"hmm ikut aku yuk", dan dia sudah menggaet tanganku ke depan pintu sampai suara itu menghentikan kami,

"woi, mau kemana lu berdua?", si ketua kelas, Arsya. ya si arsya gini gini ternyata ketua kelas wkwk. dan karena teriakan dia di ruang kelas kami yang kedap suara, semua maya tertuju pada kami.

"kepo aja lu", jawab dylan

"gaada keluar keluar, emang gue gatau lo pada mau pacaran? ntar lagi pulang keles. ntar aja", oceh arsya. ini anak ngomong kayak cewe sih, pake kelas keles segala. geli hiii.

"bodo amat", kata dylan dan dia langsung menarikku keluar kelas. dasar dylan, kalo ga nekat bukan dia namanya.

"dy, kita mau kemana?", tanyaku masih dalam seretan dia, ya seretan memang kata yang tepat. dia terus menarikku seenaknya

"ke ruang musik", katanya

"mau ngapain, heh?"

"mau main futsal, sayang. ya main musik lah. kamu kadang kadang agak lemot gituya"

"apa?!",

"ha? engga kok, kamu pinter, cantik heheh", pujinya yang aku tau dia ngeles. aku memutar bola mataku dan tetap mengikutinya.

The Unpredict FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang