-Kaila's POV-
"I love you, Bianka", kata Andrew dengan penuh perasaan kepada Bianka
"I love you too, Andrew", balas Anka.
Aku ga nyangka dengan keadaan Andrew yang seperti itu sekarang. dan sejauh pembicaraan yang kami-aku, dylan, arsya, fandy dan jai- dengar Andrew sakit dan karena itu dia ninggalin Anka. Hal yang mengejutkan untuk kami semua. Tapi karena akhirnya kayak gini dan aku rasa mereka akan balik lagi, ya baguslah setidaknya alasan Andrew ninggalin Anka bukan karena dapet cewe baru. Tapi kasian juga liat Andrew yang kayak gini.
Aku melihat sekitar dan satu hal, Jai sama Fandy dah gaada. mereka kemana? apa mungkin mereka cemburu?
"Dylan kamu lihat Jai sama fandy?", tanyaku pada Dylan yang masih mengamati Anka dan Andrew dari balik semak-semak ini. Dylan menatap sekitar.
"Engga, bukannya tadi mereka disebelah Arsya?", tanyanya balik. Aku mengangkat kedua bahuku.
"Aku cari jai ya dy, takut aja dia patah hati terus malah pingin bunuh diri gara gara liat kejadian ini. mending kamu cari si fandy noh", kataku pada Dylan.
"kamu nih mana mungkin dia bunuh diri. dia masih waras kali kai. Dasar kamu", dan Dylan mengacak rambutku yang membuatku menggembungkan kedua pipiku.
"Dy aku mau cari Jai duluuu, gapapa ya?", pintaku
"iya sana, pastiin dia baik baik aja dan semoga ga bunuh diri deh haha", kata Dylan
"ish! ya jangan disumpahinbunuh diri lah dyyyy", aku memukul pelan lengan dylan dan dia tertawa
"Oi jangan pacaran mulu kali", celetuk arsya
"sirik aja lo. udah ah, mending lo cari temen lo tuh fandy. hati-hati dia bunuh diri gara-gara anka balikan sama andrew!", kataku pada arsya lalu bergegas pergi mencari jai.
Tempat pertama yang aku kunjungi adalah lapangan basket yang ternyata hanya ada anak kelas 12 yang memainkan basket, berarti Jai gaada disini. Aku ke kelas dan ternyata dia juga tidak ada. Aku teringat satu hal, dan langsung bergegas pergi meninggalkan ruang kelas.
Disanalah dia, Jacob Cornwall Abbas. Melipat kedua tangan di batu bata terakhir pada bangunan Nusantara dan tatapannya lurus ke depan. aku hanya mampu melihat punggung kokohnya yang berbalut seragam yang hampir dipenuhi keringatnya. Aku langsung mengambil tempat disebelahnya, melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan.
"Got jealous, huh?", tanyaku yang membuat dirinya menoleh. Kufikir dia akan kaget, tapi nyatanya dia hanya tersenyum tipis dan matanya kembali menatap lurus ke depan. melihat gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
Aku tidak mengatakan apapun lagi tapi hanya tersenyum sambil merasakan semilir angin yang menerpa wajah dan kulitku.
"maybe she's not the best for me or....", ucapan Jai yang menggantung sanggup membuatku menoleh dan membuat perhatianku terpusat seluruhnya untuknya.
"I am not the best for her", sambungnya. Aku hanya menatapnya tak bereaksi dan dia hanya tersenyum tipis lagi kemudian mengalihkan pandangan matanya ke langit. Tapi aku tak mengikutinya kali ini, aku tetap memperhatikannya.
"Gue playboy, gue bisa cari selain anka", katanya lagi. Aku mengerutkan keningku. Aku tau aku baru mengenal Jai beberapa bulan terakhir, tapi percaya atau tidak aku tau sedikit-banyak tentangnya. Ya entah hanya fikiranku atau memang benar. Aku tau dia playboy, aku tau mantannya yang bertebaran di seantero US sana. Tapi kali ini aku tau apa yang dia rasakan berbeda, bukan seperti mantan-mantannya.
"Mungkin perasaan ini cuma singgah aja untuk sementara dan akan pergi nantinya kai. Biar waktu yang membawa perasaan singkat gue ini", ucapnya lagi tanpa menatapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Unpredict Feeling
RomancePernah kalian ngerasa jatuh di dua hati, ketika kalian udah punya seseorang yang sayang tulus ke kalian? Apa yang kalian rasain? Bersalah. semuanya terasa salah tanpa kusadari. Ketika sudah ada seseorang yang menyayangi kalian dengan tulus, tapi hat...