Jacob Cornwall Abbas

81 1 0
                                    

-Jacob's POV-

"But I don't wanna break up with you, jai!",  itu ucapan dari Kimberley, mantan gue yang terakhir  sehari sebelum gue pergi ke Indonesia karena usaha Dad yang mulai bangkrut di US. hari ini gue emang mutusin dia karena ya ga akan bisa LDR, terlebih gue udah gaada rasa sama kim. Lo bisa sebut gue playboy atau apapun itu, karena gue lagi dalam masa penjajakan nyari perempuan yang tepat  buat gue, setalah first love gue ninggalin gue tanpa salam perpisahan.

gue menghela nafas panjang, agak sulit menghadapi perempuan manja seperti kim.

"but we have too, okay? I'll go to Indonesia tomorrow and we can't keep this relationship kim. I am sorry, but we can still be a bestfriend, okay?", kata gue berhati-hati takut hati perempuan ini sakit, gimanapun gue gaakan tega ngebiarin seorang perempuan sakit hati, apalagi alasannya adalah gue.

Gue natap mata kim, matanya udah ngebendung air mata yang daritadi dia tahan, gue rasa. dan benar aja, air matanya pecah dan dia meluk gue erat banget. gue biarin dia meluk gue sepuas dia karena mungkin ini terakhir kalinya, dan gue bales pelukan dia sampai dia ngerasa tenang dan akhirnya dia sendiri yang ngelepasin pelukannya.

dia ngelap air matanya sendiri dan coba buat tenangin diri dia. gue gabisa ngapa-ngapain lagi, karena takut perlakuan manis gue bakal buat dia sakit nantinya.

"I always hope the best for you, jai. I love you", kata kim menatap mata gue dan yang buat gue kaget dia langsung nyium bibir gue cepat, tapi gue ga mungkin bales.

"I'm sorry kim, you deserve to have another one better than me", kata gue begitu kim ngelepasin ciumannya.

Dia senyum, gue harap itu senyum karena dia udah terima kenyataan kalo gue dan dia gabisa sama-sama lagi.

"ya, so goodbye jai", kata kim sambil senyum lalu pergi meninggalkan hardrock cafe disini.

ada sedikit perasaan lega karena gue udah ngomong jujur ke kim hari ini, setidaknya gue bisa  meninggalkan USA yang penuh kenangan ini dengan tenang.

Gue pergi meninggalkan cafe yang udah mulai lenggang karena ini juga udah hampir mau tutup. Mobil ferrari hitam yang terparkir dengan elegan di depan cafe itu dipenuhi daun-dun yang berguguran, gue segera masuk ke mobil yang notabennya punya gue itu kemudian mengemudikannya ke rumah.

Sampai rumah aku disambut dengan barang-barang yang mulai disiapkan untuk dibawa ie Indonesia. Kenapa kita pindah ke Indonesia? karena perusahaan dad yang masih berdiri dan belum terkena imbas dari bangkrutnya perusahaannya yang lain hanya di Indonesia, lagipula dad ada darah Indonesia juga, karena nenek disana tapi sudah meninggal beberapa tahun lalu.

Dad Arab-indonesia mom America. gue punya satu adek, namanya Sissy, kita beda 3 tahun. Karena besok gue akan pergi meninggalkan amerika dan pindah ke Indonesia, mungkin sementara atau selamanya gue gatau lah ya mom sama dad udah urus semua masalah pendidikan, rumah, dan yang lainnya buat gue sama sissy di Indonesia sana sampai bolak-balik ke Indonesia beberapa kali.

"darimana aja lo kak?", tanya sissy begitu gue sampai rumah dengan bahasa Indonesianya yang lancar. kita berdua emamg bisa berbahasa indonesia, selain dad sering ngomong pakai bahasa itu di rumah, di sekolah gue dan sissy pun ada pelajarannya, and guess what? gue selalu jadi yang paling pinter di bahasa indonesia haha!

"abis ngelarin satu urusan lagi", kata gue sambil duduk di sebalah sissy yang lagi nonton tv dan ngerebut cemilannya

"biar gue tebak, lo mutusin kim ya?", tanya sissy dengan tatapan matanya yang seakan mengintimidasi diri gue

"Iya", jawab gue santai gak berdosa sambil terus makan cemilannya sissy

"asli kak! lo parah banget! mau sampai kapan sih mainin cewek terus?", tanya sissy dengan nada yang bener-bener menyindir gue seakan gue makhluk paling berdosa di muka bumi ini. ck adek macam apa... eh?

The Unpredict FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang